11 | Sick

4.5K 273 2
                                    

Harist mengambil alih minuman di atas meja kantin. Ia menyeruputnya lalu menaruh kembali ke tempatnya.

Sumpah serapah terlontar dari teman Harist. Sekalipun Ia tahu bahwa lelaki yang kini Sudah menyandarkan punggung sambil memejamkan mata itu tidak akan peduli.

"Buat apa lo ke kantin kalau cuma merem doang, Rist? Duit banyak enggak dipake!" celetuk temannya yang lain.

"Berisik, lo!" Harist menyahut.

"Eh, lo tau adeknya Si Ketos enggak?" Salah satu teman Harist bertanya.

"Yang mana?"

"Yang mana lagi? Yang pake penutup muka itu, lah. Sok banget cakep enggak sih?"

"Tau tuh. Abangnya sok jagoan, adeknya sok kecakepan. Satu keluarga enggak ada yang bener."

Jika biasanya, Harist tidak tertarik dengan obrolan unfaedah teman-temannya, kini Ia justru mengepalkan tangannya. Entah mengapa ia merasa tersinggung.

Harist membuka matanya. "Kalau emang beneran cantik gimana?" celetuk Harist.

Semua teman-temannya tertawa. Rasa panas tiba-tiba memenuhi sekeliling Harist. Ia merasa gerah, tidak ingin berlama-lama lagi di sana.

Harist bangkit. Ia mengambil alih botol air yang tersisa setengah. Meneguknya hingga habis lalu meletakkan uang berwarna biru di atas meja. Ia kemudian berjalan meninggalkan teman-temannya.

"Mau kemana lo, Rist?! Tumben langsung kabur!" Salah satu temannya berteriak.

Harist tidak menjawab. Ia tetap meneruskan langkahnya.

"Udahlah biarin. Yang penting tuh anak ngasih duitnya. Lumayan buat beli rokok."

Sudut bibir kiri Harist terangkat. Ia masing bisa mendengar ucapan temannya barusan.

Harist berdecih.  "Mata duitan lo semua! Gak guna!"

***

Alisyah melangkahkan kakinya memasuki rumah. Diikuti Ali yang tepat berada di belakangnya. Suasana rumah yang senyap tanpa suara memasak dari dapur ataupun suara sambutan Zahra membuat kedua orang itu terheran-heran.

Alisyah menghentikan langkahnya. Ia berbalik menghadap Ali.

"Umi kemana, Kak?" tanya Alisyah.

Ali kembali menatap sekeliling. Nihil. Ia tidan menemukan kehadiran uminya yang biasa menyambut Mereka.

"Kakak juga enggak tau." Ali mengangkat kedua bahunya.

"Kakak titip tas, Dik." Ali menyodorkan tasnya pada Alisyah.

Alisyah mengambil alih tas Ali lalu melangkah menuju kamarnya. Ia mulai meniti tangga.

Ali berjalan menuju dapur. Ia membuka kulkas, mengambil sebotol air minum lalu mengambil posisi duduk di kursi yang berada di dapur. Ali meneguk airnya.

"Li? Udah pulang?" tanya Faiz.

Ali meletakkan botol minumnya. Ia bangkit sambil dari duduknya sambil membelalakkan matanya. "Abi? Kok Abi di sini?"

"Kamu ngeliat Abi kok kayak ngeliat setan sih. Kaget gitu." Faiz tertawa pelan. Ia mengambil gelas lalu menuangkan air ke dalamnya.

Alisyah Nur FirdausTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang