(22) Surrender?

50 5 2
                                    

Mengikhlaskan adalah cara terbaik untuk melepaskan

🌻🌻🌻

Setelah jam olahraga Rain dan Friska pergi menuju ke kantin. Mencari minuman segar untuk menghilangkan dahaga. Tak lama kemudian datangan Dio dan Ryan ke arah mereka, padahal bangku lain masih banyak yang kosong karena masih belum jam istirahat. Masih kurang lima menit sebelum bel berbunyi.

"Arka mana?" tanya Friska yang tak melihat Arka. Padahal biasanya mereka bertiga seperti trio kwek kwek.

"Ngga tau, tuh bocah lagi nyariin sesuatu katanya." ujar Dio.

"Rain," panggil Ryan. Namun yang dipanggil malah diam saja.

"Heh Rain! yuhuuu," panggil Ryan lagi sambil menggoyangkan tangannya di depan wajah Rain. Lalu Rain terkejut.

"Lo jangan melamun siang siang, ntar kesambet gua ngga mau nolongin." ujar Ryan.

"Emang kenapa?," tanya Friska.

"Kalau Rain kesambet yang nongol adanya maung (macan) ngamuk. Padahal aku kan berhati hello kity dan berbadan ubur ubur." balas Ryan sambil berlagak imut. Friska yang tidak tahan pun ber ekspresi seperti akan muntah lalu setelahnya dia terkikik geli melihat Ryan yang seperti tidak terima.

Ryan yang kesal pun langsung menghabiskan minuman milik Dio. Padahal yang punya baru minum sangat sedikit.

"Gue hitung utang. Titik." ujar Dio. Namun Ryan pura pura tidak mendengarnya.

"Ini tuh berharga, paling engga bisa buat mbayar parkir." ujar Dio perhitungan.

"Halah parkir doang juga, berapa emang lo butuhnya. Gue kasih!," Ujar Ryan sambil berlagak sombong didepan Dio.

"Lo beli minum aja ngga mampu." ujar Dio.

"Gue ini lagi ber hemat. Buat masa depan yang menanti gue. Buat calon gebetan gue." ujar Ryan.

"Belom ada calonnya juga belagu lo," ujar Friska.

"Jangan ingatkan aku tentang sepi yang terus menusuku hampa." ujar Ryan dramatis.

Lalu tiba tiba Rain menghentikan makannya dan bergerak lergi meninggalkan kantin.

"Bukan gara-gara gue kan?" tanya Ryan pada Dio. Namun Dio hanya mengangkat bahunya tidak tahu.

"Kok buru buru sih Rain. Makanannya belum habis," ujar Friska setelah berhasil menyusul Rain. Namun yang diajak bicara malah terus berjalan menjauh.

"Lo habisin aja," ujar Rain.

"Lo kenapa si Rain? jangan diem aja dong. Cerita ke gue." ujar Friska dengan nada sedikit tinggi.

Rain berbalik menghadap Friska, pandangannya dingin. Padahal tampak sekali kekhawatiran di mata Friska.

"Gue mau sendiri," ujar Rain lalu berbalik meninggalkan Friska. Padahal Rain saja tidak tahu akan pergi kemana.

Lalu tiba tiba ada panggilan melalui pengeras suara.

"Panggilan kepada Rainindya untuk segera ke Aula. Sekali lagi kepada Rainindya untuk segera ke Aula."

Langkah Rain terhenti, merasa bingung dengan panggilan yang tertuju untuknya. Siapa yang siang siang begini memanggilnya, padahal dia ingat tidak ada janji dengan siapapun.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 08, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

PELANGI setelah HUJANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang