Mentari pagi menghangatkan tubuh Harist dan Alisyah yang baru saja keluar dari mobil. Harist langsung meraih tangan Alisyah, menggenggamnya erat.
"Masya Allah, istriku cantik sekali," pujinya pagi itu.
Alisyah tertawa. "Gombal terus."
"Enggak papah. Aku ngegombal biar bisa bikin kamu ketawa," kata Harist.
"Terus gombalannya bener enggak tuh?"
"Aih, beneran dong. Masa bohong. Aku ngegombal itu biar bisa bikin kamu ketawa plus bikin kamu sadar," ujar Harist.
"Sadar?"
"Sadar kalau istriku tersayang ini cantik," puji Harist lagi.
Alisyah lagi-lagi tertawa.
"Bucin tingkat akut." Suara Rio terdengar.
Harist dan Alisyah menoleh ke belakang, asal suara itu berasal. Terlihat Rio yang tengah bersisian dengan Zakiyah.
Alisyah tersenyum malu. Lain dengan Harist yang justru terlihat bangga sekali.
"Yaudah yuk masuk," ajak Zakiyah.
Alisyah mengangguk.
Baik Zakiyah ataupun Alisyah buru-buru melepaskan suami mereka. Keduanya kemudian berjalan bersisian memasuki kafe.
Harist dan Rio melongo. Keduanya saling melempar tatapan bingung.
"Apa yang terjadi barusan?" tanya Rio.
"Suami yang tersisihkan?" sahut Harist.
***
"Kenapa Zayn enggak ikut kumpul? Dia juga enggak nimbrung di grup?" Alisyah bertanya tanpa rasa bersalah.
Rifki dan Zakiyah saling tatap. Rifki menggerakkan ujung dagunya, menyuruh Zakiyah menjelaskan.
"Rifki aja yang jelasin. Aku mau mesen makan." Zakiyah bangkit dari duduknya sambil memegang perutnya. Dari luar, Rio buru-buru masuk lalu menuntun istrinya.
Rifki menghela nafasnya. Ia sudah tahu sebenarnya. Pada akhirnya dirinya juga yang harus menjelaskan semua ini. Ia juga yang harus menyelesaikannya.
Harist melangkah masuk. Duduk diantara kedua orang itu dengan santainya membuat Rifki yang tadinya sudah membuka mulutnya, hendak menjelaskan, kini menutup kembali mulutnya.
Melihat Rifki seperti itu, Alisyah langsung mengerti. Ia menoleh pada Harist. "Kak, beliin Alisyah minum."
Harist langsung mengangguk. Ia bangkit meninggalkan mereka berdua.
Lagi-lagi, Rifki menghela nafasnya. Kenapa dirinya harus terus terjebak dengan dua pasangan yang sedang bucin-bucinnya itu? Dan kenapa dia tetap menjomblo sampai sekarang?
"Jadi kenapa, Ki?" Alisyah menghentikan lamunan Rifki.
"Alisyah," panggil Rifki.
Alisyah tidak menyahut. Ia menunggu kalimat Rifki selanjutnya.
"Kamu tau Zayn suka sama kamu, kan?"
Alisyah terdiam. Memilih tidak menjawab. Kebiasaan dirinya ketika bingung ataupun terdesak.
Rifki kini menatap sahabatnya dengan tajam. "Jawab Alisyah. Ini penting. Kamu tahu, kan?"
Masih tidak dijawab Alisyah.
"Aku anggap itu iya," putus Rifki.
"Kamu harusnya tahu seberapa hancur Zayn. Dia sudah merasa sangat hancur sebelum ini. Keluarganya, kehidupannya, dia merasa buruk. Hanya karena ia merasa punya masa depan yang baik bersama kamu, dia jadi bersemangat," ungkap Rifki.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alisyah Nur Firdaus
SpiritualitéAlisyah Nur Firdaus, namanya. Gadis berniqab dengan khimar panjangnya itu menjalani hari-harinya dengan penuh tantangan. Menguji keistiqamahan dan keteguhan hatinya. Dengan kakaknya, Ali Nur Firdaus yang terus menjaga Alisyah dengan penuh kasih saya...