Chapter 18

144K 8.7K 39
                                    

"Apa kau sudah siap, Ash?" Ashley menganggukkan kepalanya.

Ethan langsung membawakan koper milik Ashley, membuat Ashley merasa tidak enak. Apakah laki-laki ini memang selalu bersikap baik?

'Tentu saja, Ash. Apa kau berharap dia berbuat seperti ini hanya padamu?'

"Ash."

"Iya?" Tanpa dia sadari, dia sudah larut dalam pikirannya sendiri, tidak sadar bahwa laki-laki itu memanggilnya.

"Apa kau sudah makan?"

"Belum."

"Sampai di bandara kau makan dulu." Ashley menganggukkan kepalanya sekali lagi.

'Mengapa kau peduli padaku? Aku bisa semakin menyukaimu. Tidak, mencintaimu. Mencintaimu lebih dalam lagi.'

***

Mereka berdua sampai di bandara. Tidak seperti biasanya bandara seramai ini. Ethan menggenggam tangan Ashley, membuat Ashley terkaget. Ashley melihat ke wajah laki-laki itu, tapi laki-laki itu tidak menatapnya balik.

Ashley merasa lebih baik tidak melepaskan genggaman tangan laki-laki itu jika dia tak ingin tersesat. Dan lagipula, tangannya terasa nyaman ketika digenggam oleh laki-laki itu.

***

Ashley membeli burger dan memakannya dengan cepat. Dia sudah berkeras kepala untuk membayar makanannya sendiri tadi, tapi laki-laki itu pun juga tetap berkeras kepala untuk membayar makanannya.

Sudah bisa ditebak, laki-laki itu menang. Sejak kapan Ethan Bradley bisa dikalahkan?

Mereka duduk di restoran cepat saji itu, menunggu ada panggilan untuk menaiki pesawat.

Mereka mengobrol banyak hal. Dengan begini, Ashley bisa mengetahui lebih banyak hal tentang laki-laki itu dan semuanya membuatnya semakin jatuh cinta pada laki-laki itu.

Tidak bisakah sekali ini saja dia dicintai oleh orang yang dirinya cintai?

Ethan merasa ada perubahan raut wajah pada perempuan itu dan ingin menanyakannya, tetapi gagal karena adanya panggilan untuk segera menaiki pesawat.

Mereka hanya berjalan berdampingan dalam diam. Laki-laki itu sangat merasakan perubahan pada diri Ashley, tapi tak berusaha menanyakannya.

Masuk dalam pesawat, mereka tetap saling diam. Dipersilahkan masuk terlebih dahulu karena Ethan memesan kursi business class, mereka duduk bersebelahan dalam pesawat itu.

Ethan melihat perempuan itu dengan ragu. Apa perlu dia menawarkan pada perempuan itu? Ethan memilih untuk menawarkannya.

"Kau mau duduk dekat jendela?" Ashley menggeleng dan sekilas Ethan bisa melihat bahwa perempuan itu takut. Ethan tersenyum dan mengangguk.

"Baiklah." Saat pesawat akan lepas landas, Ashley hanya menutup mata. Perempuan itu mengerutkan alisnya, menandakan bahwa perempuan itu takut.

"Semua akan baik-baik saja." Tiba-tiba telapak tangannya digenggam dan dicium oleh laki-laki itu. Ashley membuka matanya, melihat laki-laki itu tersenyum hangat padanya dan Ashley mengangguk.

'Ayolah, Ash. Untuk apa jantungmu berdetak begitu kencang? Kau tau bila kau berharap terlalu banyak, kau akan hancur.' Ashley sekali lagi memejamkan matanya.

***

"Ash. Ashley." Ashley membuka matanya perlahan. Dia baru tersadar bahwa dia tertidur dalam pesawat. Melihat keluar jendela, dia sudah berada di daratan. Apa dia sungguh-sungguh tertidur selama perjalanan, bahkan saat mendarat pun dia juga tertidur?

"Ayo." Ethan menggenggam tangannya, menuntunnya turun dari pesawat. Semua orang akan melihat bahwa laki-laki itu sangat menyayanginya. Tapi apa? Dia bahkan bukan siapa-siapanya.

***

"Selamat siang, Mr. Bradley." Sopir pribadi Ethan menyapanya dan membukakan pintu mobil.

"Perempuan duluan." Ethan tersenyum.

'Bisakah kau berhenti tersenyum padaku? Aku akan semakin jatuh cinta padamu.'

Ashley berjalan masuk ke dalam mobil, disusul oleh Ethan.

Mereka duduk dalam diam, tidak ada yang berniat untuk memecah suasana hening tersebut.

Selama satu jam perjalanan, Ashley terus menutup mata. Dan ketika Ashley merasakan bahwa mobil berhenti, Ashley membuka matanya dan terkejut saat melihat sebuah rumah yang sangat besar ada di depannya.

"Ayo, Ash." Ethan membukakan pintu untuknya. Ashley tidak sadar bahwa laki-laki itu sudah turun dan sekarang membukakan pintu untuknya.

"Terima kasih." Ethan tersenyum dan mengangguk.

Ethan memasukkan passcode dan Ethan membuka pintunya.

Ashley ternganga melihat rumah yang bahkan jauh lebih indah di dalamnya. Berapa uang yang dimiliki laki-laki itu? Berapa rumah? Berapa mobil?

Wow, siapapun yang menjadi istri laki-laki ini pasti akan hidup bahagia.

Bukankah Ethan adalah suami idaman para perempuan?

Tapi bukan berarti dirinya harus memiliki suami yang sekaya Ethan. Asalkan laki-laki itu mencintainya, dia rasa itu sudah cukup.

"Ash. Kau melamun lagi." Ethan tertawa kecil.

"Oh. Iya."

"Ayo. Aku akan menunjukkan kamarmu." Mereka menaiki tangga dan Ethan membuka pintu yang paling besar. Sekali lagi Ashley dikejutkan saat melihat ruangan ini. Kamar tamu saja sebesar ini, pikir Ashley. Bahkan dia tidak yakin apakah seluruh ruangan apartemennya jauh lebih besar dari kamar ini.

"Ini kamarmu." Ashley mengangguk dan berencana untuk menutup pintu, tetapi ditahan oleh Ethan.

"Apa?" Ethan membuka pintu lebih lebar dan berjalan masuk.

"Apa yang kau lakukan? Keluar, Ethan." Ashley terkaget saat melihat laki-laki itu langsung membaringkan tubuhnya di tempat tidur besar itu.

"Tunggu. Tunggu sebentar. Jangan bilang kita tidur sekamar."

"Iya. Kau sangat pintar, Ash."

"Kau bercanda." Ashley tertawa pahit, tidak percaya dengan perbuatan laki-laki itu.

"Aku serius." Ethan hanya memasang wajah datar, menandakan bahwa dia benar-benar serius sekarang.

"Baiklah. Aku akan mencari ruangan lain." Saat Ashley akan keluar dari ruangan itu, dia terdiam di tempat saat mendengar suara laki-laki itu.

"Percuma, Ash. Aku mengunci semua kamar lain."

Ashley membalikkan badan dan berjalan ke arah laki-laki itu, memberi tatapan marah padanya.

"Maksudmu apa?"

"Maksudku?" Ethan menunjuk dirinya sendiri.

"Aku hanya ingin menemanimu. Aku takut kau bermimpi buruk. Saat kau bermimpi buruk aku akan memelukmu. Saat kau..."

"Cukup. Terserah kau saja." Ethan tertawa saat melihat pipi perempuan itu memerah, menandakan bahwa perempuan itu malu.

Ashley mengambil guling yang ada di tempat tidur dan meletakkannya tepat di tengah-tengah.

"Ini bagianku, yang itu bagianmu. Jangan berani-berani kau melewati batas." Ethan hanya mengangguk-anggukkan kepalanya dan tersenyum.

Ethan tak tau sejak kapan dia bisa tersenyum saat melihat tingkah laku perempuan di depannya. Perempuan ini membuat hidupnya berbeda. Perempuan ini membuat hidupnya lebih berwarna, dan dia tidak akan dengan semudah itu melepaskan perempuan ini.

Next update: tomorrow 😏

Lovely Admirer [LS #1] (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang