XIII

1.1K 143 6
                                    

Dia melihat Henry sedang berusaha keras untuk tetap tersadar. Noah tidak berniat sama sekali untuk menghampiri temannya itu. Dia mendengar dari mulut Henry kalau Noah harus segera menjauhi Grace dari Tessa karena dia adalah wanita jahat.

Karena tidak terima akan ucapan dari Henry, Noah kembali berjalan mendekat lalu memukul pria itu hingga Henry kembali pingsan. Noah segera berlari menaiki anak tangga untuk keluar dari ruang bawah tanah yang nyatanya terhubung dengan dapur rumah tersebut. Sesampainya dia di teras rumah, mobil miliknya sedang berjalan meninggalkan rumah tersebut.

"TESSA!!! TUNGGU AKU!" teriak Noah dari arah kejauhan.

Tessa tahu bahwa Noah memintanya untuk berhenti, tetapi dia tidak berniat untuk memberhentikan mobilnya. Dia melihat ke arah kiri, Grace sedang tidak sadarkan diri akibat ulahnya yang memukul perut milik temannya itu.

Kedua bola mata Tessa seluruhnya berwarna hitam dan dia tersenyum sungging setelah melihat dirinya sendiri melalui pantulan cermin yang berada di dalam mobil.

🔱🔱🔱

Teriakan Noah rupanya tidak didengar oleh Tessa. Mobil hitam tersebut terus saja melaju dengan kecepatan penuh dan bisa pergi meninggalkannya seorang diri. Noah menoleh ke belakang, napasnya masih memburu. Dia memutuskan untuk kembali menghampiri Henry karena dia tahu pasti bahwa ini adalah bagian dari rencana lelaki itu.

Setelah menuruni anak tangga ruang bawah tanah, dia tidak dapat menemukan Henry di dalam ruangan tersebut.

"BRAKKK!!!"

Pintu ruang bawah tanah tertutup dengan kencang. Hal ini tentu membuat Noah menggeram kesal. Dia melihat sebuah kamera inframerah milik Grace yang tertinggal dan langsung mengambilnya.

Pikirannya saat ini adalah dia harus mencari cara untuk segera bisa keluar dari ruang bawah tanah tersebut. Noah tiba di depan sebuah pintu berwarna hitam. Dia tidak tahu apa yang ada di balik pintu itu. Tanpa berbasa-basi, dia segera mencoba untuk memutar gagang dari pintu tersebut dan ternyata tidak terkunci.

Dengan bantuan cahaya dari kamera yang dia bawa saat ini, Noah membuka lebar pintu tersebut dan memperlihatkan begitu banyak rak-rak buku di dalamnya. Ada pula cahaya dari lilin-lilin tembok yang menerangi ruangan tersebut. Kedua bola mata Noah membelalak sesaat dia melihat Henry menundukkan kepalanya dengan duduk di salah satu kursi kayu dengan sebuah meja bundar berada di hadapan lelaki itu.

Sebuah arit yang berada di atas meja, menjadi salah satu pandangan Noah. Dengan sangat ber-hati, Noah berjalan perlahan mendekati meja tersebut bermaksud untuk mengambil arit milik Henry.

Saat tangan Noah sudah menggenggam erat arit tersebut dan mulai menariknya perlahan, dengan cepat tangan Henry menggenggam pergelangan tangan Noah yang membuat lelaki itu tersentak kaget. Henry memperlihatkan wajahnya kepada Noah.

Terdapat tiga buah goresan luka berada di sisi wajah sebelah kiri milik Henry yang sama persis seperti milik Grace. Akibat luka tersebut, wajah Henry terlihat semakin parah. Mata kirinya membengkak serta membiru hingga membuat banyak darah yang mengucur membasahi baju tersebut.

Tentu itu bukan ulah Noah.

Noah melihat tangan kiri Henry mengeluarkan sesuatu dari bawah dan rupanya lelaki itu menaruh sebuah buku di atas meja tersebut bermaksud agar Noah bisa membacanya.

"Bunuhlah Tessa, selamatkan Grace, dan lari sejauh mungkin yang kalian bisa," pintanya dengan lirih.

Kepala Henry kembali menunduk, genggaman tangan milik Henry di pergelangan tangan Noah mulai meregang. Noah yang panik langsung menaruh kameranya di atas meja dan menghampiri Henry. Ditepuknya pipi kanan Henry secara perlahan agar lelaki itu bisa tersadar. Henry terbatuk dengan darah yang keluar dari dalam mulutnya.

"Bertahanlah Henry," seru Noah dengan air mata yang menetes.

"Ak--aku minta maaf. Aku tidak bermaksud membuat kalian celaka. A--aku juga tidak mengerti, sesuatu apa yang telah merasuki pikiranku hingga tega membuat kalian merasa ketakutan. Ak--aku pergi ke ruang bawah tanah bermaksud untuk mengambil sesuatu agar bisa menerangi keadaan di sekitar. Sesampainya di ruang bawah tanah, beberapa tikus datang menghampiriku dan aku langsung membunuh tikus-tikus itu menggunakan arit. Akibatnya, ba--bajuku berlumuran darah dan setelah itu, aku tidak bisa mengingat apapun," jelasnya dengan menatap Noah.

"Kumohon bertahanlah! Kita akan keluar dari tempat ini secara bersama-sama," pinta Noah.

"A--aku minta maaf Noah. Bukan aku yang berusaha menculikmu. Jaket hitam milikku itu, aku temukan di atas tanah saat pagi hari sebelum Tessa dan Grace bangun dari tidurnya. Pagi itu cuaca sangat dingin lalu kuputuskan untuk mengenakan jaket tersebut. Aku benar-benar minta maaf," jelasnya kembali

Henry menutup kedua bola matanya dan dia dapat dipastikan meninggal. Setelah mendengar penjelasan dari Henry, Noah merasa terlihat sangat bersalah. Bahkan kedua kakinya begitu terasa lemas.

Noah menarik satu buah kursi di samping Henry dan dia duduk di sana. Kedua tangan Noah berada di atas meja untuk menjadi tumpuan kepalanya. Pandangan Noah teralihkan pada sebuah buku yang sempat Henry berikan.

🔱🔱🔱

Dibukanya buku bersampul coklat itu dan memperlihatkan beberapa buah foto serta tulisan di dalamnya. Ternyata, itu adalah buku catatan harian milik Tessa. Dia tidak tahu bagaimana Henry bisa menemukan buku tersebut.

"Aku sudah muak melihat Noah terus saja bersama dengan Rose. Apa yang bisa kulakukan agar mereka berdua tidak bisa bersatu kembali? Oh Tuhan, aku sangat mencintai Noah. Hanya lelaki itu yang bisa membuatku tersenyum dengan sendirinya. Haruskah aku membuat sebuah kejadian di mana Noah melihat Rose berselingkuh dengan pria lain? Sepertinya itu tidak terlalu sulit."

Noah terdiam dengan kedua bola mata yang membulat. Ternyata, dalang dari putusnya hubungan Noah dengan Rose karena ulah temannya sendiri, Tessa Sophia. Dia jadi teringat saat menemukan Rose berada di tempat tidur wanita itu bersama dengan pria lain di apartemen milik Rose.

Lelaki asing tersebut mengakui bahwa dirinya dan Rose telah menjalin hubungan selama enam bulan. Saat itu, pikiran Noah sudah dikuasai oleh amarah yang sangat besar, tanpa berpikir panjang, dia langsung menghajar lelaki tersebut dan akhirnya, lelaki itu kabur meninggalkan apartemen milik Rose tanpa mengenakan baju. Rose mengatakan bahwa saat dia tidur seorang diri, dia berpikir bahwa yang meraba dirinya adalah Noah. Saat Rose membuka kedua bola mata, seorang lelaki asing sudah berada di atas tubuhnya.

Penjelasan tersebut tidak dapat diterima oleh akal Noah, dia sudah menganggap bahwa kekasihnya itu benar-benar berselingkuh. Noah memutuskan untuk menampar pipi kanan Rose setelah itu ia mengakhiri hubungannya dan pergi meninggalkan apartemen milik Rose.

Noah kembali membuka lembaran selanjutnya di buku harian milik Tessa yang memperlihatkan sebuah foto. Dia tidak mengenali foto dua orang anak kecil tersebut yang sudah menguning dan hal ini tentu membuat pikiran Noah bertanya-tanya apakah foto itu ada hubungannya dengan Tessa atau tidak. Noah menoleh ke arah Henry kembali dengan wajah yang sangat memelas.

"Maafkan aku Henry," ucap Noah dengan penuh penyesalan.

Lelaki itu segera mengambil kembali kamera inframerah, arit, dan buku harian Tessa di atas meja. Dia pergi meninggalkan Henry seorang diri dengan rasa dendam yang sekarang mempengaruhi dirinya. Dengan sekali hantaman menggunakan kaki kanannya, Noah berhasil mendobrak pintu ruang bawah tanah dan pergi meninggalkan rumah tersebut.

Dia menggenggam arit dengan sangat erat dan langkahnya terhenti begitu dia sampai di depan teras rumah. Kedua bola matanya membulat ketika melihat mobil miliknya sudah kembali terparkir di depan rumah tersebut.

"BRUKKK!!!"

Noah jatuh tersungkur dan seketika pingsan saat tiba-tiba mendapat hantaman benda tumpul yang mengenai tengkuk lehernya dari seseorang.

[Completed] TSS [1]: Tessa Sophia and The Secret of CornfieldsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang