part 20

14 4 0
                                    

Aku menghampirinya, Ryosuke-kun. Dengan wajah yang lebam disudut bibirnya, dia bersadar dikursi dekat pohon maple.  Kudekati dirinya yang sedang memandang selembar kertas ditangannya.

'Itu foto yua'

Aku melihatnya, rasanya seperti ada banyak serangga yang menggigiti hatiku.

Sejenak Ryosuke-kun mengedarkan pandangannya. Pupil matanya menangkapku yang tengah berdiri disampingnya.

"Ryosuke-kun? K-kau baik-baik saja?? Lukamu sepertinya belum diobati"

Dia hanya menjawab dengan senyuman tipis.

"A-aku membawa plester. A-akan kupasangkan"

Gugup, aku cepat-cepat memakaikan plester kelukanya.

"E-eh"
Dia reflek seperti menghindar. Menjauhkan wajahnya dariku dan menahan tanganku. Mata kami saling memandang. Dia seperti terkejut akan sikapku yang gegabah. Aku-pun kaget karna tak berfikir panjang akan ditolaknya seperti ini.

"a-"
Aku segera melepaskan tanganku dari tahanannya dan sedikit menjauh darinya. Raut wajahnya berubah seperti bersalah saat aku menjauhkan diri.

"M-maaf mei, a-aku tak bermaksud..,"

"M-maaf, h-harausnya aku tak melakukannya"

Duh, aku malu, malu sekali. Dia malah menatapku serius. Aku semakin kikuk dan terlihat memalukan. Aku ingin menangis rasanya.

"Aku jadi teringat"
Dia masih memasang wajah serius.
"Sepertinya osamu tertarik padamu. Bunga waktu itu.. ia berikan padamu??? Kau menyukainya???"

Ryosuke-kun, apa-apaan? Kau menanyaiku dengan ekspresi putus asa seperti itu. Aku harus berkata apa? Lidahku kelu untuk berbicara. itu tidak benar Ryosuke-kun. Itu tidak benar.

"Aku bisa mengobati lukaku sendiri"
Dia tersenyum padaku dan merebut plester ditanganku. Memakainya disudut bibirnya yang teluka.

"Ryosuke-kun"
Aku memandangnya . tuhan.. Rasanya sakit sekali. Aku tak bisa mengatakannya.  Hanya kalimat Aku hanya menyukaimu saja sulit rasanya.

"Mei, kenapa kau memandangku seperti itu? Jangan risau. Ini hanya luka biasa."
Dia tersenyum lagi.
"Jika kau tak ingin aku terluka lagi, kau harus bersikap seperti tak mengenalku seperti dulu. Agar aku tak dianggap merebutmu dari osamu"

Jahat. Kata-kata Ryosuke benar-benar jahat. Aku serasa ingin berteriak bahwa aku benar-benar mencintainya. Tapi.. Berat rasanya. Pura-pura tidak mengenalnya?? Bahkan aku sudah mengenalnya selama 3 tahun. Kupendam perasaan ini sejak aku memasuki sekolah ini. Hatiku.. Hatiku sangat mengenalmu. Mana mungkin hati tak mengenali pemiliknya??

Aku mencoba mengeringkan mataku yang hampir tergenang air. Aku baru sadar, foto yua masih didekat Ryosuke.

"Kau menyukai yua??"
Ucapku angkat bicara.

Sepertinya dia mengerti arah pembicaraanku dan mengambil foto yua.

"Aku harus melindunginya, aku harus berada didekatnya. Dia memilih perguruan tinggi di London. Aku juga mendapat beasiswa disana.  Kuharap osamu memgerti keadaannya."

Jantungku...rasanya aku ingin tertawa. Tertawa melihat nasibku yang begitu menyedihkan.

"Sepertinya semester ini aku tak berada dikelas itu. Aku mengikuti kelas khusus. Belajarlah yang rajin, mei..."
Dia mengusap rambutku dengan lembut. Bibirnya tersenyum manis namun mata kami saling bertemu dalam kesenduan

_tbc_

Rainy SeasonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang