Naufal yang sedang duduk di rooftop mendengar suara yang tak asing . Cukup keras bahkan sempat terdengar sesenggukan, mungkin karena suasana yang sepi jadi dia bisa mendengar dengan jelas.
"Rain" batinnya. Dia menengok memastikan apakah benar apa yang dia dengar. Ternyata benar saja di seberang pintu rooftop yang disana terdapat sofa lusuh bekas ruang kepala sekolah dulu dan ada Rain yang terlihat memeluk lututnya sambil menangis.
Ketika Naufal mencoba mendekati Rain tiba tiba... brak. Pintu rooftop yang tertutup terlihat dibuka dengan keras. Di sekolah ini hanya beberapa orang yang tau kalau Naufal adalah sahabat saudara Rain. Makannya setiap situasi apapun itu bila ada orang lain Naufal belum tentu mendekat kecuali waktu tertentu dan sangat mendesak pasti dia akan segera muncul. Alasan Naufal salah satunya ya karena dulu dia pernah ditolak mentah mentah oleh Rain, gengsi pasti ada. Tapi alasan utamanya adalah karena Rain memang meminta agar mereka terlihat seperti tak saling kenal, hanya sebatas kakak kelas dan adik kelas.
Di depan pintu terlihat laki lak yang mendobrak tadi sedang berdebat dengan Rain. Mukannya tidak terlihat karena terhalang pintu menuju rooftop. Lalu laki laki tadi berjalan ke arah Rain.
"Rain ayo balik. Gue minta maaf deh, emang sampe segitu nyentuhnya ya gue ngomong. Lo nangisnya sampe kek gitu" ucap laki laki itu sambil jongkok didepan Rain sambil menggoyang goyangkan badan Rain agar bangun.
"Bukan urusan lo! Gue males balik." ucap Rain galak seperti macan betina yang baru bangun dari semedinya.
"Bu Dewi dah masuk loh tadi Rain" ucap Laki laki itu lagi. Namun nadanya sudah tidak terdengar ngos ngosan.
"Ya udah si. Gue males pelajaran. Pergi sana lo!"
"Lo disini berarti gue juga disini" kata laki laki tadi sambil mengganti posisinya menjadi bersampingan dengan Rain.
"Nih ya Ra gue tuh lari lari nyariin lo sampe ke wc cewe tadi, sampe gue di ketawain sama anak cowo yang lagi nongkrong di kantin. Trus nih ya yang paling penting, cacing gue yang di perut tuh lapernya ngga tepat banget. Masa gue lagi nyariin lo si cacing minta buat di kasih makan. Untung gue baik jadi gue cari lo dulu" ucap Arka dengan nada seperti anak kecil sedang menceritakan pengalamannya.
"Arka pils deh" ucap Rain dengan wajah yang terlihat amat sangat greget dan memelas.
"Balik ke kelas yuk Ra, mampir ke kantin dulu. Biar nanti si cacing di perut gue ini ngga ngomel di depan bu Dewi, kalo ngomel kan yang ada rempong. Udah ayok Ra..." ucapan Arka terpotong oleh ucapan Naufal yang memberanikan datang untuk maju.
"Heh lo kalo dibilang pergi ya pergi!" ucap Naufal akhirnya menemui mereka. Rain yang tadi menunduk kini mendongakan kepalanya. Matanya benar benar merah dan sembab.
"Siapa lo dan apa urusannya sama lo. Punya hak apa lo ngomongin gue hah?!" Jawab Arka berdiri dari posisinya sambil menunjuk Naufal.
"Ngga usah nunjuk nunjuk lo! Dasar ngga bisa sopan santun" Naufal menepis tangan Arka.
"Lo siapa hah? Pacarnya? Ngga mungkin" Ucap Arka dengan tawa mengejek.
"BUKAN!" Jawab Rain yang kini sudah tidak duduk lagi.
"Bukan, gue emang bukan pacarnya Rain tapi gue tunangan Rain." Naufal memberikan smirk ke Arka lalu mendekat ke arahh Rain. Lalu dia merangkul Rain erat. Rain hanya diam tak berkutik ditempat.
"Lo Gila!" Bentak Rain sambil menunjuk Naufal. Lalu dia meninggalkan Arka dan Naufal yang masih bertengkar di rooftop.
"Tuh dengerin. Dia aja bilang lo gila. Lagian ya senior, gue juga tau lo Naufal anak OSIS yang pernah ditolak Rain kan. Bercanda lo ngga lucu beneran. Kak gue kasih tahu nih ya kalau bohong tuh yang cerdik dong kak. Kayak gue nih yang pura pura ngga kenal lo hahaha" ucap Arka sambil tertawa lalu berjalan pergi menyusul Rain. Namun langkahnya terhenti karena Naufal memanggilnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
PELANGI setelah HUJAN
Teen FictionArka, laki laki yang iseng ingin merubah perempuan batu -Rain- dan berusaha menaklukan hatinya hanya karena rasa penasaran yang sulit diartikan. Rain perempuan yang selalu ceria, ramah, dan cerewet dan kini berubah menjadi dingin, cuek dan ketus kar...