DEF - 3

19.3K 1.9K 96
                                    

Setelah tadi kabur dari amukan Darwin, Ernest berjalan-jalan di koridor sekolah.

Ernest tertawa kecil mengingat ia mencium pipi Darwin walau sebenarnya dirinya juga geli dengan apa yang telah ia lakukan.

Ernest melirik ke arah jam tangannya, masih ada 20 menit lagi bel masuk berbunyi.

"Enaknya ngejailin siapa lagi ya?"tanya Ernest pada diri sendiri.

Kali ini ia mencoba berpikir keras, apa yang harus ia lakukan sekarang. Ruang BK itulah tempat yang terlintas di otaknya.

"Bu Popong!" Ernest tersenyum miring karena dirinya yakin untuk menjadikan bu Popong sebagai target selanjutnya.

Ernest pun melangkahkan kakinya menuju Ruang BK. Sesekali Ernest meleparkan senyuman ke siswi-siswi yang menyapanya di koridor. Meski Ernest bingung mengapa mereka tahu nama dirinya padahal ini koridor kelas 11 , mungkin karena kelakuan dirinya yang terlihat bego jadi membuat dirinya terkenal.

Setibanya di Ruang BK, Ernest pun mengentuk pintu.

"Assalamualaikum Bu Popong oh Bu Popong."

"Masuk!"balas bu Popong sedikit keras dari dalam.

Ernest melangkah masuk, lalu ia melihat bu Popong sedang fokus dengan beberapa buku yang ada di meja nya, dan Ernest pun memilih duduk di kursi depan bu Popong.

"Bu, Ernest pengen curhat. Boleh kan ya?"tanya Ernest tersenyum manis.

"Iya nanti ibu dengerin curhatan kamu! Kamu pasti bisa lihatkan sekarang ibu lagi sibuk ini. Jadi ibu harap kamu ngerti dan mau nunggu!"jawab bu Popong tanpa mengalihkan pandangan nya dari buku-buku itu.

"Ngerti kok, saya yang bukan prioritas bisa apa lagi selain nunggu."balas Ernest pura-pura sedih.

"Yaelah malah baper ini bocah."ucap bu Popong menggeleng-gelengkan kepalanya.

Bu Popong menghentikan sejenak aktivitasnya dari buku-buku itu, lalu menatap Ernest dengan serius.

"Jadi kamu mau curhat apa?"tanya bu Popong.

"Masa nih ya bu, abang saya ga percaya. Kalau saya bisa ngeramal!"ucap Ernest cemberut.

"Ibu juga ga percaya kamu bisa ngeramal."balas Bu popong jujur.

Ernest menghela nafas kasar, lalu menatap bu Popong dengan senyuman miring terukir di wajahnya. Ia harus bisa membuat bu Popong masuk ke rencananya.

"Gimana kalau Ernest buktiin aja bu!"tantang Ernest dengan yakin.

Bu Popong hanya mengangguk malas, karena menurutnya lebih baik mengalah daripada harus terbawa kesal dengan sikap Ernest. Lagi pula pekerjaan nya belum selesai karena di ganggu Ernest.

"Yakin nih bu? Ga akan baper kan?"tanya Ernest tersenyum manis.

"Iya, cepetan deh ibu masih banyak kerjaan tau!"balas bu Popong.

Ernest menatap bu Popong dengan dalam, lalu langsung menggenggam kedua tangan bu Popong dan tak lupa memberikan senyuman termanis miliknya.

The Journey Of Madness Triplets 2 [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang