(18) Konsekuensi

567 18 1
                                    

Ketika hati ini belum cukup mampu untuk mempersilahkan sang tuang datang. Maka cobalah perlahan karena rasa nyaman lebih mampu menyihir 'rasa' untuk naik kasta.
☔☔☔

Beberapa hari ini ada kebiasaan baru yang dimiliki Rain dan Arka. Mereka selalu pulang bersama dengan mobil Arka. Awalnya Friska tidak curiga dengan hal itu namun ketika Ryan bercerita bahwa pagi itu dia melihat Rain dan Arka berangkat bersama. Friska langsung menuju ke parkiran sekolah karena penasaran dengan apa yang sedang terjadi.

Benar saja, disana tidak terdapat mobil Rain. Walaupun terkadang Rain memang diantar supir, tapi kali ini Friska berani bertaruh kalau sedang ada yang aneh.

Ryan dan Dio mengikuti kemanapun Friska melangkah. Saat dilorong sekolah mereka melihat Rain dan Arka berjalan bersama. Friska langsung berlari menyusul mereka.

"Woy kalin manusia penuh misteri, tumben kalian berangkat berdua?!" tanya Friska dengan mata menyelidik.

"Hah? Engga. Kita tadi ketemu dijalan kok." ucap Arka dengan suara yang sedikit goyah. Membuat Friska semakin penasaran.

"Apaan si kalian introgasi kayak gini. Gue berasa penjahat aja disini." Ucap Arka.

"Penjahat cinta." Ryan mengucapkannya sambil menepuk pundak Arka centil. Membuat Arka bergidik ngeri.

"Gue ngga yakin deh. Ngga percaya gue." Ucap Friska.

"Kalo kalian ketemu di jalan kenapa Ryan bilang liatnya kalian berangkat bareng?" Tanya Dio.

"Gue ketemu dia di jalan. Mobilnya mogok." Ucap Arka. Rain hanya terdiam mendengar perdebatan ini. Walaupun tatapan Friska jelas menyiratkan permintaan penjelasan.

"Kan arah rumah lo sama arah rumah Rain berlawanan. Ketemu dijalan mana?. Perempatan samping sekolah?. Sedeket itu?" Tanya Dio lagi.

"Anak pinter diem deh!." Ucap Arka mengarah kepada Dio.

"Rain beneran ngga nih? Gue yakin lo ngga akan bohong si." Ucap Friska dengan tatapan membara.

"Disini ngga ada hak diam kayak di polisi polisi koreyah." Ucap Ryan.

"Sok tahu banget lo, tau dari mana emang?" Tanya Dio sambil memukul kepala Ryan yang membuat Ryan jadi kesal sendiri.

"Dari drakor. Diajarin Rain gara gara nonton malaikat maut sama dokter tentara." Jawab Ryan.

"Ciyah cowo kok demennya nonton drama. Hidup lo udah penuh drama Yan." Ucap Arka sambil tertawa terbahak. Namun terhenti karena Rain dan Friska menatap Arka tajam. Ya bagaimana tidak, mereka berdua itu penggemar k-drama. Hanya saja Friska tidak begitu menyukai k-pop.

"Yah, cewe koreyah itu bening bening broo. Makannya nonton kalian berdua, jangan cuma liat buku sama ngurus masalah peliknya hidup ini. Enjoy bro enjoy." Ucap Ryan yang terlihat bangga.

"Udah udah ih balik ke topik." Ucap Friska kesal.

"Udah mau masuk Fris." Sanggah Arka. Friska melihat jam tangannya dan benar saja lima menit lagi bel berbunyi. Memang ada beberapa anak yang masih diluar kelas namun sebagian sudah masuk.

Friska melipat wajahnya. Terlihat sangat tidak puas dengan keadaan saat ini. "Ya udah lanjut nanti!. Wajib di jawab!." Ucap Friska penuh penekanan.

Rain tidak ingin nanti selama pelajaran Friska ribut meminta jawaban darinya. Karena Rain tidak ingin terganggu tidurnya.

"Yang gue ketemu Arka bener. Yang gue jadian sama Arka juga bener." Jawab Rain singkat sambil berjalan melewati mereka. Dan ucapan Rain yang terakhir membuat yang lain diam seketika.

PELANGI setelah HUJANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang