30 | A Tough Day

443 36 9
                                    

Kata orang, hidupmu akan sempurna bila memiliki harta, tahta, dan wanita.

Orang juga bilang, hidup dengan otak cerdas, wajah cantik dan kaya raya itu adalah sebuah kesempurnaan hidup.

Namun tidak bagi Alisyah. Menurutnya seorang gadis yang kaya, cantik, dan cerdas tidak menjamin kehidupan yang sempurna.

Seseorang harus benar-benar memahami apa arti sebuah kesempurnaan dalam hidup. Hidup dengan semua nikmat yang lengkap namun tanpa diiringi syukur? Apakah itu yang disebut kesempurnaan?

Definisi kesempurnaan hidup tidak bisa terdefinisi hanya untuk dunia fana saja. Seorang manusia diciptakan Allah adalah untuk beribadah kepada-Nya. Untuk mencintai-Nya dengan sebenar-benar cinta.

Namun terkadang, manusia itu sendiri lupa. Apa sebenarnya definisi terciptanya ia di atas muka bumi ini?

Alisyah bukan merasa baik. Ia tidak merasa bahwa dengan dirinya menutup segala auratnya. Bahkan hingga ke wajahnya, itu tidak menjamin dirinya akan masuk syurga.  Semua keputusan ada di tangan Allah. Ia tidak bisa menentukan ke mana ia akan berakhir nanti.

Definisi menjalani hidup untuk Alisyah adalah agar terus berusaha mencintai sang pencipta yang telah memberikan dia nikmat yang dianggap kesempurnaan oleh sebagian manusia.

Terkadang manusia sendiri lupa bahwa semua yang ia anggap miliknya, sebenarnya adalah milik Allah.

Alisyah menyadari, ada saatnya ia harus melepaskan yang ia punya. Sesuatu dan juga seseorang.

Saat Allah mengambil wanita paling dia sayangi, menjauhkan dirinya dari lelaki yang menjadi tempatnya bersandar, ia menjadi sadar. Ada yang lebih berhak atas orang-orang di sekelilingnya. Membuat ia juga sadar bahwa Allah lah satu-satunya tempat bersandar.

Alisyah mengulurkan tangannya ke luar jendela sekolah. Hujan sedang turun membasahi bumi membuat langit terlihat dipenuhi awan abu-abu serta udara yang terasa sangat dingin. Hari ini adalah hari terakhir ia menjalani ulangan tengah semester. Namun sejak pagi hari tidak satu orangpun mengajaknya bicara.

Suasana ramainya hujan beberapa kali diselingi tawa teman-teman sekelasnya yang tengah bersenda gurau di tengah jam istirahat.

Sudah beberapa minggu terakhir, Alisyah menjadi semakin menjauh dengan Zakiyah. Meskipun ia menyempatkan diri untuk menyapa sahabatnya itu, tetapi Zakiyah terlihat sangat enggan untuk memperpanjang percakapan mereka.

Alisyah menghela nafasnya. Buku-buku di atas mejanya bahkan kini tidak lagi menarik untuknya. Kepalanya terus sibuk berpikir. Memikirkan segala hal.

Kedua mata Alisyah menangkap keberadaan Nadia yang berjalan menghampirinya dengan senyum yang lebar. Kali ini Alisyah sudah sangat mengetahui bahwa dibalik senyum itu terdapat amarah yang sangat besar untuknya yang tidak Alisyah ketahui alasannya.

"Hai, Alisyah," sapanya.

Cukup lucu memang. Dari sekian banyak orang disekelilingnya, hari ini justru Nadia menjadi orang pertama yang menyapanya.

"Waalaikumussalam." Alisyah menjawab setengah menyindir.

"Eh, iya lupa. Assalamu'alaikum, ukhti."

"Waalaikumussalam warahmatullah," jawab Alisyah lagi.

Gadis itu melangkah mendekat ke telinga Alisyah bahkan hingga tubuhnya menunduk sedikit. Ia membisikkan sesuatu ke telinga Alisyah.

"Kapan keluarga lo sadar?" bisik Nadia.

Nadia menarik kembali tubuhnya. Ia tersenyum simpul pada Alisyah lalu menepuk pundaknya. "Bye, Alisyah."

Alisyah hanya diam. Ia tidak berniat menyahuti sedikitpun ucapan panas Nadia yang menyulut emosi. Sampai sekarang ia masih belum mengetahui alasan kebencian Nadia kepada dirinya dan keluarganya.

Alisyah Nur FirdausTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang