Chapter 27

142K 8.2K 57
                                    

"Ashley! Ayo kita ke pantai." Callista membuka pintu dengan semangat.

Ethan baru saja mengirim pesan padanya bahwa laki-laki itu sudah mempersiapkan sesuatu. Tentu saja dia penasaran.

Ashley yang sedang tidur-tiduran mendongak melihat ke arah Callista. Benar, tidur-tiduran adalah kegiatan baru Ashley. Dia tidak berencana untuk mencari pekerjaan.

Hatinya masih kacau balau. Mungkin satu atau dua bulan lagi. Untung saja Callista, sahabatnya itu, bersedia menampungnya.

"Kau pergi sendiri saja. Aku lelah." Ashley menutupi kepalanya dengan selimut.

"Hey! Kau harus ikut! Ayo cepat mandi dan bersiap-siaplah!" Callista menggoncang-goncangkan tubuh sahabatnya itu.

"Aku tak mau, Cal. Aku masih lelah." Ashley membalas kata-kata Callista dari balik selimut.

"Kau pergi atau aku tak akan membiarkanmu menginap disini." Nada Callista memperingatkan. Tidak ada pilihan lain baginya.

Dia ingin sahabatnya itu bahagia. Dan satu-satunya cara agar sahabatnya itu bahagia adalah kehadiran Ethan di hidupnya. Dia tak akan tinggal diam, membiarkan sahabatnya itu menderita dan menangisi Ethan tiap malam.

Ashley yang mendengar ancaman dari Callista langsung duduk dari posisi tidurnya.

"Sebenarnya apa yang kau mau, Cal? Mengapa aku harus ikut juga? Aku janji kita akan pergi ke pantai. Tapi tidak sekarang. Kau lihat aku? Aku masih kelelahan." Ashley menunjuk matanya yang memang tampak agak bengkak.

"Aku mau kau ikut ke pantai. Hari ini. Sekarang cepat bersiap-siap. Aku tau kau akan bahagia setelah ini."

"Tapi..." Ashley belum menyelesaikan perkataannya, tetapi sudah disela oleh sahabatnya itu.

"Tidak ada 'tapi', Ash. Sekarang kau cepatlah bersiap-siap. Aku akan mandi di toilet Clement. Bye."

Dalam sekejap, Callista sudah menghilang dari ruangan itu.

'Aku akan bahagia setelah ini?' Ashley bertanya-tanya pada dirinya sendiri mengenai perkataan Callista tadi.

Ashley berpikir, apa mungkin sahabatnya itu akan memberikannya kejutan? Yeah, mungkin itu yang terjadi.

Ashley berdiri dari tempat tidur dan berjalan ke toilet. Setidaknya dia harus memiliki sopan santun. Dia diijinkan menginap disini, gratis, jadi lebih baik dia mengikuti kata-kata sang tuan rumah.

***

"Ash! Apa kau sudah siap?" Callista berseru dari luar toilet.

"Tunggu sebentar." Ashley bergegas mengenakan pakaiannya. Dia mengenakan kaos putih dan celana pendek biru muda. Pakaian yang sederhana tapi tepat untuk dipakai pergi ke pantai.

Ashley membuka pintu toilet dan melihat Callista yang melihatinya dari ujung kepala sampai ujung kaki.

"Kau harus ganti pakaian! Apa-apaan ini. Cepat ganti." Callista mendorong Ashley ke lemari pakaian.

Ashley berusaha menahan dorongan dari Callista dan melihat sahabatnya itu dengan bingung.

"Kita pergi ke pantai, untuk apa..." Callista berjalan menuju ke lemari pakaiannya dan mengeluarkan dress santai berwarna putih selutut dan menyodorkannya pada sahabatnya itu.

"Ini. Pakai dressku."

"Cal! Sebenarnya apa yang terjadi? Mengapa aku harus mengenakan..."

"Jangan banyak tanya! Sudah cepatlah. Nanti kita bisa terlambat."

Ashley memandangi sahabatnya itu dengan bingung dan berdecak kesal.

"Baiklah." Ashley berjalan lagi menuju ke toilet.

***

Ashley bersiap-siap, dia membedaki wajahnya dengan cepat dan sekarang dia sudah siap.

Sekarang dirinya dan Callista sedang ada dalam mobil. Callista menyetir dan dirinya duduk di samping Callista.

Satu jam kemudian, mereka sampai di pantai. Apa yang Ashley tau, pantai ini biasanya ramai pengunjung, tapi mengapa dia tak bisa melihat siapapun sekarang ini? Dia hanya bisa melihat matahari yang mulai terbenam, membuat suasana menjadi romantis.

"Ayo." Callista menggandeng tangan Ashley.

Mereka berjalan menyusuri pantai dan Ashley bisa melihat ada meja dengan dua kursi. Di atas meja itu ada lilin dan juga setangkai bunga mawar warna merah.

"Cal. Apa kau gila? Ini sangat aneh, kau tau. Orang lain bisa menganggap kita les..."

"Sudah, jangan banyak bicara. Sekarang kau duduklah." Callista menggeret sahabatnya itu dan mendorong agar Ashley duduk di kursinya.

Callista duduk di kursi yang ada di depan Ashley.

"Baiklah, apa yang akan kita lakukan disini?"

"Jadi, aku ingin menanyakanmu sesuatu, Ash."

"Apa? Mengapa kau tidak bertanya saja di rumah? Mengapa kau harus mengajakku jauh-jauh kesini hanya untuk menanyakan sesuatu?"

"Karena hari ini hari spesial untukmu. Sudahlah, itu tidak penting. Sekarang aku akan bertanya." Ashley dibuat merinding melihat perlakuan aneh sahabatnya itu.

"Bagaimana jika Ethan..."

"Demi Tuhan! Mengapa kau membahas dia lagi, Cal?"

"Bagaimana jika Ethan ada disini dan meminta maaf padamu?" Callista tidak peduli dengan pandangan sebal Ashley padanya.

'Ini demi kebahagiaanmu, Ash.' Kata Callista dalam hati.

"Cal, pertanyaanmu sangat tidak masuk akal. Dia tidak mungkin..."

"Jawablah, Ash. Aku hanya memintamu menjawab. Apa kau akan memaafkannya?"

"Entahlah. Mungkin? Aku tak bisa tetap marah dengannya. Aku selalu lemah jika hal itu mengenai dirinya. Kau tau sendiri, bukan?" Callista mengangguk.

Ashley melihat sahabatnya itu lagi, sekali lagi dengan tatapan bingung. Sekarang Callista seperti sedang menginterview dirinya saja, pikir Ashley dalam hati.

"Baiklah, Ash. Pertanyaan kedua, bagaimana jika dia mengatakan dia mencintaimu?"

"Cal! Aku rasa kau sudah tidak waras!"

"Oh, ayolah, Ash. Jawab pertanyaanku." Callista melihat Ashley dengan tatapan memohon.

"Ini pertanyaan yang bodoh, Cal. Aku rasa..." Ashley menghentikan kata-katanya. Bagus, sekarang Callista sedang melihatnya dengan mata berkaca-kaca. Dia tidak bisa melihat sahabatnya seperti itu terus.

Baiklah, dia akan menjawabnya. Lagipula, dia hanya sedang berdua saja, bukan?

Ashley menghela napas dan mengeluarkan kata-kata.

"Jika dia mencintaiku, aku rasa aku adalah perempuan paling bahagia di dunia ini..."

"Aku mencintaimu, Ash."

Next update: tomorrow 😻

Lovely Admirer [LS #1] (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang