Halloooo... maafkan cerita ini makin ambigu, sadar banget cerita ini banyak kekurangan dan kemustahilan. Jadi terima ajalah, hehehe
~~~~~~^^^~~~~~~~
Dorr...
Tembakan pertama terlepas dari pistol Azka, untungnya tidak mengenai Ali. Pandangan Ali mulai tidak jelas, kepalanya mulai berdenyut. Tapi Ali tetap berusaha fokus berjalan ke arah Prilly. Azka kembali menarik pelatuknya.
"Ali, aku mohon, jangan mendekat," Prilly histeris melihat Ali mulai sedikit sempoyongan.
Dorrr...
Dorrr....
Suara tembakan meletus dua kali, hampir mengenai Ali kembali tapi untungnya tembakan itu meleset dan hanya melukai lengan Ali. Satu tembakan hanya mengenai tanah. Prilly menjerit histeris melihat lengan Ali yang berdarah.
"Ali tetap disitu, jangan maju lagi," Ali hanya tersenyum sambil menggeleng ia kembali berjalan tanpa takut.
Pria yang membantu mereka berusaha membidik Azka tapi susah karena jarak Prilly dan Azka yang begitu dekat. Dia masih memfokuskan bidikkannya. Ia menarik pelatuk dan bersamaan pula Azka menarik pelatuk.
Dorr...
Bunyi tembakan yang bersamaan sekali lagi membuat Prilly terkejut. Tembakan dari Azka dan tembakan pria tersebut pada Azka. Azka terjatuh dan bersamaan dengan itu, Ali pun jatuh berlutut bukan tertembak karena tembakan itu meleset tapi kakinya melemah dan badannya mulai kelelahan karena sedari tadi emosinya terus dipancing padahal ia baru saja kecelakan. Kepalanya berdenyut ia merasakan sebentar Ali kepalanya bisa saja meledak.
Prilly berlari mendekat pada Ali. Ia langsung memeluk Ali dan mengecup muka Ali, pipi, kening. "Jangan pernah melakukan hal seperti itu lagi," Prilly terisak. Ali tersenyum dan menghapus airmata Prilly. Ali memeluk Prilly berlahan, ia menaruh kepalanya pada lekuk leher Prilly, menyandarkan kepalanya pada sebentar, ia ingin mengistirahatkan kepalanya. Prilly menerimanya tapi lama-lama terasa berat.
"Ali?" Prilly mencoba memanggil tapi tidak ada jawaban. Prilly merasakan tangan Ali yang memeluknya melemah.
Bunyi sirine polisi membuat Prilly bernafas lega. Prilly mencari pria yang menolongnya. "Siapa kamu?"
"Saya hanya diperintahkan mengikuti kamu."
"Tapi kamu siapa?"
"Saya detektif," pria tersebut memasukkan pistol, mengeluarkan borgol untuk memborgol Azka yang meringgis menahan sakit.
Prilly menatap Azka takut, takut ia kembali menyakitinya saat ia ditarik keluar untuk dibawa ke mobil polisi.
Seseorang melangkah masuk dan memanggil Prilly. "Prilly," suara yang sangat familiar untuk Prilly membuat ia menengadah.
"Mas Putra?" Prilly terkejut seperti melihat penampakkan.
Putra mendekat, berjongkok dan memeriksa Ali. "Dia harus segera dibawa kerumah sakit," Putra langsung menyuruh suruhannya mengangkat Ali dan membawanya pergi.
"Mau dibawa ke mana Ali?" Prilly takut Putra akan melukai Ali.
"Dia harus segera dibawa ke rumah sakit, keadaan pria tersebut tidak baik, sekarang kita harus bicara," Putra tersenyum lembut pada Prilly.
Prilly tak rela Ali dibawa pergi darinya, Prilly berdiri mau menyusul Ali ke dalam mobil. "Ia harus dibawa ke rumah sakit dan itu bukan urusanmu, sekarang kamu harus bersamaku," Putra mencoba menenangkan Prilly. Prilly menatap Putra kembali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Supir, I Love You (END)
RomanceCowo nyebelin ketemu cewe judes. Gimana kalau ujung-ujungnya mereka saling suka? Lalu gimana kalau mereka juga udah punya pasangan sendiri sendiri? Baca ya, moga kehibur. Cerita mainstream tapi setidaknya dengan style tulisan gue