Part 21

12.1K 1.1K 85
                                    

"Bang, Ernest mau curhat nih. Tapi jangan dengerin ya!"

Darwin yang sedang asik chattingan dengan teman nya tiba-tiba terdiam. Dia sedang mencerna ucapan adiknya.

"Si bego! Kalau lo mau curhat, tapi jangan di dengerin? Mending lo curhat sama batu aja sono!"ucap Darwin gemas.

Ernest tersenyum bodoh sambil menggaruk lehernya yang tak gatal. "Abis Ernest Di cuekin sih abang malah asik main hp."

Darwin mendengus sebal, padahal tadi Ernest meninggalkan dia bersama Rolando. Giliran dia mau mengabaikan kehadiran adiknya malah tidak bisa.

"Abang lagi chattan sama siapa sih? Sini Ernest liat dong!"tanya Ernest sambil merebut ponsel Darwin.

Ernest sedikit terkejut melihat isi chattan Darwin.

Ernest sedikit terkejut melihat isi chattan Darwin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Astaga. Ernest engga nyangka ternyata abang tukang ngutang, mana otaknya mesum, ditambah hidup lagi! Ihh Ernest prihatin sama Griselda kok mau ya temenan sama abang."ucap Ernest dengan santai.

Darwin menatap Ernest sinis. Adiknya yang satu ini memang tidak tahu malu, setidaknya kalau mau ngejelekin orang tuh di belakang. Tapi omongan adiknya ini tidak sepenuhnya salah sih.

"Gapapa ngutang ke mantan ini. Yang penting dibayar aja."

Ernest menatap Darwin di depannya dari bawah hingga ke atas, ia bertanya-tanya dalam hati siapa wanita yang berhasil menjinakkan mesum kakaknya itu.

"Mantan pacar?"tanya Ernest memastikan.

Darwin merebut ponselnya di tangan Ernest, lalu menggelengkan kepalanya sebagai jawaban.

"Terus mantan apa? kalau bukan mantan pacar. Ah pasti mantan gebetan abang ya! Tapi dia keburu sadar, maka nya ga jadi pacaran."ucap Ernest dengan yakin.

"Segitu hina nya apa gue di mata lo dek?"tanya Darwin ketus.

"Ih abang baperan mentang-mentang jones."ejek Ernest terkekeh.

"Ngaca coba! Jelas lo lebih jones dari gue, lo kan jones dari lahir. Dari nama aja udah keliatan, Jones Hansel Meschach."ejek Darwin balik tak mau kalah.

"Ernest bang, maka nya kalau guru lagi ngajar dengerin! Abang kebanyakan micin sih jadi bego kan."

"Ga sopan! Gini-gini gue abang lo tau."

"Alah cuma beda beberapa menit doang. Ernest sengaja lahir kedua soalnya masih pembagian otak pinter, ga kaya abang otak mesum."

Beberapa siswa-siswi dikelas sedang asik menonton perdebatan si kembar minus Fredella. Sedangkan Kevin memutar bola mata malas mendengar keributan ini, bukan sekalinya mereka berdua begitu.

Kevin menengok ke belakang. "Kalian berisik, mending belajar terus duduk manis. Kali-kali jadi anak kalem gitu."

"Diem lu! Nyatain cinta ke adik gue aja ga berani, pake so berani misahin gue lagi debat."ketus Darwin.

"Iya bener tuh! Dulu aja ngebaperin Della, abis itu pergi eh datang lagi. Lo itu jelangkung ya, datang tak dijemput pulang tak diantar. Eh tapi kan pas lo balik sini kita jemput ya."ucap Ernest tersenyum malu.

Kevin melongo mendapatkan serangan dari Darwin dan Ernest. Mengapa mereka membawa masalah pribadi, astaga ia lupa kalau Darwin tidak suka di ganggu saat debat kecuali Fredella yang memisahkan mereka berdua.

Sebuah ide terlintas di kepalanya, ia tau agar Darwin dan Ernest berhenti berdebat.

"Emang kalau gue nembak Della, lo bakal setuju?"

"Lo nanya gue bakal setuju? Jelas engga lah! Dek mending kita nyusul Della yuk ke perpust, ntar dia di modusin sama si otong pendek."

Darwin beranjak dari duduknya, lalu melangkah keluar kelas dan Ernest pun mengikuti dari belakang. Sedangkan Kevin terkekeh melihat reaksi Darwin seperti itu.

"Dasar abang protektif."

*****

Raka membungkukkan badan nya, lalu tersenyum melihat gadis yang di samping nya sedang tertidur. Padahal ia ke perpustakaan karena ingin mengembalikan buku, tapi malah bertemu dengan Fredella.

"Lo cantik kalau lagi tidur."ucap Raka pelan.

Raka tersentak kaget saat seseorang menepuk bahunya dari belakang. Raka menoleh ke belakang dan terdiam saat mendapati Darwin berdiri di belakangnya sambil menatapnya datar.

"Ngapain mandangin adik gue kek gitu? Lo lupa sama omongan gue ya! Kalau lo berani modusin adik gue, Raka junior lo gue potong segede biji korek api."ucap Darwin tegas.

"Sutss... Di perpustakaan jangan berisik!"kata Bu Denok memperingati.

"Maaf, Bu. Kita lagi latihan drama sunatan masal."balas Darwin sambil tersenyum tipis.

"Emang ada ya drama sunatan masal?"tanya Bu Denok bingung.

"Ada kok, Bu. Bukti nya Raka mau nyumbang dedek nya buat di potong lagi."

"Sembarangan! Gue ga bilang gitu ya."jawab Raka cepat.

"Bu, Raka pamit ke kelas ya. Soalnya lagi ada anjing galak disini." setelah berpamitan, Raka melangkah keluar perpustakaan.

Darwin mendengus kesal, enak saja wajah ganteng nya dibilang anjing galak.

"Kalian kalau ga niat baca, silahkan keluar."ucap Bu Denok santai.

"Ibu ngusir saya?"tanya Darwin tak percaya dan di balas anggukan oleh Bu Denok.

"Tapi kok adik saya yang tidur di perpust, ga ikutan ibu usir!"protes Darwin tak terima.

"Iya gapapa, dia capek soalnya tadi abis bantuin Ibu beresin perpustakaan."

"Ya udah. Kalau gitu Darwin juga mau bantuin Ibu!"

Bu Denok mengerutkan dahinya bingung. "Bantuin apaan? Bersihin perpustakaan nya juga udah beres."

"Bantuin Ibu buat belajar mencintai saya."gombal Darwin sambil mengedipkan sebelah mata nya.

"Sumpah bukan kakak saya, Bu. Dia jones yang kurang belaian."ucap Ernest dengan cepat sambil membentukkan jarinya huruf V.

Darwin langsung menjitak kepala Ernest sedikit keras. "Dasar adik kurang ajar!"

Bu Denok menggelangkan kepala nya sambil tertawa kecil melihat tingkah mereka.

"Dasar anak jaman sekarang."ucapnya pelan.

The Journey Of Madness Triplets 2 [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang