6

642 29 1
                                    

Olivia POV

Hari ini adalah hari dimana aku dan Ethan bisa kembali ke Los Angeles, tapi tidak kembali bersama keluarga kami, melainkan ke rumah kami berdua. Bayangin aja tinggal satu rumah sama mahluk paling nyebelin yang pernah ku kenal di dunia. Mampus deh.

Aku terbangun dengan keadaan berantakan diatas sofa ruang tamu. Duh jadi semaleman aku ketiduran di sofa ruang tamu? aku bertanya tanya dalam hati. Aku pun masuk ke kamar dan menemui Ethan yang masih tertidur.

Aku pun memutuskan untuk membuatnya sarapan terlebih dahulu karena aku tau dia pasti akan cerewet kalau gak ada makanan pas dia laper. Ethan tuh rese kalau lagi laper

Aku membuat roti selai kacang dan nutella beserta segelas susu hangat, aku menaruh sarapan itu di meja tempat tidur disamping Ethan.

Aku pun langsung masuk ke toilet dan bergegas mandi untuk perjalanan pulang nanti, yap honeymoon nya bentar banget, kenapa? Ini semua ide Ethan yang aku tak tau jelas apa maksud dan artinya dan aku pun juga gak mau tau.

Aku keluar dari toilet menggunakan crop top putih dan rok warna pink.

Dan aku melihat Ethan sedang memakan roti yang aku buat untuknya dengan lahap.

"Laper banget?" tanyaku sambil menyengir dan menaruh baju baju kotorku ke dalam kantong plastik warna putih.

"Iya, makasih, zaitun" katanya dengan suara yang gak jelas disebabkan oleh mulutnya yang dipenuhi makanan.

Aku melihat Ethan dengan piring yang bersih mengkilap di hadapannya dan dia membawa piring nya keluar kamar.

"Ethan" panggilku saat dia ingin membuka pintu kamar.

Dia menoleh ke arahku dengan mulut yang dipenuhi roti sehingga membuat pipinya mengembung.

"Lo mandi aja, piring nya biar gue yang taruh" kataku lembut, mencoba seperti perempuan lainnya yang sudah menjadi 'istri'.

Dia pun meletakkan piring nya diatas meja dan mengambil handuknya yang di gantung di belakang pintu dan berlari seperti anak kecil yang di belikan eskrim oleh mamanya kearah toilet.

Lama lama kalo di liat Ethan orang nya lucu juga, humoris, bisa bikin aku ketawa

Aku pun langsung menaruh piring bekas Ethan di wastafel yang berada di dapur dengan seulas senyuman di wajahku.

Setelah kami sudah siap dan sekarang waktunya untuk ke bandara. Ini adalah honeymoon paling membosankan di dunia. Terkadang aku ingin menjadi orang lain dimana mereka bahagia bersama pasangan hidupnya yang mencintai mereka dengan tulus, bukan karena paksaan dan sandiwara seperti aku dan Ethan ini.

Kami pun menaiki mobil yang kami naiki kemarin yang disetir oleh supir pribadi papanya Ethan.

Sesampainya di bandara, kami turun dari mobil dan dikerumuni oleh orang orang dan juga camera-man.

"Peluk gue,cepet!" bisik Ethan di telinga ku.

Aku pun memeluk nya, tak lupa meninggalkan jarak diantara kami.

"Kaku banget sih lo, udah gue aja yang peluk" bisiknya lagi. Dia pun meletakkan tangannya di pinggangku erat erat.

"Gue gabisa nafas ih!" bisikku keras.

"Udah jalan aja, jalan cepet cepet" perintah nya.

Setelah kami check in, tak ada lagi yang menghampiri kami berdua. Kami sudah aman dari berbagai macam media atau fans Ethan ini.

Kami pun masuk ke dalam pesawat jam 10.00 pagi. 4 jam 55 menit sama dia lagi huffft

Aku pun duduk di samping nya. Sekitar satu jam sudah kami duduk di pesawat. Lalu aku merasakan sesuatu yang berat di pundak dan rambut yang membuatku terkekeh geli.

Aku membuka mataku, merasakan beban di pundak kanan ku. Aku menoleh ke arah kanan ku, ethan...?

Ethan tidur menyandarkan kepalanya di pundakku dan rambutnya berada di leherku.

Duh rese banget sih ni orang, tapi gue juga gak mau bangunin. Yaudah deh, biarin aja batinku.

Aku pun tertidur dalam keadaan tegak dan kepala di sandarkan di kursi, aku merasakan kepalanya yang berat menghapus jarak diantara aku dengannya. Tangannya mulai memeluk ku seperti guling. Dikira gue guling apa?!

Aku pun langsung pelan pelan mengangkat tangannya yang berat dari perutku dan meletakkan nya di pangkuan dia.

Empat jam lebih sudah kami disini, dan sekarang waktunya untuk landing.

Aku menginjakkan kaki di Los Angeles, lega rasanya bisa balik ke rumah dengan selamat. Wait, Rumah? Yap aku lupa kalau aku bakalan tinggal sama Ethan sampe maut misahin kita, ARGH! Siap siap aja deh dijadiin babu sama dia kataku dalam hati.

Sesampai di rumah 'kami', aku pun sudah melihat betapa besar rumah ini dan juga betapa menyedihkan. Ngapain rumah besar besar kalau cuman di tinggalin sama dua orang? Duh gue pasti jadi babu nih batinku.

"Ngapain sih lo beli rumah besar besar? Ntar gue yang jadi babu" tanyaku sinis sambil mengangkat koperku dari bagasi.

"Ya, maunya lo aja sih yang jadi babu biar hemat duit, tapi papa ngasih cctv disitu dan dia yang ngontrol cctv sementara" katanya menaikkan kedua alisnya.

"Bagus deh, gue gaperlu jadi babu lo, ogah banget" balasku.

"Tapi lo mau jadi istri gue?" balasnya dengan satu alis dinaikkan dan senyuman liciknya yang membuat ku terbeku di tempat.

Aku pun memutuskan untuk tak meladeni nya, semakin dia diladeni bakalan semakin lama aku berantam dengannya.

Aku masuk ke dalam rumah, melihat fasilitas fasilitas mewah di dalam rumah ini yang sudah disiapkan orang tua Ethan dan juga orang tua ku.

"Lo harus tidur sama gue, tapi lo di lantai aja gapapa, ada karpet kok" katanya singkat.

"Ih kok gue sih yang di lantai? Kan lo cowok, gimana sih?"

"Ya, lo kan tamu, suka suka gue dong mau nempatin lo dimana" katanya santai.

Tiba tiba ada suara yang aku kenal.

"Olivia gak boleh tidur di karpet!" suara beratnya menaikkan nada tinggi bertanda marah. Aku dan Ethan pun menoleh kearah sumber suara itu.

MAMA?!

PAPA?!

Marry Me? || e.d.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang