Sorry

149 71 75
                                    

Sore hari di toko buku pinggir jalan yang cukup besar, terlihat Bryan sedang asyik membaca novel sendiri dengan satu kaki ditumpangkan ke atas paha. Baginya disini lah waktu bersantai yang paling tepat, ditambah secangkir coffe panas  di depannya yang memberi kesan tenang.

Selama berjam-jam Bryan menjadi pusat perhatian remaja umur 14-20 tahun yang datang kesana. Tak jarang mereka memfotonya secara diam-diam. Walaupun Bryan tahu orang-orang memperhatikannya tapi dia tidak perduli, dan tetap fokus dengan aktivitasnya.

"Ekhem.." suara deheman yang sangat dekat itu membuat Bryan menoleh. 

"Boleh aku duduk disini?" tanyanya ragu.

Seorang wanita cantik berambut panjang terurai dengan penampilan yang begitu elegant dan wangi parfume yang sangat menusuk, membuat semua mata tertuju padanya.

"Billa? Kok lo disini?" Bryan mengernyit, dia menoleh kebelakang mencari sosok yang ia harapkan ada disini juga.

"Nyari siapa?" Billa ikut menoleh kebelakang mengikuti mata Bryan, lalu duduk di sampingnya.

"Kok lo bisa ada disini?" Bryan kembali bertanya.

"Hmm... Aku emang sering kesini kalau sore."

Senyum manisnya mampu membuat semua lelaki tergila-gila, tapi tidak dengan Bryan. Dia hanya menatap Billa dengan ekspresi wajah datar.

"Sendirian?"

"Iyah..  ~Meletakkan slimbag  yang dibawanya ke meja~ Abis yang lain pada mager.." mendengar jawaban itu, Bryan hanya ber'oh' dan kembali membaca.

"Lagi baca novel apa nih?" Billa sedikit membalikkan novel yang sedang dibaca Bryan untuk melihat sampulnya.

"Eh ini kan buku yang sering aku baca.." sambung Billa dengan mata berbinar.

"Oh ya?" jawab Bryan tanpa menoleh dan masih fokus dengan novel di depannya.

Billa membuka slimbag yang mempunyai satu kancing itu dan mengeluarkan novel yang sama dengan Bryan.

"Tara...." menunjukkannya dengan ceria. 

Bryan melihat sekilas lalu tersenyum simpul.

Dengan sikap Bryan yang dingin ini Billa hanya menarik napas berat dan langsung membuka novelnya, halaman 165 yang sudah ia beri tanda.

Beberapa saat kemudian keadaan hening, Billa menatap Bryan dari samping. Jantungnya berdebar hebat dan tubuhnya benar-benar lemas.


Sempurna. Gue gak mau lo jadi milik siapapun kecuali gue! Dan apapun bakal gue lakuin buat ngedapetin lo!  Batin Billa.

Tak terasa tangan kiri Billa yang terdapat beberapa gelang menyentuh tangan Bryan yang kekar, membuat lelaki itu menoleh.

"Bry--an, aku A--ku!"

Tiba-tiba Billa memeluk Bryan, membuatnya tersentak kaget. Dan berhasil membuat orang-orang disekitar mereka jantungan.

"Bryan aku suka kamu!" Billa meneteskan air mata di hoodie yang selalu dipakai Bryan.

Dari balik rak buku terlihat seorang lelaki sedang memperhatikan mereka berdua dengan raut wajah sedih.

"Bryan aku ingin bersama mu!" ucap Billa semakin mempererat pelukannya. Tapi Bryan hanya diam, masih dengan perasaan kaget. Dia berusaha mengumpulkan kesadarannya.

"Aku gak tau harus gimana lagi, rasa ini semakin menyiksa. Aku mohon balaslah cintaku!"

"Lepas!" terdengar suara dan napas yang begitu berat.

BRYLA (Love Story)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang