X

1.2K 143 6
                                    

Mereka mendengar suara langkah kaki yang berjalan menuruni anak tangga dengan cepat. Mereka tidak tahu pasti apakah Tessa meninggalkan mereka atau tidak.

"Coba nyalakan kamera milik kalian, siapa tau bisa menyala kembali," pinta Grace.

Noah mengetuk-ngetuk kamera perekam miliknya di atas telapak tangan kiri.

"Click..."

Kamera perekam milik Noah kembali menyala. Dia langsung menyinari ke sekitarnya dan menemukan Tessa tengah tergeletak di atas lantai. Sebuah suara yang sempat mereka kira adalah barang terjatuh, nyatanya adalah tubuh Tessa sendiri.

"TESSA!!! TESSA!!! BANGUNLAH!" Noah menepuk-nepuk kedua pipi wanita itu.

Tubuh Grace masih bergetar. Keringatnya menjadi bercucuran di sekitar dahinya. Dia menoleh ke kanan dan ke kiri. Suasana di sekitar mereka benar-benar sangat sepi dan gelap. Grace mencoba menyalakan senter miliknya dan beruntung bisa menyala. Dia menyinari cahaya tersebut ketika mendengar sesuatu yang bergerak dengan sendirinya ke setiap sudut di lantai dua rumah tersebut.

"Di mana Henry?" tanya Grace yang baru saja menyadari ketidakhadiran Henry di sekitar mereka.

"Aku tidak tau." Noah terus menepuk pipi Tessa."Tessa! Bangunlah!"

Tessa terbangun dari pingsannya dengan terbatuk hebat. Dia langsung mencoba untuk duduk dan menatap kedua temannya.

"Kita harus segera keluar dari sini," ucap Tessa yang merasakan sakit di kepalanya.

"Bagaimana dengan Henry?" tanya Grace.

"Grace," Kedua bola mata Noah membulat. "Kau terluka."

🔱🔱🔱

Grace menoleh ke arah lengan kanannya yang mengeluarkan darah. Dia melihat bekas tiga buah cakaran yang diyakini berasal dari kuku jari tangan seseorang, berhasil merobek kulit lengannya.

"Aku tidak merasakan apapun," ujar Grace dengan heran.

Grace memang tidak merasakan bahwa ada seseorang yang telah membuatnya terluka. Melihat luka lengannya yang sangat dalam, membuat dia langsung membuka cardigan miliknya untuk menutupi luka tersebut.

Tessa masih merasakan pusing di kepalanya. Dia langsung menjelaskan bahwa sebenarnya bukan dia yang membanting ponsel milik Noah, tetapi Henry lah yang melakukan hal itu. Bahkan, Henry tega memukul kepala serta tengkuk Tessa untuk membuat dirinya pingsan menggunakan tongkat pemukul baseball yang sempat dia lihat berada dekat dengan lemari buku di samping pintu kamar mandi.

"Henry?" Grace mengernyitkan dahinya.

Tessa mengangguk, "Kita harus segera keluar sekarang juga."

Noah membantu Tessa untuk segera bangkit bersama dengan Grace. Mereka segera menuruni anak tangga dengan bantuan sinar senter dan juga kamera perekam. Begitu sampai di lantai dasar, Noah, Grace, dan Tessa hanya bisa membelalakkan kedua bola matanya. Mereka melihat ke sekitar, barang-barang mereka yang berada di dalam rumah tersebut terlihat hancur berantakan. 

"Krietttttt..."

Sebuah pintu yang berasal dekat dengan dapur terbuka dengan sendirinya. Tidak lama setelah itu, mereka melihat cahaya yang diyakini dari senter milik Henry berhasil menyinari sebagian ruangan dapur. Henry berjalan keluar dari dalam ruangan tersebut dengan sebuah arit yang sudah berlumuran darah digenggamannya.

"Syukurlah, Grace sudah berhasil keluar," ucap Henry dari kejauhan dengan menyengir lebar.

Mereka hanya terdiam karena merasa ketakutan setelah melihat pakaian Henry sudah dalam berlumuran darah. Dipikiran mereka saat ini, siapa yang telah Henry bunuh dari balik pintu tersebut? Dan kenapa pintu yang terkunci itu bisa terbuka oleh Henry?

[Completed] TSS [1]: Tessa Sophia and The Secret of CornfieldsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang