28 | Work and Groups

420 34 3
                                    

Suara bising terdengar dari dalam rumah bercat warna putih. Obrolan yang sesekali diselingi dengan gelak tawa itu meramaikan rumah Zakiyah yang biasanya sepi.

"Kak Zaka kemana, Ai?" Alisyah bertanya kepada Zakiyah disela-sela kegiatannya mengetik tugas di laptop.

"Keluar tadi. Katanya ada urusan." Zakiyah menjawab.

Hari ini rumah Zakiyah menjadi tempat berkumpulnya 5 orang siswi kelas XI MIPA 2 untuk mengerjakan tugas kelompok. Alisyah menjadi orang yang bertugas bekerja. Lalu 4 orang lain bertugas sebagai kelompok.

Gadis itu sama sekali tidak terlihat marah ataupun kesal meskipun ia harus mengerjakan tugas sendirian. Bahkan Zakiyah yang sebelumnya ada di sebelahnya, kini telah berpindah duduk menjadi di samping Nadia, ikut bersenda gurau.

"Kamu ada-ada aja, Nad. Aku ketawa terus jadinya gara-gara kamu," ujar Erin, gadis dengan baju berwarna oranye, sambil menepuk pundak Nadia.

Nadia yang disebelahnya hanya tersenyum bangga. "Harus dong. Di hari libur tuh kita harusnya rileks. Bukan malah ngerjain tugas," katanya sembari melirik Alisyah yang masih fokus mengerjakan tugas.

"Iya bener juga. Males banget sebenernya harus kerja kelompok di hari libur. Kita kan juga butuh waktu buat istirahat dari belajar. Capek banget otak dipaksa kerja terus." Tiara, teman yang duduk di sebelah Erin ikut menyahut.

Alisyah menutup laptopnya. Ia lalu menghela nafasnya. Gadis itu bangkit dari duduknya sambil membawa tas selempang miliknya.

"Mau kemana?" tanya Nadia. Lagi-lagi dengan senyum khas miliknya.

"Bunda ada di dalem, Ai?" Alisyah justru bertanya pada Zakiyah tanpa memperdulikan pertanyaan Nadia.

"Um ... ada kok. Di dapur," jawab Zakiyah.

Alisyah menganggukkan kepalanya. Ia melangkah menuju dapur, meninggalkan keempat temannya itu. Namun sayup-sayup dia masih bisa mendengar ucapan teman-temannya.

"Alisyah tuh dingin banget yah sikapnya?"

"Iya, bahkan sama cewek sekalipun. Emang kayak gitu atau gimana sih, Zakiyah?"

Tiara dan Erin melontarkan pertanyaan beruntun pada Zakiyah. Gadis yang ditanya justru menggaruk tengkuknya yang sebenarnya tidak gatal. Ingin rasanya ia membantah ucapan kedua temannya itu. Namun memang akhir-akhir ini sikap Alisyah menjadi berkali-kali lipat lebih dingin.

"Mungkin emang orangnya gitu." Nadia menyahuti.

Alisyah mengulum senyum ketika melihat keberadaan Aisyah, Ibu dari Zakiyah yang tengah menyiapkan makanan di dapur.

"Bunda," sapa Alisyah.

Aisyah menoleh mendengar perkataan lembut dari Alisyah. Ia tersenyum lebar melihat anak dari sahabatnya itu menghampirinya.

"Eh, Alisyah. Kenapa ke dapur, Nak? Kamu butuh sesuatu?" tanya Aisyah dengan lemah lembut.

Alisyah tersenyum lalu menggeleng. "Enggak butuh apa-apa kok. Cuma mau ketemu Bunda. Bunda lagi buat apa?"

Aisyah terkekeh. Ia berkata sambil mengelus kepala Alisyah, "buat brownies. Nanti pulang kamu bawa juga yah? Bunda buat banyak."

Alisyah mengangguk.

"Kerja kelompoknya udah selesai, Nak?" Aisyah kembali bertanya.

"Tugasnya sudah selesai kok, Bun." Alisyah meletakan tas selempangnya kemudian kembali mendekat pada Aisyah.

"Alhamdulillah," ujar Aisyah.

"Alhamdulillah." Alisyah mengulum senyum tipis dibalik cadarnya.

Alisyah Nur FirdausTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang