32. Penuh Kejutan

10K 540 28
                                    

Hari Minggu, waktunya Embun beristirahat. Di tambah tubuh nya yang demam dan sedang Haid. Membuat Embun terlihat kusut dan lemas

"Umi demam" celoteh Abyan sambil menempelkan punggung tangannya ke kening Embun

"Nggak sayang, umi cuma kecapean. Abyan sayang, umi minta maaf yah kalo umi belum bisa sering sering main sama Byan"

Byan hanya mengangguk tanda mengerti sambil mengecup pipi hangat Embun. Byan pun berlari menuju ruang bermain, karena Dahlia sudah menunggu diruang bermain Abyan.

"Permisi non Embun. Itu ada yang cari non Embun, penting katanya" ucap bi Sri.

"Aduh, siapa yah. Ya udah bi makasih ya bentar lagi aku turun" jawab Embun. Dan di angguki bi Sri yang langsung kembali ke dapur.

Embun pun beranjak dari kasurnya ke kamar mandi untuk mencuci wajah dan berwudhu agar sedikit bercahaya wajahnya yang kusut itu. Setelah itu Embun memakai jilbab serut yang menutupi dada berwarna peach denga gamis sederhana dengan warna senada.

Ceklekk ......

Embun terkejut atas apa yang ia lihat di depan pintu. Seorang pria bertubuh tinggi tapi wajahnya di tutupi oleh bucket bunga.

Embun pun mengerenyitkan kening nya. Tanda bingung

"Siapa?" tanya Embun

Pria itu pun memperlihatkan wajah nya. 

"Astaghfirullah!" pekik Embun yang langsung berjalan mundur karena terkejut.

"Maaf" cengir pria tampan itu.

"Ada apa?"

"Tidak"

"Ya sudah"

Embun kesal dengan pria itu. Saat ia ingin menutup pintu rumah nya pria itu menahannya.

"Eh! Tunggu. Jangan ditutup" pekik pria itu sambil menjulurkan tangannya ke pintu.

"Hey! Nanti tangan mu kejepit!" pekik Embun.

"Maka dari itu kau jangan menutup nya" balas pria itu.

"Eh eh eh! Ada apa ini" tanya Rahman yang berjalan menghampiri Embun dan Hamdan,eh Malik.

Embun pun menyerah. Ia membuka lebar pintu rumahnya. Ia tahu jika ayah nya tidak suka melihat Embun tidak menghormati tamu.

"Siapa?" tanya Rahman pada Malik.

"Nama saya Malik"

"Malik? Almaktoum corp?" tanya Rahman antusias sambil mempersilahkan Malik duduk.

Embun tercengang melihat Ayahnya. Kenapa mudah sekali akrab?

"Bagaimana kabar ayah mu?" tanya Rahman.

"Ayah, dia sudah berangsur angsur pulih" jawab Malik.

"Bagus, saya turut senang mendengarnya" jawab Rahman. tidak lama kemudian Rahman melirik Embun. Meminta agar Embun memberikan minuman. Embun pun menuruti peritah Ayahnya dan segera menyuguhkan air minum kepada Malik.

Setelah itu Embun langsung naik ke kamar. Karena ia sudah tidak tahan dengan kepalanya yang pusing.

"Non, ini bunga nya" kata Bi Sri sambil memberikan bouquet bunga dari Malik.

"Ah! Makasih bi" jawab Embun.

Ia pun menatap bunga itu. Tiba tiba senyum manis ter bentuk dari wajah cantik Embun.

"Eh! Ngapain sih aku ini" gumam Embun sambil melempar bunga itu ke sofa empuk dikamar nya

Tiba tiba Embun merasa kepalanya kembali pusing. Dan ia pun memutuskan untuk tidur dikasur.

Saat Embun mulai terlelap tiba tiba .

"HAHAHAHHAHAH!!"

"Astagfirullah!" pekik Embun yang terkejut hingga terbangun.

"Siapa sih! Ketawa nya gede banget" lirih nya.

Embun pun segera keluar dari kamar nya dan melihat siapa yang tertawa sekeras itu.

"Ayah" panggil Embun saat ia sudah turun ke ruang tamu.

"Eh, Embun. Bukannya kamu demam? Kok gak tidur?" tanya Rahman, ayah Embun.

"Iii-itu tadi-" jawab Embun sedikit gugup.

"Ohh, ketawa ayah sama Malik ganggu kamu ya?" tanya Rahman.

"Ng-nggak kok yah"

"Sini kamu, duduk sini sebentar" panggil Rahman pada Embun.

Embun pun menuruti permintaan ayah nya. Ia pun duduk di sebelah Rahman. Dan berhadapan dengan Malik.

"Gini, kamu pasti bingung kenapa ayah akrab banget sama Malik. Dulu, waktu usaha ayah bangkrut dan ayah ke Turki, Papa nya Malik banyak bantu Ayah. Dan Ayah juga akrab sama Malik yah, jadi nya akrab gini" jelas Rahman.

"Ohh begitu ya Ayah. Hehe yaudah deh Embun permisi mau ke kamar lagi deh" pamit Embun.

'Dua kali kamu bohongin saya!' lirik Embun pada Malik yang hanya tersenyum tipis.

"Tunggu" pinta Malik saat Embun ingin pergi.

Embun pun menoleh

"Mana bunga nya?" tanya Malik.

"Sudah ku ambil" jawab Embun simpel.

"Kenapa kau ambil? Itu kan bunga untuk Ayah mu" jelas Malik

Embun terkejut setengah mati. 'Apa orang ini mau buat aku marah lagi?' batin Embun sambil memasang wajah kesal nya. Sedang kan Rahman dan Malik hanya memasang wajah tak bersalah.

Embun pun menghentakkan kaki nya, dan berlalu pergi.

"Jangan lupa berikan bunga itu pada Ayah mu" pinta Malik sedikit berteriak. Namun tidak Embun hiraukan

Embun pun beranjak pergi ke dapur.

"Bi Sri!!" rengek Embun

"Kenapa non?"

"Kenapa bibi kasih bunganya ke aku tadi?" tanya Embun

"Lah non? Tadi bibi kira itu bunga untuk non. Soalnya kan tuan ganteng itu bilang mau ketemu non" jelas Bi Sri.

"Bibii, ah! Ga tau deh bi. Aku juga bingung ntar bibi ke kamar yah ambilin bunga nya kasih bunga nya ke Ayah di depan Malik biar dia puas" pinta Embun.

"Iya non, ntar ya bibi beresin ini dulu" jawab Bi sri dan Embun pun pergi dari dapur menuju kamar.

"Aneh banget si Malik itu, dia udah bohongin aku dua kali. Apa sih tujuan nya, ah Astaghfirullah. Kenapa sih aku jadi sensi, efek haid kali yah" gumam Embun sambil menyandarkan punggungnya ke sofa yang berada di balkon kamar nya.


Sedekat Nadi Sejauh Matahari [BELUM REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang