Alisyah meneguk segelas susu putih hingga tidak tersisa. Sarapannya kini diakhiri dengan dia yang menguap sambil menutup mulutnya.
Ali yang melihatnya tertawa kecil. Ia lalu mengelus lembut kepala Alisyah.
Faiz terlihat berjalan menuju dapur. Seperti sebelumnya, ia menyiapkan air lalu membuka sebuah plastik berwarna putih yang di dalamnya terdapat satu kotak bubur.
"Bi," panggil Ali.
"Iya?"
"Sebenernya Umi sakit apa?"
Faiz yang tengah sibuk menyiapkan sarapan untuk istrinya itu menoleh pada anaknya. Wajahnya yang selalu terlihat tenang membuat Ali dan Alisyah sulit menebak kemungkinan yang terjadi.
"Cuma kecapekan doang kok." Faiz menjawab. Ia kemudian mengangkat nampan yang sudah berisi segelas air dan bubur.
"Enggak usah khawatir yah," ujar Faiz begitu melewati Ali. Dia sempat mengelus kepala Ali dengan pelan.
Alisyah dan Ali terdiam begitu Faiz masuk ke kamarnya. Ada perasaan tidak puas mendengar jawaban Faiz. Abinya itu bukan tipe lelaki yang akan meninggalkan pekerjaannya hanya demi istrinya yang kecapekan. Atau memang begitu?
Keduanya saling melempar tatapan dengan kening mengerut. Berusaha memikirkan kejadian yang sebenarnya. Tetapi nihil. Mereka tidak bisa menebak yang sebenarnya terjadi.
"Udahlah, kita berangkat yuk, Isy." Ali bangkit dari duduknya.
"Tapi ...."
"Ayo, Isy." Ali merangkul Alisyah lalu mengajaknya keluar dari rumah.
***
Zayn melangkah menuruni tangga. Ia lalu menggendong adiknya yang tengah berlarian tanpa tujuan, hanya berputar-putar. Zayn lalu terkekeh.
"Kamu tuh ngapain, Fa? Nanti pusing kalau muter-muter gitu." Ali mendudukkan adiknya di kursi ruang makan, tepat di sebelahnya.
"Pucing? Selu." Zhifa berkata dengan lucunya.
Farhah meletakkan sepiring nasi goreng di hadapan Zayn. Zhifa yang berada di sebelahnya tengah meneguk susu yang diberikan Farhah.
Zayn menyuapkan sesendok nasi goreng ke dalam mulutnya. Ia mengunyah makanannya dengan cepat. Pagi ini ia ingin menghindari pertanyaan mamanya yang selalu mengganggu hari-harinya.
"Gimana kabar Harist, Zayn?"
Zayn berhenti mengunyah. Ia meletakkan sendok makannya ke atas piring. Padahal ia baru menyuapkan sesendok nasi goreng.
Zayn menuang air ke dalam gelas, meneguknya hingga setengah, lalu bangkit.
"Masih hidup kok, Ma."
Zayn meraih tasnya lalu berjalan keluar dari rumah. Lagi-lagi tanpa berpamitan.
***
Alisyah lagi-lagi menguap. Padahal guru biologi sedang menjelaskan tentang klasifikasi jamur.
Alisyah berusaha menyembunyikan wajahnya di balik buku paket biologi. Baru kali ini ia merasa menyesal karena memilih kursi yang dekat dengan meja guru.
Kedua mata Alisyah sudah seperti daya baterai ponsel lima persen yang sudah hampir mati.
"Alisyah, coba sebutkan 3 klasifikasi jamur yang baru saja ibu sebutkan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Alisyah Nur Firdaus
SpiritualeAlisyah Nur Firdaus, namanya. Gadis berniqab dengan khimar panjangnya itu menjalani hari-harinya dengan penuh tantangan. Menguji keistiqamahan dan keteguhan hatinya. Dengan kakaknya, Ali Nur Firdaus yang terus menjaga Alisyah dengan penuh kasih saya...