39. Dasar Lemah!

11.9K 602 34
                                    

Fakartu an uhdika uyunie... walaakin khiftu an asytaaq ilaiki falaa aroki." ucap Malik sambil berjalan menghampiri seorang wanita cantik

"Aku berfikir untuk menghadiahkan mataku untukmu, tapi aku takut jika aku merindukanmu aku tidak akan bisa melihatmu." jawab wanita itu sambil membalikkan tubuhnya.

"Embun? Kau ta-" ucap Malik terpotong

"Aku tau artinya" jawab Embun singkat sambil tersenyum tulus.

"Baiklah, ternyata bahasa Arab mu tidak terlalu buruk" ucap Malik sambil terkekeh pelan.

"Begini begini aku pernah sekolah di pesantren walaupun tidak lama. Jadi aku sedikit mengerti bahasa Arab" jelas Embun sambil memasang wajah bangga.

"ya ya baiklah. Menurutmu, apakah syair tadi bagus jika aku masukkan ke karangan syairku seperti syair syair sebelum nya ?"

"Mmm, menurutku tidak terlalu buruk" kekeh Embun

"Yasudah baiklah. Akan ku masukkan ke karanganku yang lain" jawab Malik

"Kau sedang mengambil foto kuda disini ya?" tanya Embun

"Ya benar sekali"
'Lebih tepat nya fotomu' batin Malik

" kau sudah selesai bermain dengan Pisca?" tanya Malik

"Yap" jawab Embun bersemangat.

"Assalamualaikum" ucap seorang pria yang membuat Embun dan Malik menoleh ke arahnya

"Waalaikumsalam" jawab Malik dan Embun

"Saya ganggu kalian?" tanya pria itu.

"Nggak kok Gus Ilham, emangnya ada apa?" tanya Embun.

" saya mau kasih kan ini sama kamu, Embun. Saya tau hari ini pasti kamu latihan berkuda jadi saya ke sini."  jawab Ilham sambil memberikan sebuah benda berwarna kuning emas dengan pita senada, membuat Embun menatap penasaran ke arah benda itu sebelum ia mengambil nya dari Ilham.

'Kayak undangan' batin Embun.

'Iya benar, ini undangan' batin Embun.

Embun pun membuka undangan itu.

Ilham Maulana Ashsafaq
&
Nur Azzanda Afifah

Embun terdiam, lalu mengerjapkan matanya sekali. Ia seharusnya tidak terkejut seperti ini karena ia sudah tau dari awal kalau Ilham akan menikah.

'Tunggu! Kenapa dengan dada ku. Kenapa sesak?'

"Ma.. Makasih Gus" jawab Embun masuh menunduk.

"Saya pamit dulu ya Gus, soalnya buru buru" ucap Embun lalu pergi tergesa gesa.

"Kenapa buru buru?" tanya Ilham pada Malik. Dan hanya dibalas dengan angkatan bahu dari Malik yang sama bingungnya tapi tak ia tampakkan.

Mobil jazz putih melaju dan berhenti tepat di sebuah rumah mewah milik keluarga Mazart. Alias rumah Embun sendiri.

Embun keluar dari mobil sambil membawa undangan Ilham, dengan tergesa gesa. Ia menuju halaman belakang rumahnya dan berlari ke arah kolam ikan.

"Apa yang terjadi sama kamu Embun?!"pekik Embun pada dirinya sendiri.

"Kenapa?- kenapa ada rasa tidak terima saat Ilham mau menikah" lirih Embun.

Sedekat Nadi Sejauh Matahari [BELUM REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang