Ali menumpukan kepalanya pada tangannya. Ia menatap Alisyah dengan tajam. Sejak tadi ia terus membujuk adiknya agar makan.
Huft. Padahal adiknya itu sudah dewasa tapi tetap saja makan adalah hal yang paling sulit Alisyah lakukan.
Alisyah menatap nasi goreng dihadapannya dengan malas. Baru dua suapan ia merasa begitu kenyang. Namun Ali terus saja menatap tajam ke arahnya. Sungguh menjengkelkan!
Tiba-tiba seorang lelaki melangkah menghampiri mereka. Dia memasuki kantin yang hanya ada Alisyah dan Ali serta para pedagang kantin.
"Li, masih ada yang harus disiapin. Dikit lagi acaranya harus mulai." Lelaki itu berucap.
Senyum Alisyah terbit. Ali bisa melihat itu.
"Tuh, kak. Udah sana kakak persiapin acara dulu. Mereka butuh kakak. Kalau aku sih nggak."
Ali mendorong dahi Alisyah dengan jari telunjuknya. "Bisa aja kamu."
"Gue bakal urus. Lo duluan aja. Bilang sama Nita suruh mulai siapin pembatas acara." Ali berpesan pada temannya.
"Oke." Lelaki itu berjalan pergi meninggalkan Alisyah dan Ali.
Ali nampak mengetikkan sesuatu di handphone-nya. Tiba-tiba, Zakiyah datang memasuki kantin.
Ulah Ali? Sejak kapan Ali memiliki nomor Zakiyah? Yang jelas Alisyah sudah memanyunkan bibirnya.
Ali tersenyum puas. "Zakiyah, tolong liatin adik kakak yang super bandel, keras kepala dan manja ini. Kalau dia berulah, cubit aja pipinya."
"Oke, kak! Siap!" Zakiyah terkekeh. Ia yakin Alisyah pasti kesal.
"Kakak pamit dulu, adikku yang manja." Ali mencubit pipi Alisyah.
"Assalamualaikum."
"Waalaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh."
Setelah kepergian Ali, Zakiyah duduk di tempat Ali sebelumnya. Dihadapan Alisyah. Ikut menatap tajam gadis itu. Alisyah menghela nafasnya.
"Lis, makan."
Alisyah mengerutkan keningnya. Ia pun menoleh ke kanan dan ke kiri mencari seseorang yang di suruh makan oleh Zakiyah. Namun nihil. Tak ada siswi selain mereka berdua di kantin.
"Lis?" Alisyah bertanya.
"Iya, semua orang punya panggilan khusus buat kamu. Sekarang aku yang punya panggilan buat kamu. Aku manggil kamu 'Lis'" Zakiyah menjelaskan.
"Emang nggak ada lagi selain, Lis? Dikira nama aku Lilis?" Alisyah memanyunkan bibirnya lagi. Padahal Zakiyah tak bisa melihat itu.
"Hehehe, nggak papah. Kan namanya juga panggilan khusus." Zakiyah menyengir tanpa dosa. "Lanjut dong makannya."
Alisyah sudah tak berniat kembali makan. "Kalau gitu aku manggil kamu, Ai."
"Ko Ai sih?" Zakiyah mengerutkan keningnya. Ia hendak protes.
Alisyah tertawa pelan. "Iya. Nama kamu kan Zakiyah Ainiyah." Alisyah menekan kata pada bagian 'Ai'
Kini bergantian, Zakiyah yang memanyunkan bibirnya sebal.
"Atau mau aku panggil Zaki?" Alisyah memberikan pilihan lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alisyah Nur Firdaus
SpiritualAlisyah Nur Firdaus, namanya. Gadis berniqab dengan khimar panjangnya itu menjalani hari-harinya dengan penuh tantangan. Menguji keistiqamahan dan keteguhan hatinya. Dengan kakaknya, Ali Nur Firdaus yang terus menjaga Alisyah dengan penuh kasih saya...