Riri membaca berkasnya dan berkas Alfath yang akan didaftarkan ke KUA. Ia melihat usianya dan Alfath yang menunjukkan bahwa ia lebih tua dari suaminya. Hal itu sedikit mengurangi semangatnya.
Alfath's calling
"Assalamu'alaikum"
"Wa'alaikumsalam."
"Em.. Bagaimana kabarnya?" tanya Alfath.
"Em.. Iya baik, kalau kamu?" tanya Riri balik.
"Alhamdulillah baik juga."
Hening.
Keduanya sama berfikir topik apa yang enak dibahas."Emm.. Aku boleh minta sesuatu nggak?" tanya Alfath.
"Boleh"
"Kamu mau nggak manggil aku mas?" tanya Alfath.
Entah kenapa hal itu membuat Riri merasa canggung. Emosinya sedikit labil. Rasanya ia ingin menangis.
"Memang kenapa ya?" tanya Riri.
"Aku rasa usiaku lebih tua darimu. Nggak pantes aku manggil kamu mas." tambah Riri dengan menahan tangisnya.
"Dari awal aku tau masalah usia akan menjadi sedikit gejolak antara kita. Tak peduli berapapun jarak usia antara kita, cinta tetap cinta. Usia berapapun kalau cinta, ya mau gimana lagi. Nikah kan solusinya, heehehe." Alfath mencoba membaikkan suasana.
Yang ditangkap Riri hanya kata cintanya saja. Dari sebelumnya mereka memang tidak pernah mengucapkan kata cinta, hanya menunjukkan ketertarikannya, dan tertarik bukan berarti cinta.
"Cinta?" tanya Riri.
Tersadar dari apa yang telah ia ucapkan sebelumnya, Alfath memutuskan pasrah.
"Aku tertarik pada gadis yang pulang dari musholanya belakangan. Ia sering berdoa agar dilancarkan jodohnya. Aku terkesan. Kemudian gadis itu melamarku. Aku kaget. Ia sangat tulus. Aku belum siap menikah, tapi karena sahabatku sendiri memutuskan untuk menikah, aku jadi terpikir kalau niat baik kenapa ditunda. Aku berusaha menemui gadis itu tapi ia selalu menghindar. Aku ingin menyampaikan balasan dari niat baiknya. Semakin hari aku gelisah, selalu terbayang wajah gadis itu, bahkan suaranya ketika berdo'a. Sepertinya bukan hanya ketertarikan, melainkan cinta. Ketika aku punya kesempatan ternyata ia telah dijodohkan. Yang paling tidak kusangka ternyata ia dijodohkan degan kakakku sendiri. Disitu aku jatuh sejatuh-jatuhnya. Aku berusaha mengabaikannya. Tapi tak bisa. Bahkan sahabatku memintaku untuk menggagalkan pernikahannya. Hehehehe.. Dan aku sempat melakukannya, aku mengungkapkan apa yang ku rasakan pada kakakku, bahkan aku sempat menonjoknya karena tidak mau mengalah. Tapi karena semua sudah disepakati sebelumnya, akhirnya akula yang harus mengalah. Sampai takdir berpihak padaku. Aku masih mencintai gadis itu. Bukan, ak masi mencintai wanita kakakku. Maaf."
Riri menangis. Ia tak sanggup menahan air matanya. Kenapa ia dulu menghindar. Kalau saja dulu ia tidak tersulut rasa malu, pasti Alfath telah bersamanya sejak dulu.
"Jangan disesali.hehehe" goda Alfath.
Tersadar. Penyesalan memang tidak boleh. Bersamanya Riri dengan Husein adalah takdir dan yang akan ia lalui bersama Alfath ke depannya pun juga takdir. Dan ia harus mengimani takdir tersebut.
"Ri? Riri?" sambung Alfath.
Riri segera menutup telponnya. Ia tak tahu harus bilang apa. Terus terang ia diliputi rasa yang tidak tahu harus disebut apa. Pokoknya nano-nano.
*******
Langsung saja, kita ke pelaminan mereka.
Riri dan Alfath masih canggung dikarenakan pembicaraan terakhir mereka di telpon. Alfath takut kalau Riri tak menyukainya dan topik pembahasannya kemaren. Riri yang takut Alfath marah karena menutup telponnya sepihak, dan ia yang menanyakan jawaban ungkapan cintanya. Ia takut mengungkapkan cinta.
Ketika sedang terdiam, sahabat-sahabat Riri datang. Mereka membuat rame acara dan tentu membuat Riri malu didepan Alfath karena menunjukkan semua rahasia yang sahabatnya ketahui, termasuk soal btsnya dia ketika melamar Alfath. Kedatangan mereka cukup membuat suasana hidup, ditambah dengan datangnya Arman dan istrinya. Pernikahan Alfath dan Riri memberi efek positif juga bagi sahabat-sahabatnya, karena Alfath dan Arman bos mereka kan bersahabat. Di Indonesia ini, mengenal baik orang penting dalam suatu pekerjaan atau urusan, dapat mempertahankan posisi kita. Tau lah what I mean.
Acara pernikahan telah usai. Alfath dan Riri tengah beristirahat di hotel tempat mereka menginap. Bunda Ami dan ibunya Riri sepakat agar mereka menginap di hotel saja, agar malam pertama mereka tidak terganggu.
"Mandilah dulu, aku mau menghandle pekerjaan sebentar." ucap Alfath yang duduk di ranjang. Riri melakukan apa yang diperintahkan Alfath. Setelahnya gantian Alfath yang mandi. Ketika selesai mandi, telah disediakan teh hangat untuk mereka.
"Tadi aku pesan teh hangat." ucap Riri.
"Kita sholat dulu ya"
Riri mengambil air wudhu. Alfat sudah punya wudhu tadi.Setelah sholat mereka memutuskan untuk berbincang-bincang terlebih dahulu. Riri yang memulai bicara. Ia meminta maaf tempo hari karena menutup telepon sepihak. Pembicaraan menjadi lebih nyaman, mereka mengungkapkan rahasia, kesukaan, apa yang ridak disukai dan banyak hal. Tibalah pada momen pengakuan Riri.
"Mas, jujur aku masih canggung manggil seperti itu, tapi akan aku biasakan."
"Dulu, aku sering menghindar karena aku malu ditolak. Kemudian ibuk menjodohkan aku dengan mas Husein. Jujur, dulu aku belum bisa mencintai mas Husein, aku sedang mencoba, tapi sulit. Aku masih mencintai orang lain."
"Siapa?" tanya Alfath menginterupsi.
"Orang yang sama yang aku lamar, semakin hari sekalipun aku menghindar, aku jadi semakin cinta, apalagi setelah pengakuannya saat keluar dari ruang pak Arman. Sungguh aku ingin membatalkan perjodohan itu rasanya. Tapi aku tak mungkin membuat malu ibuku."
Alfath tersenyum. "Siapa orang itu? Namanya?"
"Entah aku melupakannya."
"Jahat sekali. Mau aku bantu meneriakkan namanya, ketika nanti diranjang?" goda Alfath.
Wajah Riri bersemu merah.
"Alfath.. Namanya Alfath. Sudah aku sebutkan namanya.""Oh Alfath. Aku dong." disambung dengan tawanya. Mereka bercanda sekali lagi.
Kemudian Alfath mengecup kepala Riri takdim. Sungguh itu membuat respon jantung Riri semakin menjadi. Kecupan turun ke mata, hidung dan pipi, kemudian berakhir pada ciuman di bibir. Ciuman semakin dalam berakhir pada lumatan. Alfath menuntun Riri untuk pergi ke ranjang. Sebelumnya mereka duduk di kursi yang disediakan di dalam kamar hotel.Riri dibaringkan dengan Alfath yang menahan badan di atasnya.
Mata mereka bersitatap. Detak jantug keduanya berpacu lebih cepat. Diyakini mereka dapat saling mendengar."Satu lagi pengakuan." ucap Riri.
"Apa gerangan?" tanya Alfath.
"Kamu yang pertama."
The end.
******
Thanks for reading :)
Hari ini update 2 sekaligus. Kemungkinan ada ekstra part kalau mood lagi baik. Tapi nggak bisa update cepat. Soalnya author lagi sibuk 2 minggu kedepan, author jadi panitia di temu teater mahasiswa nusantara. Mungkin ada reader yang ikut jadi peserta?Voment :)
KAMU SEDANG MEMBACA
Assalamualaikum Jodoh
ChickLit27 tahun sudah Riri menjomblo. Single Happy katanya pada setiap rekan kerja yang menanyainya perihal kenapa ia belum juga menikah. Sekalipun di luarnya ia tampak biasa saja namun dalam hatinya juga timbul keresahan, apalagi orang tuanya juga semakin...