part 22

32 6 2
                                    


Tak berfikir panjang aku pergi ketempat osamu-kun, dengan berbekal alamat dari yua-san.

Dia tinggal di Rumah yang sangat mewah. Didalam keadaan yang seperti ini dia membukakan pintu untukku beberapa menit yang lalu. Aku tak tega memandangnya yang tengah terbaring sakit.

Demamnya sangat tinggi dan dia terus saja mengigau sambil memanggil namaku berkali-kali.
Aku benar-benar tak tega.

"Mei"

"Iya osamu-kun"

"Mei"

"Aku disini"

"Jangan tinggalkan aku mei"

Matanya masih terpejam. Keringatnya bercucuran. Kukompres dahinya dengan air dingin berharap demamnya segera turun.

"Kita kerumah sakit sekarang"

Dia menggelengkan kepala. Dengan mata yang masih terpejam osamu menolak ajakanku.

"Jangan tinggalkan aku mei"

"Istirahatlah, aku akan menemanimu disini"

Raut wajahnya kian menenang tatkala mendengar ucapanku barusan. Dia tertidur. Tanpa lengah aku terus menjaganya. Mengganti kompres beberapa kali didahinya. Hingga akhirnya aku tertidur disamping ranjangnya.

                       *          *           *

"Osamu????"

Aku terperanjat kaget saat mendengar suara wanita paruh baya yang masuk.

'Aku ketiduran?'

Kulihat osamu-kun yang menaruh telunjuknya didekat bibir mengisyaratkan agar wanita itu tak berisik dan menggangguku tidur. Tapi bagaimana lagi, aku sudah terlanjur bangun.

"Osamu-kun?? Kau sudah sadar??"
Kulihat wajahnya dengan tatapan lega. Dia hanya mengangguk dan tersenyum.

"Osamu, maafkan ibu. Katanya kau sakit? Ibu terlalu sibuk mengantar Ryosuke semalam"

Deghhh

Ryosuke-kun...

Aku baru ingat pesan Ryosuke-kun semalam.

"Tidak masalah ibu, aku sudah baikan karna dia"
Osamu memandangku dengan tatapan yang lembut.

Badanku bergetar. Tak tau apa yang harus aku lakukan. Aku sudah mengabaikan Ryosuke-kun.

Aku mengambil ponsel di tasku dan mencoba menghubungi Ryosuke, tapi nomornya tidak aktif. Aku mendesah frustasi.

"Nak"

Satu kata dari wanita paruhbaya disampingku membuatku keluar dari kegelisahan yang menimpaku.

"Aku ibunya Ryosuke dan osamu, terimakasih sudah jauh-jauh datang dan merawat osamu"

"Ah iya Ryosuke-kaa-san"

"Kau manis sekali, siapa namamu?"

"M-mei, mei-dessu"

"Ah nama yang cantik, seperti orangnya"
Ibu Ryosuke mengelus pipiku lembut. Aku merasakan kulit tangan dari ibu yang melahirkan orang yang kucintai. Rasanya aku ingin meneteskan air mata.

"Ibu tinggal sebentar membuatkan bubur untuk osamu, sekalian sarapan untuk kita."

"A-"
Aku ingin menolaknya dan cepat-cepat pergi kebandara. Tapi setelah kupikir-pikir Ryosuke pasti juga sudah berangkat sejak tadi malam.
"Aku bantu, kaa-san"

Dia tersenyum padaku.
"Kau gadis yang baik"

"Tentu saja, dia akan menjadi menantumu ibu..."
Osamu tersenyum jahil.
Membuat ibu angkatnya melempar handuk kerahnya.

"Cepat mandi, ibu siapkan air hangat untukmu"

Kuikuti langkahnya menuju dapur. Dengan sedikit sanda gurau aku membantunya memasak menyiapkan sarapan.

"Ryosuke adalah anak yang penurut, aku bangga mempunyai putra sepertinya. Aku berharap dia juga bisa seberuntung osamu,bertemu gadis sepertimu."

Aku tersenyum mendengarnya, entah itu pujian atau bagaimana tapi hatiku sesak mendengarnya.

Perlahan dia mendekat kearahku, meraih tanganku dan memakaikan sesuatu disana.

"R-ryosuke kaa-san, apa ini??"

"Ambillah gelang ini, aku senang osamu memiliki gadis baik disisinya, hidupnya sama-sama terluka layaknya Ryosuke. Jika hanya kau yang bisa mbahagiakannya, maka bahagiakanlah dia"

Matanya berkaca-kaca membuatku ingin menangis pula.

Ibu.. Aku mencintai putra kandungmu, tapi kau menyuruhku membahagiakan putra mu yang lain.

"J-jika aku boleh tanya, kenapa kaa-san baru pulang mengantar Ryosuke-kun. Bukankah pesawatnya sudah berangkat pukul 9 tadi malam"

"Ah iya kenapa kau bisa tau? Dari osamu ya? Katanya Ryosuke mau menunggu seseorang. Dia menunda keberangkatannya sampai tadi pagi. Hanya yua yang berangkat pada jam 9. Aku pulang sebelum ryo berangkat karna kudengar osamu sakit. 15 menit lagi mungkin ryosuke akan berangkat"

Deghhh

Dunia ku seakan berhenti berputar mendengarnya.

Apa dia menungguku.....

"Ryosuke-kaa-san, boleh aku pergi sebentar"

"Ada apa??"

Tak basa-basi pamit aku berlari menuju jalan raya.
Tujuanku satu.
Bandara.

Untung dalam sekejap aku bisa mendapatkan taxi. Tuhan benar-benar sayang padaku.

Dalam perjalanan aku terus menatap jam yang melingkar manis dipergelangan tanganku. Kupencet nomor Ryosuke berkali-kali tapi tetap saja tak menyahut.

Tak

Kututup pintu taxi dengan tergesa-gesa setelah sampai ditujuan.

Sebelum aku memasuki bandara, sebuah pesawat yang baru saja lepas landas membuatku terdiam.

Ryosuke-kun...
Sudah berangkat....
.

.

.

.

.

Aku menyeret kakiku yang lemas. Rasanya gairah hidupku kian meredup.

Dalam guyuran hujan yang menyelimuti tokyo, aku berjalan pulang dengan pandangan kosong menuju rumah osamu mengingat tasku ketinggalan disana.

Rasanya kakiku tak bisa memijakki tanah. Aku tak bisa mengungkapkan bagaimana perasaanku yang hancur ini.

Tubuhku ambruk begitu saja didekat pohon rindang. Padahal beberapa langkah lagi aku sudaj sampai dipintu gerbang rumah osamu, tapi aku tak sanggup melangkah lagi.

Tubuhku lemas, aku menagis, bersandar dipohon yang kuteduhi. Hujan ini mengingatkanku saat bersama ryosuke dulu..

Kenapa...

Kenapa aku selalu menantinya dan membuatku hancur seperti ini sedang jelas-jelas osamu mencintaiku.

Ryosuke-kun...

Kugores batang pohon yang kusandari saat ini. Aku mengukir namaku dan namaya dengan tanda hati ditengahnya. Aku tak bisa menghentikan tangisku yang semakin pecah.

Ryosuke-kun...
Menunggunya mengungkapkan cinta bagaikan mengharap terjadinya musim hujan dijepang. Tak kan pernah terjadi......

Mataku kian meredup, aku tak tahan dengan perasaan yang terpendam ini.



"Mei????"
"Aku datang"



TBC_________

Aku tau mungkin cerita ini nggak seru atau bahkan ngebosenin, tapi buat yang udah ngasih voment, thankss banget yaahhh :)))



Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 07, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Rainy SeasonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang