8 | Apology

4.7K 266 3
                                    

Alisyah melangkah di koridor sekolah. Beberapa buku berada digenggamannya. Ia ditugaskan untuk mencatat beberapa materi di papan tulis sebagai sekertaris.

Bel masuk sudah berbunyi sejak tadi. Ia yakin kelasnya pasti sudah ribut sekarang karena mendengar kabar guru yang super killer mereka tidak masuk kelas dan ulangan harian dibatalkan.

Jarak kelasnya memang agak jauh dari ruang guru. Dia harus memutari lapangan karena koridor yang memang berada di samping lapangan.

Dibandingkan ia harus memotong jarak dengan melewati lapangan yang panas dan bisa menjadi pusat perhatian, Alisyah lebih memilih melewati koridor saja.

"Khm." Terdengar suara deheman seseorang.

Alisyah berhenti melangkah. Ia menoleh ke arah tangga yang tertuju ke kelas sebelas dan dua belas.

Harist berdiri di sana sambil melipat kedua tangannya di depan dada. Ia nampak mengenakan seragam olahraga. Mungkin ini jam olahraganya.

Alisyah hendak kembali melangkah. Mungkin saja tadi lelaki itu hanya berdehem tidak bermaksud memanggilnya. Ia tidak boleh terlalu percaya diri seperti itu.

"Tunggu."

Mendengar suara Harist, Alisyah lagi-lagi kembali berhenti melangkah. Ia menoleh ke sekelilingnya. Namun tetap saja ia tidak menemukan siapapun selain dirinya dan Harist.

"Kakak manggil saya?" Alisyah bertanya, memastikan.

"Iya." Harist berjalan menuruni tangga lalu berdiri tepat di hadapan Alisyah.

Alisyah menatap diam-diam wajah Harist yang terlihat babak belur. Alisyah menggelengkan kepalanya pelan. Mencoba menepis rasa penasarannya.

"Ada apa?" Alisyah bertanya lebih dulu. Ia rasa, dirinya tidak boleh terlalu lama di sini.

Harist bisa melihat gerak-gerik Alisyah yang nampak buru-buru. "Lagi sibuk yah?"

"Iya. Saya harus segera mencatat di papan tulis." Alisyah menjawab dengan bahasa yang baku.

"Em, enggak usah terlalu baku gitu bahasanya. Dikira lagi ulangan bahasa Indonesia." Harist tersenyum menatap Alisyah.

Alisyah menjadi salah tingkah. Ia segera mengalihkan matanya ke arah lain.

"Um, i ... iya, Kak. Kalau gitu, saya permisi yah." Alisyah hendak kembali melangkah.

"Tunggu."

Buk!

Semua buku di tangan Alisyah jatuh. Harist lagi-lagi memegang lengannya membuat Alisyah kaget.

"Eh, maaf." Harist melepas pegangannya.

Alisyah berjongkok mengambil bukunya satu-persatu. Tentu saja Harist ikut membantu Alisyah.

"Temui saya di taman sepulang sekolah yah, Alisyah. Ada yang harus saya omongin. Kalau sekarang, kayaknya kamu lagi buru-buru."

Lelaki dengan pakaian berantakan namun berwajah bersih itu lagi-lagi tersenyum manis pada Alisyah.

"Saya pamit, assalamualaikum." Alisyah berjalan meninggalkan Harist tanpa menoleh lagi pada lelaki itu.

Alisyah Nur FirdausTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang