31 | Birthday

403 40 5
                                    

Deretan rak-rak buku rendah memenuhi pandangan Alisyah. Ia mulai memutari satu persatu rak dengan langkah pelan. Alisyah mengambil satu buku, membacanya belakang bukunya sebentar lalu menaruhnya lagi. Begitu berulang kali.

Suara tawa membuat Alisyah menoleh. Ia melihat empat orang siswi yang memegang buku sambil tertawa cekikikan. Tidak lama kemudian terdengar teguran dari sang pemilik toko. Mereka menghentikan tawa mereka sembari melangkah menuju kasir, membawa buku yang ingin mereka bayar.

Senyum simpul terukir di wajah tertutup Alisyah. Melihat kejadian tadi mengingatkan dirinya tentang persahabatan.

Tiba-tiba saja Alisyah ingin sekali memiliki sahabat perempuan sebanyak itu. Bersenda gurau serta mengobrol dengan hangat.

Alisyah tau yang dilakukan keempat siswi tadi salah karena mereka mengganggu keten perpustakaan. Namun melihat interaksi yang nyaman diantara mereka membuat Alisyah iri.

Alisyah ingin memiliki banyak sahabat seperti mereka. Juga seperti uminya.

Lagi-lagi Alisyah diingatkan mengenai ikatan silaturahmi yang rada merenggang diantara dirinya dan Zakiyah. Ia merasa jarak diantara keduanya semakin jauh. Zakiyah seakan-akan berjalan menjauh meninggalkan Alisyah.

Alisyah menghela nafasnya begitu teringat dengan hari kelahirannya yang akan tiba tidak lama lagi. Ia harap hubungannya dengan Zakiyah akan segera membaik agar sahabatnya itu bisa berada di sisinya pada hari spesial itu.

Alisyah sadar, umurnya dengan umur Zakiyah tidak lagi anak-anak. Mereka sudah remaja dan hendak memasuki fase kedewasaan. Ia ingin sekali mampu menyelesaikan segala permasalahan secara dewasa dan kepala dingin. Termasuk permasalahan dirinya dengan Zakiyah.

Alisyah melanjutkan langkahnya. Ketika melewati rak buku yang bersebelahan dengan kaca transparan yang membatasi toko dengan luar, langkah Alisyah terhenti.

Kedua matanya terpaku pada seorang lelaki yang tengah mengobrol bersama perempuan di sebelahnya. Mereka terlihat sangat serius sehingga tidak menyadari kehadiran Alisyah yang memperhatikan mereka.

"Nadia dan Harist?" bisik Alisyah. Dibenaknya sudah dipenuhi banyak pertanyaan.

"Mereka saling kenal?" Kali ini pertanyaan itu hanya mampu terlintas dipikiran Alisyah.

Nadia dan Harist berlalu begitu saja meninggalkan Alisyah yang termenung hingga sebuah tepukan mendarat di pundak Alisyah.

"Misi, Mbak. Saya mau lewat situ."

Alisyah menoleh lalu menepi begitu melihat seorang lelaki yang tengah meminta maaf "Oh, iya, maaf."

Alisyah tidak ingin su'udzon karena menganggap lelaki itu memiliki modal dusta Dia berbalik mencari rak buku yang cukup.

***

Alisyah memasuki rumahnya. Suara tv yang nyala membuat Alisyah menyadari keberadaan abinya di rumah.

"Abi enggak ke rumah sakit?"

Faiz menoleh mendengar pertanyaan Alisyah dan menggeleng. "Enggak."

Alisyah duduk di sebelah abinya. Ketika abinya fokus pada tv, ia justru sibuk dengan pikirannya sendiri.

"Abi," panggil Alisyah.

"Iya?" Faiz menyahut.

"Abi masih kenal sama Maryam?" Alisyah bertanya tiba-tiba.

Alisyah bisa melihat wajah kebingungan abinya namun tidak lama kemudian Faiz mengangguk.

"Kenapa tiba-tiba tanya itu?" Faiz balik bertanya.

Alisyah Nur FirdausTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang