Sejauh Matahari [END]

5.6K 258 33
                                    

Saat semua terasa dekat,  aku malah tak terima padahal itu lah yang kuingin kan. Kesalah pahaman benar benar bisa mengacaukan semuanya. Aku sangat mengingat kejadian ini, kejadian dimana aku merasa sangat menyesal. Yaitu saat aku dijodohin sama kamu wahai jodohku. Aku gak tau kalau itu kamu, kamu yang aku mau selama ini. Mudah saja aku nolak kamu,  dan saat aku tau kalau itu kamu.  Orang terpenting di hidupku yaitu, ibuku. Hanya ingin aku menikah dengan wanita pilihannya. Dan ternyata Allah Maha Baik. Ia tak membiarkan mu dengan yang lain. Tapi tetap denganku. Memang sulit dan harus melalui banyak rintangan. Tapi ini pembelajaran bagi kita dan anak anak kita kelak. Jangan sampai terjebak pada kesalah pahaman.

Jodohku

Ibu dari anak anaku

Aku harap kamu sehat selalu.


From: Gibran Sinchan



Embun menatap lekat surat itu. Senyum dari bibir tipis nya terukir. Ini surat yang Gibran tulis saat Embun berusia 27 tahun.

Jika Embun sedang marah, Gibran tak berani mengajak bicara.  Ia hanya menulis surat dengan amplop yang di tempeli stiker sinchan yang tak pernah ketinggalan. Setelah itu Embun akan kembali senyum.


Tak terhitung berapa lembar surat yang ditulis Gibran. Karena Embun juga terlalu sering marah,  bukan marah lebih tepatnya merajuk. Merajuk?
Ngambek gitu. Ngambek kalau Gibran cuma ngomong berdua sama perempuan yang sebenarnya hanya sekretarisnya,  marah jika Gibran telat makan, marah jika Gibran marah,eh.



"Ma ayo ma, sebentar lagi kita mau berangkat" sapa Asy sambil mengelus lembut pindah Mama nya.


"Iya sayang" jawab Embun lembut sambil menatap Asy dalam.


30 menit kemudian


Akhirnya mereka sampai ditempat yang mereka tuju. Lahan luas yang sejuk, damai, bersih, dan sepi.


Mereka pun berjalan melewati rumput rumput segar. Kebiasaan Embun yang sudah ia lakukan sejak 2 Bulan terakhir sudah Asy hafal. Ia ikut berjalan di belakang ibunya.



"Nak,  bunganya sudah layu. Untung aja kita gak telat ke sini" ucap Embun sedikit sedih.


Asy menyeka air matanya.
"Untung aja Mawar yang ini mau tumbuh ya Ma" ujar Asy



"Iya sayang. Ini kan Mawar kesukaan Abah kamu" ucap Embun.


Embun pun berlutut direrumputan segar nan hijau. Sambil mengeluarkan bunga Mawar merah dari plastiknya. Lalu ia letakkan Mawar itu tepat di sebuah Batu yang terukir Indah.



Gibran Albayezeid bin Albayezeid


"Udah" gumam Embun. Lalu berdiri sambil menyeka air mata nya.


Asy pun hanya membalas dengan anggukan. Lalu mengikuti Mama nya dari belakang.


°°°°




Kadang Cinta sejati tak selamanya harus bersama. Setia lah sampai menua dan ajal menjemput. Allah sebaik baiknya pengatur.


Happy ending tidak semuanya berakhir dengan hidup bahagia berdua selamanya. Ingatlah "tiap tiap yang berjiwa pasti akan merasakan kematian". Mati adalah hal yang sudah pasti akan kita alami dan tidak bisa kita atur.

"Dulu kita sedekat nadi walaupun sekarang kita sejauh matahari"
-Fashylla Embun Azzahra
(Merindukan yang tak bisa kembali)

•••••••••

Assalamualaikum warahmatullahi wabarokatuh.
Alhamdulillah sudah sampai end. Ada yg penasaran Gibran meninggal karena apa? Lalu gimana kelanjutan kisah mereka?  Tenang!  Bakalan dikemas dalam sequel cerita ini yang berjudul "Asysenja".

Maaf karena sama lamaaaaaaaaa banget baru update 😂. Love u All pembaca Setia SNSM 💙💙💙💙

Sedekat Nadi Sejauh Matahari [BELUM REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang