Tiga puluh Empat

10.3K 573 36
                                    

"Awww, ya Allah pelan pelan mbak Ani" lirih Embun sambil meniup luka di punggung tangannya dan pelipis kirinya

"Iya tahan dulu ya Embun" mohon Ani.

Tiba tiba.

"Assalamualaikum" ucap seseorang dari arah pintu Uks pondok pesantren.

Embun dan Ani sontak melihat ke arah pintu. Sedangkan pria itu mendekat ke arah mereka berdua, di temani seorang pria juga.

"Waalaikumsalam Gu-Gus Ilham" jawab Ani terbata.

"Waalaikumsalam" jawab Embun singkat.

"Maaf, saya mau lihat akhwat yang kena pecahan kaca tadi katanya masuk ke uks ini" tanya Gus Ilham.

"Saya Gus" jawab Embun dengan wajah datar nya. Pria yang bernama Gus Ilham itu menoleh ke arah Embun, betapa terkejut nya saat ia melihat Embun

"Kamu?-" tanya Gus Ilham.

"Kenapa?" tanya Embun

"Yang waktu itu nyebur didanau dekat taman kota kan?" tanya Gus Ilham dengan raut wajah mengintimidasi.

Embun pun diam sejenak mengingat kejadian beberapa hari lalu. Tapi ia sungguh lupa wajah pria yang menolongnya.

"Eh maaf Gus, saya bukan nyebur tapi kecebur. Dan yaa maaf saya lupa siapa yang tolong saya " jawab Embun sambil mengernyitkan jidad nya.

"Lupa?" tanya Gus Ilham.

Embun pun mengangguk polos. .

"Yaudah kalau emang Gus yang nolongin saya. Terimakasih banyak ya Gus" jawab Embun sambil tersenyum polos ke arah Gus Ilham.

Gus Ilham sempat terdiam beberapa saat melihat senyuman polos Embun yang memang terlihat begitu menggemaskan

"Gus!?" panggil Ani.

"Eh! Astaghfirullah" ucap Gus Ilham sambil mengusap wajahnya dan menggelengkan kepalanya.

"Gus terpesona sama akhwat tadi ya?" tanya Ani tersenyum jail.

"Ng-nggak biasa aja" jawab Gus.

"Oh iya kemana akhwat itu?"tanya Gus Ilham yang mencari Embun ke sudut ruangan uks

"Ekhmm. Dia udah pergi dua menit yang lalu Gus" jawab Ani menahan tawa nya.

"Ahh- begitu ya? Ya sudah karena keadaan dia baik baik aja saya pergi dulu. Assalamualaikum" pamit Gus Ilham

"Waalaikumsalam Gus" jawab Ani.

Di tempat lain


"Oke, hari pertama yang sangat berkesan. Ya Allah semoga disini hamba mendapatkan ilmu yang bermanfaat" gumam Embun.

"Umii" panggil Abyan dari arah pintu masuk kamar mereka.

"Byan" jawab Embun sambil senyum.

"Ini napa mi?" tanya Byan sambil menunjuk punggung tangan Embun yang di perban.

"Ahh, nggak papa kok sayang. Tadi umi cuma jat-" kata kata Embun terhenti saat melihat Abyan meniup punggung tangan nya dan mencium nya.

"Huffff hufff" tiup Abyan.

"Byan" lirih Embun sambil mengelus pipi gembil Abyan.


Walaupun tangan dan pelipis nya terluka, Embun tetap menjalankan aktivitas sesuai jadwal yang di tetap kan.

          --------------&&----------------


Tidak terasa sudah 4 hari Embun berada di Pondok Pesantren Darul Ma'arif itu. Waktu nya di situ tinggal 3 hari lagi, rasa nya ia berat meninggalkan pesantren itu dengan cepat. Ilmu yang Embun dan Abyan dapat selama di situ lumayan banyak dan sangat bermanfaat.

"Mbak Ani" panggil Embun

"Eh? Embun!"

"Ada apa?" tanya Ani.

"Tadi saya dengar dengar sekilas katanya mau panen buah di ladang ya?" tanya Embun.

"Astaghfirullah! Iya bener. Sebenarnya tadi saya disuruh bilang ke kamu Embun. Yaudah ayo sekarang aja berangkat. Kita berdoa bersama dulu sebelum panen buah dan sayuran" jelas Ani sambil menggandeng tangan Embun.



Mereka berdua pun sampai di ladang, yang sudah terlihat banyak para santri dan santriwati serta ustadz dan ustadzah. Mereka semua pun berkumpul dan doa bersama.

"Embun kita panen sayuran di sana ya" ajak Ani sambil menunjuk sebuah patokan tanah berisi terong dan tomat.

"Mbak, ini gimana? Langsung turun gapapa?" tanya Embun.

"Gak, ini kamu pakai sepatu booth" jawab Ani sambil menyerahkan sebuah sepatu Booth.

Embun pun memakai sepatu booth itu. Ia dan Ani turun ke lumpur yang agak becek.


Tiba tiba


Brukkkkkkkkk

Embun dan Ani sontak menoleh ke sumber suara.

"Astaghfirullah, Gus Ilham, Gus Rafi" pekik Ani sambil tertawa.


"Pffftt" sedangkan Embun membungkam mulutnya agar tawa nya tak pecah.

Gus Ilham dan Gus Rafi, adiknya Gus Ilham. Mereka berdua tercebur dilumpur, sebenarnya ladang ini kering jika kemarau, namun kalau sudah sekali hujan bisa langsung becek dan berlumpur. Alhasil, sudah memakan korban dua orang Gus muda yang terkenal tampan dan sholeh. Sampai sampai para santriwati yang melihat mereka tercebur malah berteriak histeris contoh nya :

"Ya Allah! Gus Ilham, Gus Rafi kecebur lumpur. Tapi kadar gantengnya ga berkurang ya" dan masih banyak yang lain.

"Kamu ketawa aja, jangan ditahan" ucap Gus Ilham kesal melihat Embun yang menahan tawa nya

"Loh? Kok saya sih yang kena marah? Kan yang lain banyak juga yang ketawain" ucap Embun kesal.

"Eh kak, jangan salahin orang dong. Kan kita yang buat mereka ketawa" jelas Gus Rafi sambil memegang pinggangnya. Karena mereka berdua terjatuh dan Gus Ilham menimpa Gus Rafi.

"Tuh" potong Embun sambil memasang ekspresi bangga karena di bela. Sedangkan Ani hanya terkekeh melihat kelakuan mereka.

Tiba tiba


Tapp

Segumpal tanah melayang ke arah embun dan membuat gamis kotor.

"Maaf Gus, kenapa Gus malah ngelemparin saya ?" tanya Embun

"Ngelemparin? Maaf ga ada waktu" jawab Gus Ilham judes

"Ini buktinya" kata Embun menunjuk gamis nya yang kotor,tetapi Gus Ilham malah memalingkan wajah nya. Embun pun melakukan hal yang sama.

Tappp




"Aww!" pekik Gus Ilham.


"Kamu ngelempar saya kan?" tanya Gus Ilham kesal

"Eh maaf aja! Saya aja ga megang tanah" jawab Embun judes.

Tiba tiba

Tap

Tap

Tap

Tap


Embun dan Gus Ilham terkena lemparan tanah bertubi tubi. Saat lemparan berhenti mereka pun melihat ke sebuah arah.


"Mbak Ani!!" pekik Embun melihat Ani ternyata yang melemparinya


"Rafi!!" pekik Gus Ilham melihat bahwa Rafi lah yang melemparinya dengan tanah.


Sedekat Nadi Sejauh Matahari [BELUM REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang