Hari ini adalah hari yang harusnya menjadi hari paling berarti bagiku. Tapi nyatanya bukan begitu. Aku akan menikah dengan seorang anak pengusaha yang tidak ku kenal.
Aku bangun dari tidurku masih dengan masker yang kering di wajahku. Aku melepaskan maskerku dan merasakan kulit wajahku glowy dan mulus sekaligus.
Aku mandi dan memakai sweater merah muda dan celana pendek biru tua untuk pergi mencoba wedding dressku di lokasi.
Mama sudah memakai dress merah marunnya dengan sepatu yang dipilih kemarin. Papa juga sudah memakai tuxedo berwarna hitam putih dengan rambut yang sudah ditata rapi.
Kami pun masuk ke dalam mobil dan memulai perjalanan.
Sesampainya disana, aku melihat tempat dimana aku akan menikah dengan Ethan.Tempat itu sungguh cantik, pernikahan kita akan diadakan di sebuah taman dekat pantai nanti sore menjelang malam.
Aku memasuki sebuah pondok berukuran besar dan menemui Tante Lisa.
"Ethan lagi nyoba baju di ruang sebelah, kamu jangan keluar ruangan sebelum pesta pernikahan dimulai ya" perintah Tante Lisa.
Aku mengangguk menuruti perintahnya, yang jelas aku bakalan bosan nungguin pesta nikahan berlangsung karena sekarang masih jam 12.00. Dan pesta nikahan dimulai jam 5.00.
Tapi aku mencoba memakai wedding dressku terlebih dahulu, dress ini pas sekali denganku, sangat cantik dan terlihat begitu mewah.
Aku memakainya bersamaan dengan sepatu yang mama beli kemarin.
Aku duduk di kursi, sementara penata rias itu merias wajahku sesuai dengan permintaan mama dan Tante Lisa, simpel tapi elegan.
Aku menutup mataku perlahan-lahan. Yang awalnya aku hanya ingin menutup mata, kini aku sudah di dunia mimpi.
•••
Aku membuka mataku perlahan-lahan. Aku melihat banyangan diriku di cermin yang terletak tepat di hadapanku. Bisa dibilang aku terlihat beda dan lebih anggun menggunakan dress ini, wajahku yang dipakaikan makeup dan juga rambutku yang sudah tertata rapi.
Aku bisa melihat tamu-tamu berdatangan dari jendela ruanganku. Aku juga melihat Ethan dan papanya yang sedang asik mengobrol dengan tamu lainnya.
"Olivia", papa memanggilku, masuk ke dalam ruangan dimana aku berada.
Dia berhenti di balik pintu, menatap diriku dengan tatapan terpesona.
"Anak papa cantik banget"
"Sudah siap?" tanya papa sambil mengelus pundakku dengan lembut. Mama dan Tante Lisa sudah keluar dari ruangan dan memberi tahu host untuk segera memulai pernikahannya.
Sebuah alunan lagu yang pelan pun diputar, aku menggandeng papaku, mulai jalan mengikuti karpet merah yang membawaku menuju Ethan. Aku merasakan jantungku yang berdetak sangat kencang.
Aku melewati rekan-rekan kerja orang tuaku, teman-teman Ethan dan juga teman-temanku.
Mereka semua menatapku dengan senyuman penuh kebahagiaan, seolah-olah aku dan Ethan memang saling mencintai, tapi itu semua hanyalah sandiwara. Ethan adalah orang yang nyebelin, judes, dan sombong.
Sekarang aku sudah ada di hadapan Ethan, papa memberikan tanganku kepada Ethan. Lalu, papa pun kembali ke tempat duduknya.
Aku juga bisa melihat Grayson, kembaran Ethan dan istrinya menggendong anaknya yang kira-kira masih berusia 1 tahun.
Pernikahan berjalan sangat lancar, hanya saja, Ethan terlihat sangat terpaksa dan saat bagian 'i love you'.
Setelah acara pernikahan kami berlangsung, kami pun mengadakan acara bebas, aku dan Ethan memberikan sambutan hangat kepada tamu-tamu yang telah datang, mulai dari teman papa, sampai ke teman-temanku.
"Yo, bro"
"Bro, apa kabar?" sapa Ethan sambil menepuk pundak Grayson.
"Gray, Lex, ini Olivia Scanson, istriku" kata Ethan memperkenalkan diriku kepada mereka dengan wajah yang datar.
"Hai Olivia, Happy Wedding, langgeng ya sama Ethan" ucap Grayson sambil memelukku erat. Aku pun membalas pelukannya.
"Olivia.." sapa Alexis, istri Grayson sambil memelukku. "Aku Alexis Ren. Happy Wedding! Langgeng yah"
"Thankyou, Lex. Duh ini capa nih namanya?" tanyaku sambil mengelus tangan bayi yang ada di pelukan Alexis.
"Doreen Jonathan, tante" balas Alexis menyerupai suara anak-anak.
"Namanya bagus banget, artinya apa, say?"
"Doreen itu buat Dolan dan Ren, marga kami berdua, Jonathan itu nama yang kami berdua paling suka" jelas Alexis.
Aku pun kembali memeluk Grayson dan Alexis sebagai ucapan terimakasih. Lalu Ethan pergi menghampiri teman-temannya, begitu juga denganku.
"Nikah gak bilang-bilang nih" sindir Cassandra.
"Duh ga kerasa ya kamu bakalan masuk TV ntar" ujar Benny, pacarnya Cassandra sekigus teman baikku sejak SMA.
Malam pun tiba, aku dan Ethan harus pergi ke bandara untuk ke Mexico jam 9.00 malam nanti. Aku mengganti bajuku ke dress pendek yang lebih santai dan nyaman.
Ethan pun mengganti bajunya dengan kemeja warna putih dan celana pendek selutut warna hitam.
Kami pun berpamitan dengan keluarga kami masing-masing, teman dan tamu-tamu yang sudah datang.
Lalu aku dan Ethan masuk ke dalam mobil yang diberikan papa Ethan kepada kami sebagai ucapan selamat.
Ethan mulai menyetir menuju bandara, belum ada diantara kami yang mengeluarkan suara sama sekali.
Aku pun memutuskan untuk menutup mataku karena aku merasa lelah akan hari ini.
Sesampainya di bandara, aku masih tertidur lelap dengan kepalaku menyandar ke jendela mobil.
"Woi, bangun dah nyampe" kata Ethan sambil menggoyang-goyangkan lenganku. Otomatis pun aku langsung terbangun dari mimpiku.
Aku turun dari mobil, Ethan membuka bagasi mobil untuk mengambil barang-barangnya. Tapi dia membiarkan barang-barangku tergeletak di bagasi mobil.
"Angkat sendiri, enak aja lo" katanya kepadaku.
Aku pun menghela nafasku pasrah, aku mengangkat koperku sendiri dengan terpaksa. Sebenarnya aku ini dianggap apa sih sama dia? batinku.
Kami naik pesawat selama 4 jam 55 menit dari Los Angeles ke Mexico City.
Sepanjang perjalanan, tak adapun salah satu dari kami yang memulai pembicaraan, sangatlah canggung.
•••
Sesampai nya di bandara Mexico, aku bisa melihat dunia malam disana hanya dari kaca jendela yang ada di bandara.
Sesampainya di hotel bintang lima yang telah di booking Ethan beberapa hari yang lalu, aku pun masuk ke dalam kamar bersama Ethan.
Kamar kami berdekatan dengan pantai Cancun.
Aku meletakkan barangku diatas meja dan koperku di lantai. Aku membanting diriku diatas kasur yang sangat empuk ini, benar-benar layak untuk dijuluki kamar hotel bintang lima.
"Eh, lo ngapain di kasur, lo di sofa sana" kata Ethan sambil menunjuk sofa di dekat kasur.
"Masa cewek tidur di sofa? Lo kan cowok, ya harusnya lo lah, gimana sih"
"Yang booking siapa? Yang bayar siapa?" katanya menantangku.
Aku pun tak bisa berkata-kata lagi karena jelas-jelas dia menang dengan perkataannya. Aku pun gak mau memperbesar masalah hanya karena tempat tidur, aku pun mengganti bajuku di toilet.
Setelah itu, aku keluar dari toilet dan menemukan Ethan yang hanya memakai celana tidur sedang tertidur pulas diatas kasur yang masih memuat dua orang lagi bahkan lebih.
Aku pun berbaring diatas sofa tanpa bantal, guling, ataupun selimut.
Jahat banget sih Ethan jadi cowok kataku dalam hati.
Aku pun menutup mataku, memasuki dunia mimpi ku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Marry Me? || e.d.
Fanfiction"I love you, Marry me again?" -E.D. written in bahasa. (completed)