Tonight

112 49 28
                                    

Di hari kompetisi.

Semua murid dan guru SMA Widuri sudah berjajar rapi di bangku-bangku penonton di ruang teater seni yang cukup luas. Untuk guru berada di jajaran paling depan dan murid di belakang, ada juga kursi khusus juri yang bertugas menilai penampilan setiap murid.

Kompetisi ini bertujuan untuk mencari bakat-bakat terpendam yang nantinya akan dimasukkan dalam sebuah exskul musik yang baru dibentuk beberapa bulan lalu oleh ketua osis, Fahmi. Kompetisi ini diadakan selama 4 hari karena banyaknya murid dari kelas 1 dan 2. Kelas 3 tidak akan masuk exskul musik, hanya saja mereka diperbolehkan menjadi pasangan di kompetisi.

Hari pertama adalah bagian kelas 2 IPA sesuai dengan kesepakatan para guru. Pertunjukan pertama tentunya di buka oleh murid yang mendapat nomber urut satu.


****

Hari sudah mulai gelap, jam dinding besar sekolah pun menunjukkan pukul 17:45. Pertunjukan yang sudah berlangsung selama 9 jam ini masih juga menyisakan banyak murid. Para juri dan guru sudah terlihat bosan ditambah suara murid-murid yang membuat kepala mereka semakin pusing. Setelah melaksanakan sholat maghrib warga sekolah kembali melanjutkan kompetisinya.

"Aduh gue nervous."

Terlihat Shyla yang berada di belakang panggung mengenakan dress berwarna cream, sepatu pantofel hitam, make up seadanya dan rambut terurai dengan hiasan kupu-kupu di sebelah kiri, terlihat sangat cantik.

Dari tadi Shyla sangat gugup karena selama ini dia belum pernah bernyanyi di depan banyak orang. Shyla terus mondar-mandir sambil mengelap keringatnya.

"Nomber 186 kami persilahkan untuk segera menaiki panggung." ucap MC yang tidak lain adalah guru fisika kelas 2 IPA A.

"Udah ini gue..!!" panik Shyla mencari-cari handphone yang ada di dalam tas. Setelah menemukannya ia langsung memencet-mencet tombol di layar lalu memanggil seseorang.

Tutt...Tuttt....

"Halo man, lo dimana? Lo udah ketemu sama Bryan belum?" tanya Shyla kepada Manda yang berada di sebrang.

"Belom Shyl, lo yang rileks ya... Tarik napas, buang.. Tarik napas lagi, buang.. ~Shyla memperagakan apa yang Manda katakan.~ Gue, Dini sama Aerin udah nyari kemana-mana tapi si Bryan kagak ada. Gue juga udah nanyain ke kuar, kutu ame lisa pak Uus mereka bilang kagak tau.." Manda berkata sangat serius, ditambah juga dengan napas ngos-ngosan yang membuktikan kalau dia memang sudah mencari Bryan.

"Lo kalau ngomong yang masuk akal dikit dong! Kepala pak Uus mana ada penduduknya, mau idup dimana coba? Orang rambutnya juga kagak ada secuil pun!" ujar Shyla kesal.

Lalu melihat sekitarnya. Kalau sampai pak Uus denger apa yang tadi Shyla bicarakan, bisa habis dia disuruh ngerjain soal matematika seharian. Tapi untungnya di tempat itu hanya ada Shyla seorang.

"Iya yah, yang ada kutunya kepeleset terus." mereka berdua pun terkekeh sampai Shyla menyadari ada seseorang di sampingnya.

"Man udah dulu ya. Lo gak perlu lagi nyari Bryan, dia udah ada di sini.." ucap Shyla melihat ke arah lelaki yang sedang membenarkan jas hitamnya.

"Iya, ya udah gue sama anak-anak standby di kursi penonton ya. Semangat..!! bye.. Muachh.." menutup telepon.

Shyla sangat terpukau dengan penampilan Bryan malam ini, yah walaupun gak rapi tapi itu terlihat awesome. Seperti biasa Shyla tidak menunjukkan kekagumannya itu dan bersikap acuh.

BRYLA (Love Story)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang