V

1.3K 166 6
                                    

Noah mengatakan bahwa dia baru saja melihat seorang wanita tepat di bawah pohon, sedang menyenderkan punggungnya di sana seorang diri. Saat wanita itu menoleh, dia tidak menyangka bahwa yang dilihatnya adalah Rose. Noah pun langsung berlari mendekati wanita itu dan bermaksud untuk menanyakan kenapa Rose bisa sampai ke tempat ini.

Namun sayangnya, saat Noah tiba di sana, yang dilihatnya bukanlah Rose. Melainkan seorang wanita dengan wajah setengah hancur dan juga tatapan mata yang penuh dendam. Pakaiannya begitu kusut, rambut hitam panjangnya terurai hingga menyentuh tanah.

"Aku rasa itu bukanlah Rose," ujar Grace.

"Aku setuju denganmu," timpal Tessa.

"Apa jangan-jangan wanita itu adalah wanita yang kita temui di buki--"

"Sudah-sudah! Jangan buat keributan lagi. Aku yakin, kau hanya salah melihat, Noah," sentak Henry.

Mereka semua terdiam dan saling menatap.

"Kau terlalu berimajinasi. Di zaman seperti ini, tidak mungkin ada hal-hal yang aneh. Tujuan kita ke sini untuk menggali mitos-mitos tempat ini dan harus kita selesaikan dengan cepat," lanjutnya.

"Imajinasi katamu?" Noah menatap Henry.

Grace menyuruh keduanya untuk tetap tenang tetapi Noah sendiri tidak bisa terima akan ucapan Henry.

"Dengar semua. Tidak ada yang boleh keluar dari rumah ini sampai besok pagi. Kalau aku melihat salah satu di antara kalian keluar, aku akan mencoret nama kalian dari daftar tugas akhir sekolah," ancam Henry.

"KAU PIKIR KAU SIAPA?!" Tessa berteriak geram.

Henry berdecak, "Aku?"

"CUKUP!" sentak Grace.

Grace mengatakan bahwa mereka harus benar-benar berhenti untuk berdebat. Tidak peduli seberapa keras usaha masing-masing untuk mempertahankan argumen, hal itu tidak akan bisa menjadi jalan keluar bagi mereka semua.

"Akan kubuatkan kalian makan malam. Selepas itu, kita bisa beristirahat," seru Grace yang langsung membawa kantong plastik tersebut menuju dapur menggunakan cahaya senter.

"Aku ikut denganmu, Grace," saut Tessa.

🔱🔱🔱

Henry dan Noah lebih memilih untuk terdiam satu sama lain di ruang tamu. Sementara Grace dan Tessa terus berjalan menelusuri koridor yang ternyata berhubungan dengan dapur dan pintu belakang. Grace sendiri sebenarnya tidak begitu yakin bahwa dapur di dalam rumah yang mereka singgahi ini, masih layak untuk dipakai atau tidak. Rasa ketidakpedulian Grace yang biasa dia lakukan ketika teman-temannya berdebat, rupanya membuat dia melupakan hal tersebut setelah melihat tingkah ketiga temannya tadi. Kalau Grace tetap mempertahankan rasa itu, tugas sekolah mereka tidak akan bisa selesai dengan cepat.

Tessa merasa heran setelah dia memperhatikan seisi rumah peninggalan pemilik ladang jagung ini. Seluruh perabotan di dalam rumahnya masih terlihat lengkap. Hanya saja, dia sama sekali tidak melihat satupun bingkai foto yang terpajang di dinding maupun di atas meja hias.

Sekarang mereka sedang berada di dapur yang berhadapan dengan pemandangan hutan. Grace mencoba untuk memutar keran air di atas wastafel dan ajaibnya, air itu keluar dengan jernih.

"Kau yakin rumah ini memang benar ditinggalkan oleh pemiliknya?" tanya Tessa perlahan.

"Iya. Melalui situs yang kubaca dari Henry, rumah beserta ladang jagung ini memang ditinggalkan oleh pemiliknya," jawab Grace.

"Tapi, apa kau tidak curiga bahwa sebenarnya rumah ini masih ada pemiliknya?" tanya Tessa.

"Apa maksudmu?" Grace mengernyitkan dahinya dengan kedua tangan yang sibuk mencari sesuatu dari dalam laci dapur.

[Completed] TSS [1]: Tessa Sophia and The Secret of CornfieldsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang