(9) Hukuman

609 23 4
                                    

H-2 ulang tahun Rain.
Undangan sudah tersebar ke seluruh kelas. Laskar bahkan ikut membagikannya tak peduli pendapat orang lain yang penting dia sudah melaksanakan amanah mamahnya.

Pesta ulang tahun ini berada di pantai, awalnya akan diadakan di hotel keluarga namun Rain meminta agar diadakan di pantai dekat villa keluarga. Kebetulan hari ulang tahun Rain adalah hari minggu, jadi acaranya diadakan dari sabtu sore sampai minggu. Bahkan mamah dan papahnya sepertinya akan datang namun rasanya semua seperti biasa saja bagi Rain.

Tidak ada yang istimewa ataupun spesial, tidak ada hal yang membuat dia penasaran. Tidak ada dag dig dug yang dulu dia radakansaat menanti hari ulang tahunnya. Hari ini tanggal 20 November 2017 wali kelas memanggil Rain dan Arka ke kantor. Di jalan Arka dan Rain berbincang sedikit lebih akrab dari sebelumnya. Bu Dewi memberi tahu bahwa satu bulan lagi akan ada lomba MIPA. Rain mewakili matematika sedangkan Arka mewakili IPA.

"Nanti balik sekolah kita ke taman!" Ajak Rain yang terdengar seperti perintah.

"Ngapain?"

"Belajar lah, kayak cewe aja lo belagak polos" jawab Rain.

"Ooh gue mah ngga perlu belajar dah bisa, atau lo takut kangen sama gue ya?" Balas Arka angkuh.

"Ngga nerima penolakan!"

Rain lalu pergi meninggalkan Arka dibelakangnya, padahal jam istirahat sudah selesai jadi kantin pun sudah sepi. Arka mengejar Rain karena dia malas mampir ke kantin. Tapi ternyata Rain mampir ke kamar mandi. Dan konyolnya Arka sampai mau menunggu di luar hanya karena agar dia masuk kelas ada temannya.

"Ngapain lo?" Tanya Rain menengok ke belakang ketika sadar Arka mengikutinya.

"Gue mau ke kamar mandi juga" jawab Arka tersenyum canggung. Arka langsung masuk kekamar mandi duluan sebelum ekspresinya terlihat lebih aneh. Tanpa sadar Rain mengembangkan senyumnya walau hanya seperti garis.

Saat masuk ke kamar mandi entah kenapa suasananya sangat menyebalkan. Rain harus melihat cabe-cabe Joanca gengs. Rain akan masuk ke bilik kamar mandi namun tangannya dicegat. Rain mengeluarkan nafas kasar sebagai tanda bahwa dia sedang tidak ingin diganggu. Namun apalah daya, otaknya orang pintar dengan yang bego jelas saja berbeda.

Mereka justru mendorong Rain sambil mengunyah permen karet mereka dan berlagak sok kuat. Joanca keluar dalik bilik kamar mandi. Lalu dia mencuci tangannya sambil berkata menceramahi Rain.

"Heh batu, lo ngga usah deket deket my prince deh. Lo tuh ngga selevel sama dia ya." ucap Joanca.

"Lo tuh kayak kutil nemplok di sekitarnya Arka. Jangan sombong deh jadi orang, mentang mentang dulu lo bisa nolak kak Naufal di depan semua orang. Lo ngga bisa ya ngayak gituin Arka"

"Heh batu ngapain lo diem aja?. Punya mulut ngga si lo!!" Tanya Joanca keras.

"Lo ngomong sama gue?" Tanya Rain telunjuknya menunjuk diri nya sendiri.

"YA IYA LAH BEGO"

"Hahaha, lo ngomong apa tadi? Selevel?" Jawab Rain enteng. Namun Joanca hanya mengangkat alisnya tanda tak mengerti masih sambil mengunya permen karet yang kini sudah berubah warna.

"Gue itu levelnya lebih tinggi dari pada lo pada ya. Dan kalian dengan jujurnya mengatakan itu ke gue? Kalian sebenernya lagi ngapain si? Lagi main main sama gue? Dan sori nih ya. Emang level lo sama Arka sama?" Jawab Rain dan malah bertanya balik.

"HEH GUA NGGA MAIN MAIN YA NJING" ucap Joanca, seketika anak buahnya mengeratkan pegangannya ke Rain agar Rain lebih terpojok. Namun Rain malah terkekeh geli melihat tingkah mereka bertiga.

PELANGI setelah HUJANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang