Mereka berdua bersenang-senang disana. Ashley tersenyum senang saat membayangkan kejadian yang dialaminya tadi.
Clement sangat baik padanya, tidak seperti Ethan.
Laki-laki itu lebih memilih untuk tidak menaiki wahana yang disukainya hanya karena Ashley takut. Laki-laki itu juga pandai bermain sehingga dia berhasil mendapatkan hadiah boneka dan memberikannya pada Ashley. Laki-laki itu mengajaknya istirahat walaupun laki-laki itu sama sekali tak lelah.
Tapi satu hal lagi yang dia ingat. Dia tak akan pernah bisa menyukai laki-laki yang duduk di sampingnya sekarang. Ashley tau, dari dulu sampai sekarang, dia hanya bisa menyukai laki-laki yang satu itu, yang sangat ingin dibencinya tapi tak sanggup untuk membencinya.
"Apa yang kau pikirkan, Ash?" Clement menoleh sesaat ke arah Ashley, sebelum memfokuskan pandangannya lagi ke jalanan.
"Bukan apa-apa." Suasana menjadi hening kembali dan tanpa terasa mobil sudah berhenti tepat di depan rumah Ethan.
"Terima kasih, Clement. Sudah mengajakku bersenang-senang."
"Terima kasih juga, Ash. Sudah mau menemaniku." Ashley bisa melihat laki-laki di sampingnya itu tersenyum.
"Masuklah. Sudah malam." Ashley mengangguk.
"Hati-hati, Clement. Sampai jumpa lagi." Clement tertawa kecil dan melambaikan tangannya.
Ashley keluar dari mobil lalu memasukkan passcode yang sudah diingatnya, karena Ethan menyuruhnya, dan berjalan masuk ke dalam rumah.
Dia melihat sekeliling ruangan bawah dan tidak menemukan siapa-siapa. Ashley menaiki tangga dan sampai di lantai dua, tetap tidak menemukan siapa-siapa.
'Tentu saja, Ash. Laki-laki itu terlalu mencintai pekerjaannya. Dia masih sibuk.' Ashley membuka pintu kamarnya dan melihat laki-laki itu terduduk di tempat tidur sambil memegang smartphone yang diletakkan di telinganya, sepertinya sedang menelpon seseorang.
Tapi dugaannya salah. Setelah melihat dirinya, Ethan langsung menurunkan smartphonenya dan memasukkannya dalam kantong.
"Dari mana kau?" Ashley bisa mendengar suara laki-laki itu yang dingin dan marah.
"Bukan urusanmu." Ashley malas berbicara dengan laki-laki itu, jadi dia memilih untuk melanjutkan langkahnya menuju ke toilet.
"Ashley!" Dengan hitungan detik, Ethan sudah memegang lengan Ashley untuk menghadapnya.
"Apa?" Ashley menjawab dengan malas-malasan.
"Aku sudah bertanya tadi. Aku tidak suka mengulang-ulang perkataan."
"Aku sudah menjawab tadi dan aku juga tidak suka mengulang-ulang jawaban, Mr. Bradley. Sekarang lepaskan aku, aku ingin mandi."
"Jawab! Aku sedang tidak bercanda! Apa kau lihat aku sedang bercanda sekarang, Ash?!"
"Aku juga tidak bercanda! Lepaskan aku, Ethan. Aku sudah muak denganmu!"
"Apa?!" Ethan tak bisa melanjutkan kata-katanya, terkaget dengan perkataan perempuan di depannya ini. Apa yang dia lakukan? Apa salahnya?
"Lepaskan aku, Ethan. Aku lelah."
"Apa sulitnya untuk menjawab, Ash?" Ashley sudah tau. Laki-laki ini tak terkalahkan. Ashley menghela napas panjang.
"Taman bermain. Puas?!" Ashley berusaha melepaskan tangannya, tapi tetap ditahan oleh laki-laki itu.
"Dengan siapa?"
"Ethan! Aku sudah menjawab pertanyaanmu. Lepaskan!"
"Dengan siapa, Ash?"
"Clement! Sekarang lepaskan!"
"Untuk apa kau pergi dengan laki-laki itu? Kau tau sendiri, aku tidak suka dengannya!"
"Dan apa urusanku jika kau tidak suka dengannya?"
"Kau ingin tau?"
"Apa?"
"Apa yang terjadi adalah aku pulang, mencarimu, dan tidak menemukan kau dimana-mana disini. Dan apa yang kau lakukan? Kau sedang bahagia dan tertawa bersama dengan laki-laki lain. Kau tau entah berapa kali aku menelponmu dan tak mendapat jawaban! Kau..."
"Berhenti, Ethan. Berhenti! Berhenti seolah-olah kau menyukaiku! Berhenti seolah-olah kau mencintaiku! Aku ben..." Ashley tak kuat menahan ini semua. Ashley menangis tepat di depan laki-laki itu. Dia bahkan tidak sanggup melanjutkan kata-katanya. Dadanya terasa sesak sekarang.
Suasana menjadi hening sesaat, sebelum sebuah kalimat keluar dari mulut Ethan.
"Apa kau mencintaiku?" Ashley mendongakkan kepalanya yang semula tertunduk. Ashley tertawa pahit.
"Kau memang brengsek. Kau tak pernah tau diriku, Ethan. Dan kau tak akan pernah paham. Lebih baik ini semua berhenti sampai disini. Aku pulang. Urus saja pekerjaanmu. Aku bisa meminta tolong Clement..."
Emosi Ethan semakin naik ketika mendengar Ashley menyebut nama laki-laki itu.
"Kau menyebutnya lagi, Ash."
"Apa masalahmu? Bahkan jika aku jatuh cinta pada Clement, itu bukan urusanmu, bukan?"
Ethan terdiam sejenak.
"Baiklah! Pergilah! Pergilah pada laki-laki itu!" Ashley berusaha tersenyum ke arah Ethan, walaupun dia tau bahwa matanya berkaca-kaca sekarang.
Ashley berjalan ke arah kopernya dan memasukkan semua barang-barangnya. Ashley sudah tak peduli. Laki-laki itu terlalu menyebalkan. Dia membencinya, tapi juga mencintainya.
Ashley mengusap air matanya yang terjatuh, berusaha menguatkan hatinya.
'Kau lihat sendiri, Ash. Laki-laki itu tak peduli. Dia tak pernah peduli.' Ashley selesai meringkas barang-barangnya dan membawanya pergi. Tetapi sebelum itu, Ashley berdiri di depan Ethan.
"Aku pergi. Kau puas?"
"Tentu saja. Pergilah, Ash."
"Kau tau, Ethan. Aku berharap kau bisa jauh lebih berhati. Tanpa kau sadari kau sudah melukai seseorang. Selama bertahun-tahun." Ashley baru sadar bahwa ucapannya terlalu berlebihan. Tapi Ashley tak peduli lagi. Biarkan laki-laki itu sadar betapa menyedihkannya dirinya. Mencintai seorang laki-laki yang bahkan tak melihatnya sama sekali. Mencintai seseorang selama 8 tahun. Bayangkan betapa menyakitkannya hal itu.
Ashley berjalan keluar, menutup pintunya dengan keras.
'Baiklah. Mungkin ini adalah saat terakhir kau melihatnya, Ash. Dan saat terakhir kalian adalah pertengkaran. Bagus, Ash.' Ashley mengatakannya dalam hati dengan sedih.
Margareth melihat Ashley turun dengan raut wajah yang sedih, dan saat Ashley sampai di bawah, Margareth menanyakan mengenai rasa penasarannya itu.
"Apa kau baik-baik saja, Ash?" Dia tidak memanggilnya dengan Miss. Carlton karena perempuan itu sendiri yang menyuruhnya memanggil dengan sebutan 'Ashley'.
"Aku baik-baik saja, Margareth."
"Dan ada apa kau membawa koper?" Margareth melihat ke arah koper yang dibawa Ashley.
"Aku akan pulang, Margareth." Margareth tidak menanyakan lagi, tidak ingin terkesan ikut campur dengan urusan perempuan itu.
"Aku akan merindukanmu, Margareth. Sampai jumpa, entah kapan." Ashley berusaha tersenyum.
Margareth memeluk perempuan yang ada di depannya itu dan Ashley membalas pelukannya.
"Aku juga akan merindukanmu, Ash. Sampai jumpa, entah kapan." Margareth tertawa dan Ashley tersenyum.
Ashley melihat ke atas sekali lagi, siapa tau dia bisa melihat laki-laki itu untuk terakhir kalinya. Sesuai dugaannya, laki-laki itu tak ada. Ashley melangkahkan kakinya menuju keluar.
Next update: tomorrow 💡
KAMU SEDANG MEMBACA
Lovely Admirer [LS #1] (COMPLETED)
RomanceDi masa lalu, Ashley Carlton menyukai Ethan Bradley, sebagai cinta pertamanya. Ashley merasa bahwa Ethan adalah laki-laki yang sempurna. Sampai suatu saat, Ashley mengetahui bahwa Ethan mempunyai kekasih dan sadar bahwa dirinya tidak pernah dilihat...