II

1.6K 177 8
                                    

Ibu Tessa segera masuk ke dalam kamar anaknya karena mendengar Tessa terus saja berteriak histeris dari dalam kamar. Dia membuka seluruh gorden milik Tessa agar cahaya mentari yang sudah bersinar sedari tadi dapat masuk ke dalam kamar tersebut.

"TESSA TESSA! BANGUNLAH NAK!" serunya dengan terus menepuk-nepuk perlahan kedua pipi Tessa.

Tessa membuka kedua matanya dengan cepat. Dia melihat dirinya sudah berada di dalam kamar dan mendapati ibunya sedang menatap penuh kecemasan. Keringat Tessa terlihat membasahi tubuhnya. Napasnya juga masih memburu tidak karuan.

"Apa yang terjadi nak?" tanya ibu Tessa.

Tessa segera duduk di ranjang miliknya dengan kedua tangan yang menahan ke belakang, "Di mana Lisa dan Lena?"

"Mereka ada di dalam kamar. Kau mimpi buruk lagi?" tanyanya kembali.

Tessa mengangguk perlahan dengan kedua bola mata yang kini meneteskan air mata. Ibunya memeluk dengan erat dan mengelus kepala anaknya agar bisa sedikit merasa tenang. Tessa sendiri tidak menyangka bahwa itu semua adalah mimpi. Seingatnya saat dia berhenti di dekat halte bis, Tessa melihat dua orang yang tidak dia kenali memaksanya untuk ikut bersama mereka. Bahkan kedua orang itu tega menyeretnya. Tessa dipaksa masuk ke sebuah kandang kuda yang dipenuhi oleh jerami. Di sana, dia merasakan cambukkan yang amat sangat menyakitkan hingga membuat dirinya menjerit histeris.

Ibu Tessa segera melepaskan pelukan tersebut dan menyuruh Tessa untuk mandi karena mereka akan menunggu dirinya di ruang makan untuk sarapan pagi. Tessa mengangguk perlahan. Setelah ibunya pergi, Tessa mengambil ponsel yang berada di atas nakas bermaksud untuk melihat aktivitas panggilan. Terdapat satu panggilan keluar yang dia lakukan untuk Grace pada pukul 2 malam. Hal ini tentu membuat Tessa mengernyitkan dahinya untuk sesaat.

"Ini bukanlah sebuah mimpi," serunya perlahan.

Suara ketukan yang berasal dari luar kamar Tessa, membuatnya menoleh ke pintu kamar tersebut. Dia melihat adiknya menyembulkan kepala ke dalam dan mengatakan bahwa Tessa harus segera sarapan sebelum dia berangkat bersama teman-temannya. 

🔱🔱🔱

Beberapa menit kemudian, Tessa sudah siap dengan tas punggung dan juga dua buah kantong plastik berukuran besar yang menampung makanan-makanan mereka semua. Dia berjalan menuruni anak tangga perlahan, selepas itu meletakkan seluruh barangnya di dekat tembok ruang makan.

Mereka makan dalam diam untuk sejenak. Pandangan ibunya mengarah kepada Tessa yang membuat dirinya tersadar dan mereka saling menatap satu sama lain.

"Cepatlah kembali," ujar ibu Tessa perlahan dengan tersenyum.

"Jangan khawatir bu. Selepas aku selesai melakukan penelitian dan lulus dari tempat kuliah, aku akan bekerja keras untuk menghidupi keluarga kita," balas Tessa yang menggenggam tangan ibunya.

Ayah Tessa sudah lama meninggal akibat kecelakaan yang menimpanya saat dia bekerja di sebuah pembangunan. Kematian tragis yang menimpa ayahnya itulah, membuat Tessa tidak ingin mengingat kejadian tersebut dan berusaha keras untuk menguburnya di dalam ingatan. Pasalnya, ayah Tessa tidak sengaja tertembak pistol paku beton secara bertubi-tubi oleh dirinya sendiri. Oleh sebab itu, Tessa merasa kasihan kepada ibunya karena hanya wanita itu yang bekerja banting tulang untuk memenuhi kebutuhan keluarga mereka.

"Dan untuk kalian berdua," Tessa mengarahkan pandangannya kepada kedua adik perempuan yang sedang asyik memakan sereal. "Jangan buat ulah yang membuat ibu kalian marah."

"Baiklah," jawab mereka serempak.

Tessa kembali menatap ibunya yang tersenyum hangat. Dia melihat wanita itu membuka kalung salib yang melingkar di lehernya dan menaruh di telapak tangan kiri Tessa.

[Completed] TSS [1]: Tessa Sophia and The Secret of CornfieldsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang