Part 12

6.2K 233 1
                                    


Suasana riuh, orang berlalu lalang membawa makanan dan minuman. Suasana pesta pernikahan yang sederhana ala desa. pesta perayaan diadakan 2 hari, hari pertama adalah untuk tamu-tamu tetangga sekitar, hari kedua adalah akad dan resepsi. Kedua mempelai sepakat pesta diadakan di Jogja, rumah mempelai perempuan, memang seperti itu adatnya, pesta dilaksanakan dikediaman mempelai perempuan. Sebenarnya mereka bisa menyewa gedung, tapi ada pertimbangan lain, karena Riri anak pertama, tentunya keluarga ingin membagi kebahagiaan mereka dengan tetangganya juga.

Hari ini Husein dengan setelan jasnya telah duduk di hadapan penghulu. Ini adalah kali kedua dirinya berhadapan dengan penghulu, namun kata nervous tetap tidak bisa dihilangkan. Mirna yang berada dalam gendongan neneknya memasang senyum menawannya pada semua orang, tentunya ia merasa senang karena akan mendapatkan ibu baru. Disampingnya ada Alfarh yang mengenakan baju koko, katakanlah pakalian yang ia kenakan kurang sesuai, tapi kalau ia juga mengenakan jas, bisa bingung siapamempelai laki-lakinya, hehehehe..

Mempelai perempuan ada di tempat terpisah.

"Saya terima nikahnya Fitria Nur Zahrani binti Sutopo Alm. dengan maskawin tersebut dibayar tunai"

"sah?"

"sah"

"Alhamdulillahirobbil'alamin."

semua bersyukur akan kelancaran acara ini, begitupun dengan Alfath. Akan ada jodoh lain yang menantinya. mungkin.

Rangkaian acara dilanjut dengan resepsi. kali ini teman-teman di kantor pada datang. Mereka menyalami kedua mempelai.

"Cie yang akhirnya dihalalin sama abang.." celetuk Hendro.

"Apaan sih lu.." balas Riri.

"Cie yang nanti malam udah nggak tidur sendiri.. kapan ya aku nyyusulnya.. hiks.. hiks.." kali ini Hana yang berkata.

"Sabar"

Di stan makanan ada Arman bersama dengan istrinya, di sana ia sedang ngecengin sahabatnya yang sedang memilih makanan juga.

"Padahal aku berharap dipernikahan ini ada dramanya." ungkap Arman. Sharon menyenggol suaminya mengerti kemana arah pembicaraan yang dilontarkan suaminya.

" Drama apa maksudnya?" tanya Alfath tidak mengerti.

"Harusnya lu gagalin pernikahannya, bilang sama penghulu kalau lu cinta ama mempelai wanitanya, terus kakak lu nyerah, ganti elu deh yang jadi mempelai laki-lakinya."

"Kenapa kamu nggak buka akun wattpad aja, lalu nulis di sana, kayaknya kamu bakat deh bikin drama!" balas Alfath.

"Santai bro. makasih sarannya."

Sharon menggeret Arman untuk menjauh membiarkan Alfath sendiri. Alfath berusaha ikhlas, namun sulit. mungkin dengan berjalannya waktu bisa membuatnya melupakan Riri. Dari yang dibacanya di artikel, orang yang cenderung pendiam memang sulit berpaling dari yang dicintainnya, karena mencintai adalah hal yang jarang dalam kamus hidupnya, sekali ada cinta datang, akan sulit untuk melepasnya.


******

Resepsi telah usai. Alfath dan keluarga serta teman yang lain telah pulang kembali ke rumah masing-masing. Tinggalah Husein di kamar Riri yang dihias sedemikian rupa seperti kamar pengantin, didampingi dengan si empunya kamar tentunya dengan suasana yamg sedikit canggung.

"Bagaimana perasaanmu?" tanya Husein

"Lega.. " ucap Riri sambil tersenyum. Mereka berdua akhirnya tersenyum bersama.

" Ayo kita sholat dulu." ajak Husein.

Mereka akhirnya sholat berjamaah. Memang beda rasanya jika dilakukan yang bukan halal sama yang halal. Usai sholat mereka mempersiapkan diri, jujur saja Riri merasa semakin canggung tidak tahu apa yang akan perbuat. Membayangkan sunnah yang harus ia lakukan bersama suaminya membuatnya bukan merona tapi malah merasa takut dan tidak ikhlas mungkin.

"Ijinkan aku menciummu." Riri membiarkan Husein menciumnya. Kemudian Husein mempersempit jarak di antara mereka lagi, berusaha menyentuh kancing baju Riri. Ketika tindakan mulai melangkah sedikit jauh, tangan Husein dicekal oleh Riri.

"Maaf mas aku belum siap."

"Mungkin lusa sewaktu kita bulan madu, kamu sudah siap, aku tahu ini pertama untukmu. aku tidak memaksa."

Mereka akhirnya tidur saling berhadapan. Hanya itu. Husein tidak ingin memaksa, bukan paksaan yang ia inginkan dalam sebuah hubungan, melainkan rasa cinta murni yang mengalir dari hati, sekalipun cinta itu datangnya lama tak terkira.

Keesokan harinya wajah keduanya telah kembali cerah, setelah resepsi segitu lamanya tentu juga merasa lelah. 

mereka mempersiapkan diri untuk pulang ke Bandung, lalu melanjutkan bulan madu. Bandung ya, semoga Alfath telah kembali ke Jakarta.



*********

Suasana Wijaya's Company tetap seperti biasa, ramai dengan pekerjaan walaupun salah satu karyawan mereka, Riri, masih cuti. beruntung bagi Riri dan Husein tidak bertemu Alfath karena Alfath telah kembali pada pekerjaannya yang menguras waktu.


"ayah.. bunda..." teriak Mirna. Ia telah diajari untuk memanggil Riri dengan sebutan bunda. Sama dengan cara Husein dan Alfath memanggil ibunya. Husein dan Riri tinggal semalam di Bandung. keesokan harinya mereka mempersiapkan diri untuk bulan madu di Bali. 

Bundanya dan Mirna mengantar sampai bandara.

"Hati-hati ya nak, semoga lancar dan menyenangkan. Bunda gak sabar pengen liat Mirna punya adik, hehehe.."

"Apa sih bunda" sanggah Husein

"Kalau begitu kita berangkat dulu ya bunda, assalamu'alaikum" tambah Riri.

"Wa'alaikumsalam."

setelah Riri dan HUsein meninggalkan bundanya bersama Mirna kemudian Bundanya menggumamkan sesuatu seolah berbicara pada Mirna.

"kenapa nenek merasa nggak enak ya, nggak ikhlas melepas mereka pergi bulan madu, aduh.. mikir apa ini, katanya pengen punya cucu lagi.. akh."




********

thanks for reading :)

Assalamualaikum JodohTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang