Part 9

6.5K 280 0
                                    

Selama perjalanan pulang Alfath tidak banyak bicara. Ia masih setia menjadi sopir keluarganya.
Hampir saja mereka terkena laka lantas yang serius, mobil yang dikendarai Alfath dan keluarga memotong jalan, murni kesalahan Alfath, untung pengendara lain masih fokus.

"Kali kamu lelah biar aku yang gantiin nyetirnya." Ucap Husein.

"Nggak."

******
Di rumah Riri.

"Ibu Hana beruntung sekali, punya anak-anak yang sopan, alim, idaman deh.. ibu nggak nyesel jodohin kamu sama nak Husein, lumayan juga sapat bonus.. hehhehe.."

Yang diajak bicara hanya diam. Ingatannya masih berputar-putar pada kejadian tadi. Ia bertemu dengan Alfath diacara lamaran, bukan Alfath yang melamar tapi kakaknya, ia sempat berfikir apakah ini kejutan, apa Alfath yang dijodohkan padanya? Ia tersenyum simpul. Namun ketika ibunya memperkenalkan siapa yang menjadi calonnya sungguh berbeda dengan apa yang ada dalam pikirannya. Matanya berkaca-kaca.

"Ibu, aku lelah.. mau istirahat dulu."

Riri Pov

Kok jadi pengen nangis ya.. Alfath..

Kok kebetulan gini.. aku akan jadi kakak iparnya alfath, jadi ibunya Mirna..

*****
Air mata Riri terus saja mengalir sampai ia tertidur. Ia harus menerima keputusan apapun. Sebagai anak yang berbakti ia nggak punya pilihan untuk berkata tidak, karena orang tuanya akan merasa malu.

Di sisi lain.

"Kaya ada yang aneh sama kamu setelah acara tadi." Ucap Husein pada adiknya.

"Nggak."
Balas Alfath seketika menuju ke kamarnya.

Ia nggak bisa berfikir jernih. Sungguh dosa besar sampai ia menginginkan perempuan yang akan menjadi istri kakaknya. Sekalipun janur kuning belum melengkung.. sungguh ini dosa, kenapa.. karena ia tak ingin durhaka pada bunda dan kakaknya. Bundanya sangat senang tadi. Ia hanya bisa menahan rasa yang bergemuruh dalam dadanya.

Sungguh.. mereka yang telah dipertemukan dalam pernikahan, sekalipun awalnya tidak saling mencintai, aku anggap mereka adalah orang yang berjodoh. Itu yang kualami bersama bundamu. Aku mencintainya setelah kami dipertemukan dalam pernikahan, kalau bundamu tiada duluan entah apakah aku sanggup hidup tanpanya... nak ayah berpesan padamu.. cintailah orang yang telah menjadi istrimu.. jangan ada kisah kasih sebelum adanya pernikahan.. ayah tidak berkenan." Ucapan mendiang ayahnya yang masih setia mengendap dalam ingatannya.

******

Selama beberapa hari Alfath tidak banyak bicara, ia masih berada di Bandung. Seminggu ini ada persiapan acara tunangan. Sebenarnya bundanya tidak menyetujui adanya pertunangan, kenapa tidak langsung ke pernikahannya saja. Tapi Husein berkehendak lain, sekalipun sudah ada perkenalan dengan keluarga, ia perlu ada perkenalan lebih dalam dengan Riri.

Riri sendiri telah ada dan menginap di salah sagu hotel di Bandung. Pertunangan dilaksanakan di Bandung, keluarga laki-laki yang berkehendak, karena keluarga perempuan tidak biasa adanya pertunangan.

Hari ini Husein menghendaki adanya pertemuan antaranya dengan Riri. Ia menitipkan Mirna pada Alfath.

"Kenapa Mirna nggak dibawa sekalian.. kan biar orang ketiga, biar nggak ada setannya, karena ada orang yang jagain, anti halwat." Kata Alfath.

"Kok gitu sih ngomongnya, kkayak sinis gitu. Kami juga udah tau batasan kali.." ungkap Husein.

"Aku butuh ngomong serius sama Riri, nanti kalau sama Mirna jadi nggak serius."

"Pokoknya ini Mirna tolong dijagain, kami mau ke mall, nanti temui kita di caffe kalau mau nyusul, tapi agak sorean ya.. kira-kira jam segitu udah selesai ngomong seriusnya, sekalian aku kenalin kamu sama calon kakak iparmu." Ungkap Husein.

Tak ada tanggapan dari Alfath. Namun Mirna telah berpindah dari gendongan Husein ke tangannya.


Pukul 15.00 WIB

Hiks.. hiks.. hiks..
"Mina pengen ketemu ayah.. ayah mana om? Ayah.."

"Ayah lagi keluar, bentar lagi pulang kok."

Hiks.. hiks.. hiks..

"Susulin aja Fath, bukannya tadi kamu udah dibilangin ya sama kakakmu.."

"Nggak usah bunda,"

Hiks..hiks...hiks..
.
.
.
"Ya udah.. aku susulin ya sayang.. ayo.."

Mirna seketika berhenti menangis.

******
Husein dan Riri sedang tertawa bersama ketika Alfath datang bersama Mirna.

Sungguh pemandangan yang membuat Alfath bergemuruh.

Suasana menjadi canggung ketika mereka datang.

"Mirna kangen ayah ya.." ucapan Husein mencairkan suasana, sambil memainkan hidung Mirna.

"Sepertinya Mirna ngantuk ya.." ucap Riri.

"Iya, kok nggak kamu tidurin?" Tanya Husein

"Sama bunda suruh susulin."

"Oh."

Tak beberapa lama Mirna sudah tertidur di pangkuan ayahnya.

"Ya udah kita pulang aja." Ucap Alfath.

"Jangan, tunggu dulu. Kamu belum kenalan sama calon kakak iparmu."

Tidak ada kata setelahnya.

"Perkenalkan saya Riri" ucap Riri memecah keheningan.

"Alfath."

"Alfath emang orangnya gini kalau sama cewek, suka cuek, aku sampe takut orientasinya beda. Hahahha.." Canda Husein.

"Apaan sih kak.. gak lucu."

"Tapi Alfath kalau sama cewek yang disuka nggak bakal gini kok, kenalin dong sama cewek yang lamar kamu.."

Spontan Riri yang sedang minum tersedak.

"Eh nggak papa?" Tanya Husein dan Alfath berbarengan.

"Udah gak usah dibahas pulang aja, kasian Mirna." Ucap Alfath.

Mereka akhirnya meninggalkan lokasi.

*********

Thanks for reading :)

Assalamualaikum JodohTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang