Mendengar pertanyaan tersebut, membuat Henry berhenti mengunyah mi di dalam mulutnya. Dia mengambil sebotol air mineral untuk diminum sebelum menjawab pertanyaan dari Tessa.
"Phyrena adalah seorang anak perempuan dari pemilik ladang jagung," jawab Henry.
"Anak?" Grace terkejut.
Tessa mengernyitkan dahinya, "Bagaimana kau bisa tau?"
"Benar. Dari mana kau bisa mengetahui hal itu?" timpal Noah.
"Sepertinya aku tidak perlu menjelaskan hal ini kepada kalian," serunya dengan menatap ke arah Tessa.
"Apa maksudmu?" tanya Tessa heran.
"Apa kau sudah pernah mengunjungi tempat ini sebelumnya?" balas Grace.
"Kalian kembali menuduhku?" Henry menatap ketiga lawan bicaranya secara bergiliran. Dia mengalihkan pandangannya kepada Tessa. "Dari mana kau bisa tau nama Phyrena, Tessa?"
Tessa terdiam.
"Bukankah kau mengatakan bahwa hanya kau yang tidak menerima situs itu dariku? Lalu, bagaimana kau bisa mengetahui tentang nama itu?" tanya Henry kembali.
Mereka saling menatap dengan kecurigaan yang berada di masing-masing pikiran mereka. Tessa merasa bahwa kali ini Henry menuduhnya tanpa bukti. Sementara Henry sendiri merasa bahwa Tessa sudah pernah mengunjungi tempat ini sebelumnya, namun perempuan itu bersikap bahwa dia tidak pernah mengunjunginya.
Cahaya-cahaya pada lilin putih yang berada di lantai kayu rumah, mendadak bergoyang karena mereka merasakan hembusan angin malam yang sekarang masuk ke dalam rumah melalui celah ventilasi udara.
"Sebaiknya kita beristirahat agar besok kita dapat merekam tugas kembali," ujar Noah yang memecahkan keheningan di antara mereka.
"Kalian tidur saja lebih dulu. Aku akan berjaga-jaga," seru Henry.
"Henry benar. Salah satu diantara kita harus berjaga-jaga agar tidak terjadi sesuatu. Bangunkan aku setelah 2 jam aku tertidur," balas Noah.
Henry mengangguk. Dia segera berdiri dan berjalan keluar rumah lalu duduk di teras. Tessa sendiri hanya bisa memperhatikan tingkah temannya itu tanpa kembali melontarkan argumen.
"Apa kau tidak melihat kejanggalan pada diri Henry?" bisik Tessa pada Grace.
"Sudahlah Tes, jangan mencoba untuk membuat masalah. Aku lelah mendengarmu terus saja memulai pertengkaran dengan Henry," jawab Grace tanpa menoleh ke arah Tessa.
Setelah mereka bertiga selesai membereskan makanan, Tessa segera merebahkan diri di atas kasur lipat dan menyelimuti dirinya agar tidak merasa dingin. Kedua matanya menatap langit-langit atap.
Dia berada di tengah-tengah Grace dan Noah. Kedua temannya itu rupanya telah tertidur dengan sangat pulas. Keheningan di antara dirinya semakin terasa. Tessa menarik napasnya dengan dalam untuk meyakinkan diri bahwa dia akan segera pergi dari rumah ini secepatnya.
🔱🔱🔱
Jam menunjukkan pukul satu pagi. Mereka merasakan angin malam yang semakin meraba tubuh mereka. Kedua telinga Tessa mendengar suara lirih Grace dan dia juga merasakan tubuhnya digoncang-goncangkan oleh seseorang secara perlahan. Tessa pun membuka kedua bola matanya dan melihat Grace sudah dalam keadaan keringat dingin.
"Ada apa?" tanya Tessa.
"Antarkan aku ke toilet," serunya.
Tessa segera bangkit dan langsung mengambil senternya. Dia terus menyorot cahaya senter tersebut ke segala arah agar bisa berjaga-jaga. Toilet di dalam rumah ini, berdekatan dengan dapur yang membuat Tessa harus tetap waspada.
KAMU SEDANG MEMBACA
[Completed] TSS [1]: Tessa Sophia and The Secret of Cornfields
HorrorBest of Wattpad Outreach Ambassador in Wattpad Outreach [30/5/23] ¬ 1st horror story [Actocity Belt] in YAIndo [26/3/19] HIGHEST RATING: #1 in HORROR STORY [15/11/20] #18 in CREEPY [20/10/18] [TONTON TRAILERNYA!] The Secret Series [1]: Tessa Sophia...