36. Damai

12.2K 656 39
                                    


Jam menunjukkan pukul 9 pagi. Waktu olahraga sunnah selesai, mereka pun berkemas dan kembali ke PonPes segera karena hari ini hari Jumat, para ikhwan harus melaksanakan shalat Jumat. Dan tidak boleh terlambat.

Embun yang tidak mau ketinggalan lagi dengan sigap mengemas barang nya dan segera menuju mobil yang didalam nya sudah ada Umi Aufa, Ani, Imam Umar, Gus Rafi, Abyan.

'Yah penuh' batin Embun.

"Embun, maaf ya mobilnya penuh" ucap Ani dengan wajah bersalah.

"Nak, kamu sama Ilham aja ya." ucap Aufa, umi nya Ilham.

"Emmm ga-gausah umi, Embun biar pesan gojek aja yah. Oh iya mbak Ani, Byan nya ikut aku aja ya" jawab Embun berusaha mengalihkan pembicaraan.

"Loh gak bisa gitu dong nak, kamu berangkat sama Ilham ya pulang juga sama Ilham apalagi kalau kamu bawa Abyan. Kasian dong Byan nya naik gojek " jelas Aufa.

"Nah tu dia Ilham, ILHAM!" panggil Aufa.

Ilham pun segera menuju ke tempat Umi nya itu.

"Ada apa umi ?" tanya Ilham lembut.

Sedangkan Embun memalingkan wajahnya.

"Kamu pulangnya barengan sama Embun ya nak" perintah Aufa. Dan hanya di angguki oleh Ilham.

Mobil Aufa pun melaju meninggalkan Embun, Abyan, dan Ilham.

Hening

Hening

Panas

"Kamu naik mobil saya atau gojek?" tanya Ilham dengan nada datar.

"Maksudnya? Tadi kan Gus dengar perintah Umi" jawab Embun

Ilham tiba tiba melihat Abyan. Lalu teringat dengan sesuatu.

"Gini, kamu nyetir mobil saya bawa Abyan nya. Lalu saya biar naik gojek" ucap Ilham memberikan kunci mobil nya lalu ingin beranjak pergi

"Tunggu"

"Emangnya kenapa harus begitu? Sebegitu bencinya Gus Ilham sama saya?" tanya Embun heran.

Ilham menghentikan langkah nya, Ilham mengernyitkan dahi nya. Bingung bagaimana caranya mengatakan 'sesuatu' ini pada Embun.

Bismillah

" Saya udah di jodohin sama seorang wanita, dan keluarga wanita itu menerima nya. Jadi, saya ingin menjaga hati calon istri saya dengan cara tidak berduaan dengan wanita lain" jelas Ilham panjang lebar, sebenarnya tidak enak hati. Entah mengapa ia tak enak hati, hanya Ilham dan Allah lah yang tahu.

"Wah? Beneran? Gus udah melamar seorang wanita? Berarti sebentar lagi menikah dong? Selamat ya Gus! Jangan lupa undang saya" jawab Embun dengan ceria.

Mendengar jawaban Embun, Ilham langsung mengernyitkan dahinya bingung.

"Gus kalau udah menikah pasti gak marah marah dan judes lagi" lanjut Embun. Lalu menekan kunci mobil Ilham

Tit titt

"Saya duluan, ya Gus. Dadahh Assalamualaikum" pamit Embun dengan ceria dan sedikit terkekeh melihat Ilham yang tidak menjawab nya.

Embun pun menggendong Abyan dan menaikkan Abyan ke bangku depan lalu menutup pintu mobil.

Embun pun masuk ke mobil. Dan menstaterkan mobil. Lalu melaju meninggalkan Ilham yang terdiam melihat respon Embun.





Sedekat Nadi Sejauh Matahari [BELUM REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang