(13)

530 22 0
                                    

Sudah satu hari Arka tidak berangkat ke sekolah. Rain benar benar penasaran. Namun dia hanya mampu mendengarkan apa yang teman temannya bicarakan tanpa mau bertanya. Apa lagi surat yang ada hanyalah surat izin dokter.

Dan hari ini Arka datang dengan hidung diperban. Ryan dan Dio malah tertawa terbahak saat Arka datang. Tapi jujur ketampanan Arka tak berkurang.
"Idung lo?" ucap Rain tiba tiba saat Arka duduk.

"Kenapa sama idung gue?" tanya Arka.

"Kenapa?" tanya Rain setengah setengah. Namun raut wajah Arka masih terlihat bingung.

"Perban" ucap Rain menambahkan. Lalu Arka meegang hidungnya.

"Ooh ini? Gara gara tuh bocah satu nyikut gue waktu gue meluk dia dari belakang." jawab Arka santai sambil menunjuk Dio. Rain hanya mengangguk tapi sekaligus aneh, ngapain juga meluk meluk Dio.

"Lo ngga khawatir atau apa gitu sama gue?" tanya Arka heran. Rain hanya menggeleng.

"Trus kenapa tadi lo tanya gue kenapa? Itu tanda apa?"

"Tanda kepo" jawab Rain.

"Ciyah kepo itu ingin tahu. Ingin tahu pasti memperhatikan. Memperhatikan nanti ketagihan, sekalinya ngga ada jadi kangen. Kalau udah ketagihan jadinya sayang. Kalau jatuhnya udah sayang, bawaannya nanti suka. Lo udah ada gejala gejala naksir sama gue kan?" jawab Arka. Sambil menaik turunkan alisnya. Rain hanya memutar bola matanya malas. Tingkah laku Arka sepertinya sedang kepedean.

"Ka, yang kena sikut itu hidung lo kan? Bukan otak lo?"
"Emang kenapa?"
"Lo ngga waras" ucap Rain frontal. Tapi Arka malah tertawa, karena tidak biasanya Rain berdecak seperti itu. Rain kan hobinya tancap gas.

Sampai saat ini ada satu hal aneh yang dipikirkan Arka. Kenapa wajah Rain tak terlihat asing di matanya. Tidak mungkin kalau Arka pernah amnesia sementara. Tapi kenapa rasanya Rain seperti ada bekas tersendiri di pikirannya. Tapi seingat Arka, dia tidak pernah bertemu orang sedingin Rain selama ini.

"Hari ini lo ada janji ngga?" tanya Arka ke Rain.

"Engga" jawab Rain singkat.

"Ooh, nanti belajar?"

"Males, serah lo aja"

"Gue lagi pengen ngedrum, tapi ngga ada temen" ucap Arka curhat.

"Nanti ke rumah gue" balas Rain. Jawaban yang terlalu membingungkan sebenarnya.

"Katanya lo lagi males belajar. Libur sehari ngga akan bikin gue lupa rumus kok" pinta Arka.

"Emang gue bilang kalo bakal belajar?" tanya Rain balik.

"Ya engga juga si. Tapi beneran ya ngga belajar."

"Ya sikon (situasi kondisi), kalau nanti tiba-tiba gue mood. Ya belajarlah"handphone Rain bergetar. Terlihat notifikasi wa. Nomor asing.

081346xxxxxx
Woy, save kontak gue.
Read

'Apaan si ni orang' batin Rain

Bales, kek. My princess, kan lo bilang mau jadi temen gue lagi. Gue tau gue salah tapi gue minta maaf yaaa
Read

Sekarang Rain tahu siapa yang sedang iseng mengirimkan pesan tanpa menyebutkan siapa dirinya. Rindu? Tentu saja Rain rindu menyapa dan tertawa bersama dengan Iqbal.

Terkadang semuanya begitu sulit dimengerti. Kenangan yang ada terlalu indah untuk dilupakan. Luka yang ditorehkan terlalu sakit untuk diabaikan.

PELANGI setelah HUJANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang