2016.
Sinar matahari menyinari sebuah kampus megah di kota Colorado Amerika Serikat. Para mahasiswa dan mahasiswi mendatangi kampus tersebut untuk memulai aktivitas belajar-mengajar. Kesibukan sedikit demi sedikit bisa terlihat ketika banyaknya sepeda, mobil, dan skateboard melintasi jalanan tersebut.
Seorang mahasiswa bernama Noah, tengah menyenderkan punggungnya pada pintu mobil untuk menunggu ketiga temannya datang ke kampus tersebut. Senyum sunggingnya terulas setelah melihat kedatangan Henry, Grace, dan Tessa berjalan mendekatinya. Noah pun langsung merangkul Henry dan menanyakan kesiapan mereka untuk tugas akhir sekolah.
"Aku sudah membaca sejarah dari tempat tersebut. Lokasinya tidak jauh dari Colorado." Henry menjeda ucapannya sejenak. "Dan sepertinya hal ini akan menjadi tugas akhir yang menyenangkan."
"Apa kau setuju Grace?" tanya Noah yang melihat Grace; teman sekelasnya yang suka sekali memakai pakaian serba hitam.
Grace mengunyah permen karet yang berada di dalam mulutnya sambil mengangguk perlahan dengan sedikit acuh.
"Bagaimana denganmu Tessa?" tanya Noah yang langsung memalingkan wajahnya.
"Egh," Tessa mengernyitkan dahinya. "Aku tidak yakin."
"Oh ayolah." Noah memberhentikan langkah Tessa.
Dia melihat keraguan dari wajah tersebut dan langsung meraih dua bahu milik Tessa, "Kau harus yakin. Hal ini sudah pasti tidak akan bisa terlupakan."
"Aku tidak tau Noah. Tidak bisakah kita berpindah lokasi penelitian?" tanyanya.
"Untuk apa?" saut Grace.
"Kami sudah sepakat untuk pergi ke tempat itu," ucap Henry.
"Tidak bisakah kita bertukar tempat?" Tessa berhenti melangkah. "Maksudku, kita bisa meneliti di tempat lain," pinta Tessa yang melihat ketiga temannya secara bergantian.
Grace menggeleng. Tidak lama disusul dengan gelengan kepala dari Henry.
"Mereka berdua tidak setuju. Itu berarti, aku juga tidak setuju. Apa salahnya untuk datang ke tempat itu?" tanya Noah.
"Aku sudah membaca sejarahnya. Apa kau tidak mempercayaiku, Tessa?" tanya Henry dengan tatapan dingin.
Tessa hanya bisa menghela napas perlahan dan kembali melangkah. Dia masih berpikir mengapa hanya Henry yang memutuskan mereka semua untuk melakukan penelitian di tempat tersebut sebagai tugas kelompok akhir sekolah mereka.
Dia hanya memandang wajah Henry yang terlihat sedikit kesal akan sikapnya. Henry memang seorang laki-laki yang mudah sekali terpancing emosi. Jadi tidak heran, kalau lelaki berambut pirang tersebut, seringkali salah memahami maksud dari teman-teman terdekatnya.
Lain hal dengan Noah, lelaki berambut coklat tua itu terus saja berpikir positif mengenai tempat-tempat yang sebenarnya belum pernah dia kunjungi seorang diri. Noah hanya ingin ketiga temannya bersemangat untuk menggali mitos-mitos tentang tempat sejarah tersebut.
Sementara Grace, dia adalah seorang wanita yang tidak peduli untuk ikut campur dalam urusan-urusan tersebut. Dia tidak terlalu banyak berkomentar seperti Tessa. Wanita yang dijuluki sebagai 'mother of mysterious' ini, selalu menyetujui hal apapun yang mereka putuskan.
"Ayolah Tessa, kau tidak perlu mengkhawatirkan sesuatu. Kau tidak sendiri," balas Noah.
Tessa kembali menghela napas perlahan dan mengangguk tanda menyerah. Melihat reaksi yang diberikan dari temannya itu, membuat Noah tersenyum sumringah dan langsung merangkul pundak Tessa.
KAMU SEDANG MEMBACA
[Completed] TSS [1]: Tessa Sophia and The Secret of Cornfields
HorrorBest of Wattpad Outreach Ambassador in Wattpad Outreach [30/5/23] ¬ 1st horror story [Actocity Belt] in YAIndo [26/3/19] HIGHEST RATING: #1 in HORROR STORY [15/11/20] #18 in CREEPY [20/10/18] [TONTON TRAILERNYA!] The Secret Series [1]: Tessa Sophia...