Part 14

6.1K 243 5
                                    

Alfath sampai di rumah sakit, hari sudah malam. Ia tak langsung menuju rumah aakit karena menemui sahabatnya yang menjadi guru di Denpasar terlebih dahulu. Ia melihat Riri sedang duduk tertidur dengan tangan memegang tangan Husein, di sebelah Husein ada Mirna yang juga tertidur. Husein memandangi mereka keduanya.

"Kenapa kakak nggak ikut tidur?"

"Aku sedang menatap surga dunia. Sayang kalau dilewatkan."

"Besok kan bisa, kakak harus istirahat yang cukup, besok kan kita harus balik,"

"Harusny kamu nanya keadaanku dulu, bukannya ceramah."

Alfath tertawa.
"Hehehe.. Maaf.. Tapi udah keliatan kok, kakakku sehat wal afiat."

Husein mengembangkan senyumnya.

"Ya sudah kalau kau memaksa aku akan istirahat. Keluarlah. Kau bisa tidur juga di luar, tak mungkin kamu sekamar dengan istriku, sekalipun ada aku."

"Iya.. Mr. Possesif, aku juga tau, ya sudah ku ke mushola saja dulu, belum sholat isya' "

"Huh dasar"

Bukannya tidur, Husein malah kembali menatap surganya. Ia mengelus puncak kepala Riri. Tanpa sadar membuat Riri terbangun.

"Ada apa mas?"

"Eh malah terbangun, maaf ganggu."

"Gak papa, mas pengen minum?"

"Iya deh." Riri mengambilkan minum untuk Husein. Sebelum Husein meminumnya, ia berkata pada Riri.

"Aku sangat mecintaimu. Aku harap kamu juga merasakan hal yang sama. Satu lagi, tolong anggap Mirna seperti anakmu sendiri, sayangi dia, tolong jaga dia kalau aku tidak bisa."
Riri memandang Husein, keduanya berpelukan dengan Husein yang masih memegang gelas air minum tadi.

"Minumlah mas, katanya pengen minum"

"Kamu belum membalas perkataanku tadi."

Riri menghela nafas. "Kau tau mas pelan-pelan aku mulai mencintaimu. Sebelum kau pinta perihal Mirna, aku sudah menganggapnya seperti anakku, lebih dari apapun. Siapa saja yang melihat gadis secantik dan seimut Mirna pasti pengen menjadikannya anak, hehehe.."

Husein tersenyum lantas meminum air tersebut. Sedang asyiknya minum, ia tersedak. Riri membantu mengetuk punggungnya, tak kunjung membaik, nafas Husein tersengal. Riri memanggil dokter. Sementara dokter belum datang, Riri melakukan hal yang ia bisa lakukan, disela batuknya Husein sempat tersenyum, ia menggumamkan kalimat syahadat, yang sempat terdengar samar di telinga Riri. Ia terkejut, dokter datang. Dokter memeriksa Husein, seakan mengerti apa yang akan diucapkan dokter, air mata yang ditahannya tumpah seketika. Mirna yang terbangun, tak tau kenapa melihat bundanya menangis jadi ikut menangis.
Dokter meminta Riri untuk ikhlas lalu menyuru suster untuk melepas infusnya. Alfath berlaru kecil masuk ruangan, ia mengambil alih Mirna dan menenangkannya, jujur ia juga tak dapat membendung tangisnya.

*****

Kabar duka telah sampai ketelinga ibu Riri, dengan inisiatif ia langsung pergi ke Bandung menenangkan bunda Ami yang pasti terpukul.
Keluarga dan tetangga menunggu kepulangan jenazah. Semua tak ada yang mengira ini akan terjadi karena Husein sudah membaik kemarin.

Beberapa jam kemudian, Riri menggendong Mirna yang tertidur masuk rumah, ia dengan wajah sembabnya sangat kentara, sekalipun ia terlihat tegar. Dibelakangnya Alfath membantu mengangkat jenazah.

Pemakaman dilaksanakan dengan khidmat.

********

Thanks for reading :)

Assalamualaikum JodohTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang