(15) Perubahan dadakan?

566 21 7
                                    

Hai guys, lama tidak berjumpa.
Gue sebagai author minta maaf kalau lama banget update padahal Ujian udah selesai lama 😅 (do'anya aja)
Gue harap masih ada yang mau baca cerita ini.
Hope you like it❤

☔☔☔

Gundahku saja bisa kau hapuskan dengan senyummu. Tapi kalau raga ini mulai lelah dan tak mampu untuk kembali berlari bagaimana?
- a -

Sudah satu minggu Arka dan Rain tidak saling bicara. Arka bahkan sampai bertukar tempat duduk dengan Friska. Iqbal pun sampai saat ini tidak menampakan dirinya didepan princess kecilnya itu.

"Harusnya emang dari awal gue duduk disini!" batin Arka sambil memperhatikan jendela. Sama seperti Rain.

"Harusnya dari awal gue ngga usah membuka mata gue lagi. Biar diri gue tersesat didalam gelap yang gue ciptakan sendiri." batin Rain sambil terkekeh kecil mengejek dirinya sendiri.

Saat itu juga dibagian jendela yang sedang Rain dan Arka lihat. Muncul sosok Iqbal dan Sania. Arka pun yang baru melihat Sania dan Iqbal dekat pun terkejut. Disana terlihat Sania sangat kikuk untuk mendekati Iqbal, dan Iqbal pun bersikap biasa saja. Dia masih tertawa kalau memang ada yang lucu. Saat Iqbal berbalik melongok ke jendela kelas Rain. Dia hanya melihat Arka karena Rain sedari tadi pun sudah mengalihkan pandangannya.

Arka yang melihat kejadian tadi pun mulai paham apa yang sedang terjadi. Arka memberikan pesan kepada Friska. Arka sampai memukul kepalanya karena baru setelah seminggu dia sadar Iqbal tidak pernah muncul.

Arka : Friska gue minta nomernya Iqbal anak XI IPA 2. Cepetan.

"Apaan? buat apaan nomernya?" Friska membalikan badannya.

"Buruan gampang penjelasannya mah." jawab Arka.

Lalu Friska mengirimkan nomer Iqbal kepada Arka.

"Apa yang salah dengan diriku, aku hanya ingin secercah cahaya lagi dalam hidup ku. Tapi siapa yang bisa menjadi cahaya dan melelehkan batu es seperti diriku.
Aku sendiri saja bingung siapa sebenarnya cahaya yang mulai meluluhkan aku dan mau dicari kemanapun aku tidak akan Menemukannya". Batin Rain

Rudhi masuk ke kelas membawa coklat lalu diletakan diatas meja Rain.

"Dari adik kelas yang kemarin" ucap Rudhi.

"Tolong bilangin anaknya yang kemarin udah cukup, gue lagi ngga kepengin ngebuang coklat ke tong sampah"

"Gue jadi tukang pos, bayar gue loh Ra" Rain mengangguk lalu Rudhi loncat loncat girang.

"Ternyata benar ya aku memberikan harapan pada adik kelas kemarin. Sudah seminggu rasanya lelah sekali. Arka yang biasanya menghibur kini malah pergi, Iqbal yang biasanya memanggilki dengan embel embel 'princess' kini sudah tidak lagi. Naufal sibuk dengan ujiannya. Friska dan Dio sedang sering seringnya ngedate. Ryan mah bisa happy, nah aku?"

"Friska lo nanti pergi sama Dio lagi?" tanya Rain sambil sedikit melirik Arka.

Friska yang sedang mengirimkan nomer ke Arka pun sedikit terkejut."hah? Gue nanti nonton, lo mau ikut?" Ucap Friska.

"Ngga deh entar kaya nyamuk lagi di sana. Ngliatin lo berdua."

"Ya engga lah, lo kan bisa nonton filmnya."

"Iya ya, ya udah deh. Gampanglah nanti." ucap Rain akhirnya karena dia merasa bosan. Friska mengangguk senang karena selama ini dia memang sulit sekali untuk mengajak Rain main ke tempat sejenis mall seperti itu.

PELANGI setelah HUJANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang