Ashley sudah menentukan bahwa dia akan keluar dari Syzygy Coorp. Dia tidak ingin mengambil risiko. Dia tidak ingin bila perasaannya pada laki-laki itu semakin bertambah.
Ashley datang ke kantor, naik ke lantai 23 dimana ruangan Ethan berada.
Ashley mengetuk pintu dan mendengar suara Ethan yang menyuruhnya untuk masuk.
"Selamat pagi, Mr. Bradley."
"Jadi, kau akan tetap bekerja disini, bukan?" Tanpa menunggu Ashley mengatakan sesuatu, Ethan sudah menarik kesimpulan.
"Maaf, tapi aku lebih memilih untuk mencari pekerjaan lain."
Ashley melihat tatapan mata laki-laki itu yang terlihat marah. Sesaat kemudian wajahnya menjadi santai. Ethan tersenyum licik.
"Baiklah. Cobalah mencari pekerjaan lain. Kau bisa keluar dari sini sekarang juga, Miss. Carlton."
***
Ashley berjalan keluar dari gedung Syzygy Coorp., dan saat itu juga, Callista, menelponnya.
"Jadi, bagaimana kabar sahabatku?" Ashley mendengar suara Callista.
"Aku memilih untuk keluar, Cal. Aku tidak seberani itu untuk tetap bekerja disana."
"Aku paham, Ash. Jadi sekarang kau pengangguran, bukan?" Ashley menggeleng-gelengkan kepala. Sahabatnya memang selalu bersikap blak-blakan.
"Iya, Cal. Apa kau senang?"
"Tentu saja... Tidak." Mereka berdua tertawa.
"Bagaimana jika kita menghabiskan waktu bersama, Ash?"
"Baiklah, sekarang jemput aku."
"Baiklah, Miss. Carlton." Callista menutup sambungan telpon dan Ashley memilih untuk membeli segelas kopi di kafe dekat Syzygy Coorp. sambil menunggu sahabatnya datang.
***
Menghabiskan waktu bersama sahabat memang selalu terasa cepat. Waktu sudah malam, membuat Ashley melupakan segala kewajibannya untuk mencari pekerjaan baru.
Ashley baru saja sampai ke apartemennya. Dia langsung berbaring di atas tempat tidur dan menghela napas.
Badannya lelah. Berkeliling di mall dengan sahabatnya selama berjam-jam sudah menguras seluruh energinya.
'Besok. Besok aku akan memulai mencari pekerjaan baru.' Ashley mengucapkannya dalam hati dan beberapa saat kemudian dirinya tertidur.
***
Ashley terbangun dari tidurnya, melihat jam menunjukkan pukul 08.56.
Saat terbangun, apa yang Ashley pikirkan adalah dia akan bekerja dimana. Tak mungkin bukan jika dia menjadi pengangguran? Dia butuh uang.
Mungkin nanti akan dipikirkannya lagi, dia ingin mandi sekarang.
Ashley memilih untuk memakai pakaian yang cukup rapi dan sopan. Selesai bersiap-siap dan memakan roti yang dibelinya kemarin bersama Callista di mall, Ashley berangkat.
***
Ashley mencoba untuk mencari pekerjaan di beberapa gedung perusahaan. Impiannya tetap bekerja di sebuah perusahaan walaupun mimpi awalnya adalah dapat bekerja di Syzygy Coorp., yang dalam sekejap dihancurkan begitu saja oleh laki-laki itu.
Ashley bertanya apakah dirinya dapat bekerja di sana, tetapi dia hanya terus menerus mendapat penolakan dari semua gedung perusahaan yang sudah dikunjunginya.
Hari sudah siang, membuat perut Ashley berbunyi, menunjukkan bahwa dirinya lapar.
Ashley memilih untuk masuk ke dalam kafe, membeli makanan untuk mengisi perutnya yang kosong.
Sejenak dia berpikir dan tersadar. Apakah ini semua ulah laki-laki itu? Mengapa dia terus menerus ditolak? Tapi mengapa? Apakah dia sepengangguran itu untuk melakukan hal kekanak-kanakan seperti itu?
Ashley melupakan pemikiran itu, sadar bahwa Ethan tak mungkin melakukan hal itu. Dia tau bahwa Ethan tidak sekanak-kanakan itu. Lagipula, apakah kehadirannya di Syzygy Coorp. sepenting itu? Tidak, bukan?
***
Ashley semakin frustasi saat sadar bahwa dia benar-benar ditolak. Melamar pekerjaan dimana pun, hasilnya nol besar.
Hari sudah malam, dengan sangat terpaksa Ashley pulang. Terduduk di tempat tidurnya, Ashley mengacak-acak rambutnya.
Mendengar smartphonenya berbunyi, Ashley langsung mengangkat tanpa melihat siapa yang menelponnya. Dia tidak bisa berpikir, selain memikirkan sebentar lagi dia akan menjadi gelandangan karena tidak mempunyai uang.
"Jadi, apa kau mendapat pekerjaan baru?" Ethan?
"Ethan? Bagaimana kau tau nomor telponku?"
"Wow. Kau hafal dengan suaraku. Dari mana aku mendapatkan nomor telponmu itu tidak penting, Ash. Jadi, jawab pertanyaanku." Ashley terdiam sejenak dan tersadar bahwa ini semua adalah ulah laki-laki itu. Ethan membuatnya tidak mendapatkan pekerjaan sama sekali.
"Itu kau."
"Apa, Ash?"
"Kau yang membuatku tidak diterima dimana pun."
"Bingo." Apa? Bingo? Semudah itu? Segila itukah laki-laki ini?
"Kau!"
"Apa, Ash?" Ashley mendengar suara Ethan yang menggodanya.
"Kau tidak ada pilihan lain, Ash. Bekerjalah untukku."
"Lebih baik kau bermimpi saja."
"Lalu apa yang kau inginkan? Menjadi pengangguran seumur hidupmu?" Ashley lelah sekarang ini. Mengapa Ethan terus mengganggu hidupnya? Mengapa dia selalu menjadi lemah saat ada laki-laki itu di sekitarnya?
"Menyingkirlah dari hidupku, Ethan. Semua ini sudah cukup. Aku lelah. Kau hanya terus mengganggu hidupku dari mulanya." Ashley tidak mendengar suara Ethan, yang berarti bahwa laki-laki itu sedang berpikir di ujung sana.
"Baiklah. Tenangkan pikiranmu terlebih dahulu kalau begitu." Beberapa detik kemudian, sambungan telpon terputus.
Ashley memejamkan mata, memilih untuk tidur. Dia akan memikirkan hal ini besok, karena dia tau bahwa usahanya akan sia-sia bila dia memikirkannya sekarang. Otaknya sudah tidak dapat berpikir normal sekarang.
Tidak usah menunggu lama, Ashley tertidur, melupakan sejenak segala masalah yang menimpanya.
Next update: tomorrow 💣

KAMU SEDANG MEMBACA
Lovely Admirer [LS #1] (COMPLETED)
RomanceDi masa lalu, Ashley Carlton menyukai Ethan Bradley, sebagai cinta pertamanya. Ashley merasa bahwa Ethan adalah laki-laki yang sempurna. Sampai suatu saat, Ashley mengetahui bahwa Ethan mempunyai kekasih dan sadar bahwa dirinya tidak pernah dilihat...