prolog

20.2K 774 7
                                    


Seorang gadis berseragam SMP berjalan dengan riang sambil memperlihatkan senyum lebarnya. Ia memeluk raportnya sebagai hasil kerja kerasnya selama tiga tahun ini. Ia gembira karena ia mendapat peringkat pertama di kelasnya, yah walaupun hanya di kelas sih.

"Oma pasti bangga liat nilai ku memuaskan." gumam gadis tersebut sambil menunjukan deretan gigi putihnya.

Ia terus berjalan tanpa menghilangkan senyumannya kemudian mempercepat langkahnya agar segera sampai ke kediaman omanya.

Bendera kuning dan kerumunan orang yang berlalu lalang masuk dan keluar dari rumah oma menyambutnya. Gadis itu berlari cepat tanpa peduli pada orang yang melihatnya dengan iba.

Dihadapanya, omanya terbujur kaku dengan mata terpejam. Tetesan air mata mengalir tanpa bisa dihentikan.

Disekelilingnya banyak orang yang sedang mengaji dan mendo'akan. Gadis itu menghambur memeluk jenazah omanya.

"Oma bangun! Eta masih butuh oma buat nemenin Eta. Eta mau oma lihat Eta sukses nanti oma. Oma tahu? Eta dapat peringkat pertama disekolah. Eta hebatkan? Eta mohon, oma jangan pergi dulu. Kembali pada Eta. Cuman oma yang Eta punya. Hiks.. Hiks.. Hiks.." suara parau Eta berbarengan dengan suara orang-orang di sekitarnya.

"Yang sabar yah Eta. Ini udah jadi jalan takdir. Ikhlasin oma kamu biar oma kamu tenang disana!"

"Iya tante."

***"

Tangisan Eta mengiringi jenazah sang oma ke peristirahatan terakhirnya.

Jenazah omanya telah ditutupi kayu dan tanah. Sebagian orang pergi meninggalkannya, yang ada hanya keluarganya di sana.

Eta menaburkan bunga sambil terus menangis. Lalu ia mengusap batu nisan omanya.

"Eta!"

Panggil seorang gadis seusiannya.

"E.. Ela?"

Gadis yang dipanggil Eta mengangguk dan tersenyum. Bekas air matanya masih tampak jelas dikedua sudut pipinya.

"Pulang yuk!" ajak Ela.

"Pulang?" tanya Eta

Ela mengangguk dan menuntun Eta untuk bangun.

Eta sempat melihat kedua orang tuanya. Mamanya tengah menangis dipundak ayahnya. Sedangkan ayahnya menenangkan mamannya.

"Mah! Pah! Ayo pulang! Eta tinggal dirumah kita yah?" ajak Ela.

"Iya sayang." jawab mamanya.

Kemudian keduanya bangkit bersamaan dengan Eta yang masih enggan meninggalkan pusara omanya yang masih berwarna merah.

'Oma aku akan selalu mengunjungi oma kesini. Aku rela bolak-balik Jakarta-Bandung demi oma. Oma aku pergi dulu yah.' - ucap Eta dalam hati.

Mereka pun pergi meninggalkan pemakaman dan kembali kerumah omanya.

Eta bersiap-siap untuk mengikuti kedua orang tuanya ke Jakarta. Sebelum berangkat ia memandang rumah omanya. Setiap kenangan-kenangan itu akan ia simpan selalu dalam pikirannya. Kenangan indah bersama omannya.

Satu harapan muncul di hatinya. Harapan yang membuatnya tersenyum tipis. Harapan yang membuatnya kembali bangkit dari keterpurukan. Harapan agar kedua orang tuanya manganggapnya ada dan tak pernah mengabaikannya lagi.

Bersambung....


Seeyou😘

Forever Alone (Sudah Terbit) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang