Part 4

7.1K 324 4
                                    

Riri Pov

Aku menetapkan hatiku sekali lagi. Mungkin ini jalannya. Aku merapalkan doaku memastikan Allah memberi jalan yang terbaik untukku. Aku menunggu jamaah keluar mushola. Aku melirik pada tempat imam, ia masih di sana.
Ketika kulihat ia mulai beranjak aku segera memanggilnya.

"Mas imam.. eh.. pak ustadz eh.."
Kataku gugup.

"Iya?"

Ia menunggu aku bersuara. Aku yakin ia masih di sana dibalik tirai. Ya aku dan Alfath berbicara dengan pemisah tirai. Tak disangka ia menyibak tirai itu. Aku terkesiap. Pandangan kami bertemu. Ces!

Ya Allah tenggelamkan hayati di empang ya Allah.. apakah ini udah bener ya..

"Ada apa mbak?" Tanyanya sopan.

"Bisa kita duduk? Saya ingin bicara."

Kami duduk jarak 3 meter.
"Perihal apa ya?"tanya nya lagi.

"Begini mas eh.. pak.. aduh gimana ya.." ungkapku sambil menggaruk-garuk tengkukku yang tertutup hijab.

"Panggil saya Alfath saja."

"Em.. Alfath.. saya berharap punya hubungan dengan anda.."
Aku berhenti sejenak menarik nafas

"Maukah kamu menikah dengan saya?" Sambungku sambil menunduk.

Hening.
Tidak ada jawaban.
Aku beranikan diri mengangkat wajahku menatapnya. Ia terdiam seolah tercengang, masih memandangku, kemudian mengedarkan pandangan ke sudut mushola. Ia menarik nafas berat dan berfikir.

Allah.. sepertinya aku mempermalukan diriku sendiri.
Sepertinya ia nggak tertarik sama sekali, bahkan menarik nafas berat, aku putuskan.

"Maaf Alfath. Kalau nggak mau ya nggak pa pa saya pamit kalau gitu." Dengan rasa malu yang menyeruak di ubun-ubun aku keluar mushola.

"Maaf tunggu.." ucapnya.

Saking malunya aku nggak mau menghiraukan kata-katanya. Aku nggak mau mendengar kata penolakan. Mending kabur. Sudah ku duga ini akan terjadi. Malu ya Allah.





*****
Alfath Pov

Perempuan yang biasanya berdoa tentang jodoh memanggilku. Ia memanggilku dengan sebutan mas imam. Lucu. Aku yakin itu dia karena aku mengenali suaranya.

Ia mulai bicara, namun setelah aku menjawabnya tak ada lagi jawaban. Kesal menunggu lama, aku membuka tirainya. Subhanallah.. mukanya lucu. Pandangan kami bertemu. Semoga ini tak menimbulkan halwat.

Ia mengajakku duduk. Kemudian menyampaikan maksudnya.

"Em.. Alfath.. saya berharap punya hubungan dengan anda.."

"Maukah kamu menikah dengan saya?" Sambungnya.

Aku tercengang. Aku nggak bisa jawab apa-apa. Fikiranku melayang jauh entah ke mana. Tiba-tiba ia melamarku.. ya ini lamaran. Masih dengan pertimbangan jawaban ya atau tidak dengan pikiran kalau aku masih muda belum siap nikah, ia mengambil keputusan pamit.

"Maaf Alfath. Kalau nggak mau ya nggak pa pa saya pamit kalau gitu." Ucapnya.

Aku harus klarifikasi alasan yang tepat, sebelum ia bersyakwasangka.

"Maaf tunggu.." ucapku.

Tapi ia tak mengindahkan dan pergi.
Apa yang ia ucapkan tadi mampu mengalihkan pikiranku dari masalah kantor, menjadi semakin pusing.
Aku yang tadinya ingin cari makan sebentar merasa kenyang lagi kemudian berbalik dan sholat sunnah saja. Mungkin istikhoroh lebit tepatnya.



******

Thanks for reading :)

Assalamualaikum JodohTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang