14. Ayah (2)

10.4K 624 6
                                    

Hari ini aku sangat bahagia. Karena Ayah akan pulang dari turki. Sekian lama ayah di turki akhirnya ayah pulang juga

Kami sekeluarga sepakat tidak memberitahu ayah,karena takut ayah terjadi apa apa pada ayah.

Tapi tidak tahu kenapa,rasa jail aku dan kak hikam keluar. Kami ingin melihat ekspresi bingung Ayah.

"Non,tuan Rahman udah masuk gerbang" kata bu sri salah satu pelayan dikeluarga ini

"Oke bu,makasih yaa"jawabku

"Byan,nanti kamu tunggu depan pintu yaa. Lalu kamu manggil orang yang dipintu kakek,oke?". Pintaku pada byan

Byan hanya tersenyum. Aku faham itu tanda ia mengerti. Aku pun meletakkan byan didepan pintu

Ceklekkkkkk

"UMMIIIIIIII" tangis byan pecah

Di tempat lain

"Dek,kok byan nangis?" tanya hikam

"Gatau kak biasanya ga gini kok"jawabku.

Tiba tiba

"Ini anak siapa?!" tanya ayah sampai terdengar ditempat ku bersembunyi dengan kak hikam.

Aku pun langsung menemui ayah dan menggendong byan.

Bunda pun datang dan menggandeng tangan ayah,dan membawanya keruang keluarga. Sedangkan ayah hanya menatapku dan byan dengan tatapan bingung.

"Itu anak siapa?" ayah angkat bicara.

"Anak nya embun yah" jawab kak hikam santai.

Kami semua terkejut dengan jawaban kak hikam

"APA!!?" teriak ayah shock

Ayah langsung berdiri menghadapku.

"Tenanglah rahman! Aku yang akan jelaskan" kakek angkat bicara

"Apa yang akan ayah jelaskan padaku?embun? Dia? Dia! Ah! Mengecewakan!" bentak ayah didepanku.

Sedangkan byan hanya terdiam memeluk leherku. Anak yang pengertian.

"Kau dengan dulu!" bentak kakek pada ayah.

Kakek pun menjelaskan

Akhirnya ayah diam dan mendengarkan kakek.

"Maaf,tapi ayah shock. Ayah sudah menjodohkan mu dengan cucu dari orang yang ayah anggap sebagai ayahnya ayah."
Kata ayah

Deg

Apa ini maksudnya?

Ayah sudah menjodohkanku?

Lalu? Bagaimana dengan kak gibran?

Astagfirullah. Kenapa aku jadi berharap dengannya

"Siapa yah?" tanyaku

"Dia tidak mau memberitahu namanya. Kamu juga akan melihatnya saat kalian sudah resmi menikah. "

"Tapi yah? Bagaimana aku bisa menikah dengan pria itu? Sedangkan namanya saja dia tidak mau kasih tau" jawabku lemas

"Yakinlah dengan pilihan ayah"jawab ayah

"Dia orang yang seperti apa?" tanyaku

"Dia pria yang shaleh dan mapan" jawab ayah singkat.

"Kamu tidak akan menyesal menikah dengannya" lanjut ayah.

"Tidak apa" kata kak hikam sambil mengelus pundakku

Aku tersenyum getir.

Apa ini akhir dari semuanya?

Jujur saja saat membaca isi buku catatan kak gibran,aku merasa kalau dia cocok menjadi imamku,menjadi suamiku.

Tapi sampai saat ini aku tidak tahu,apakah aku mencintai kak gibran atau tidak.

Tapi setiap membaca buku catatan itu,aku merasa dekat dengannya.

Kak gibran?

Bagaimana ini?

Disatu sisi aku tidak ingin mengecewakan ayahku lagi. Disisi lain aku masih memikirkan kak gibran.

Assalamualaikum. Maaf ya atas kesalahan letak partnya. Hehe.

Cerita dipart ini aku ubah alurnya. Jadi kalau jeleke menurut kalian maaf yah.

Aku selalu coba perbaiki nanti.

Jangan lupa vote and comment nya ya.

Thanks💘💟

Sedekat Nadi Sejauh Matahari [BELUM REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang