DEF - 11

19.8K 1.2K 197
                                    

Darwin dan Ernest sedang berdiri di depan gerbang sekolah untuk menemani Rolando bertugas. Sebenernya Darwin penasaran Rolando menyogok apa kepada Natasha sehingga mengubah hukumannya, apa mungkin odong-odong keluaran terbaru pikirnya.

"Satu-satu kamu sayang aku, dua-dua kamu nembak aku, tiga-tiga kitanya jadian. Satu dua tiga sayang cuma mimpi."

"Sip lagunya ngenes kek yang nyanyiin." Darwin tertawa, Ernest itu selalu saja bisa mengubah lagu sesuai keinginannya.

"Sesama ngenes harap tenang!"celetuk Rolando.

Darwin berdecak sebal, untung saja hukuman Fredella tidak diganti. Bisa-bisa nanti adiknya di modusin gado-gado kelas kecebong.

Ernest membuka tasnya, lalu mengambil kotak bekal yang tadi dibawanya dan memberikannya kepada Rolando. "Oh iya, Gado-gado lo dapat titipan nih dari nenek gue."

Rolando dengan sedikit ragu pun mengambil kotak bekal tersebut dari Ernest.

"Ini apaan?"tanya Rolando curiga.

"Nasgor pete hati, karena kata nenek lo itu terlalu---"

"Terlalu apa?"

"Terlalu tak pantas jadi ketos."jawab Darwin duluan.

Rolando menghela nafas kasar, dirinya harus bersabar menghadapi Darwin dan Rolando sudah berjanji kepada Natasha untuk menebus kesalahannya yang dirinya lakukan selama MOS di mulai.

"Gue udah sarapan kok, mending ini nasgor buat lo aja."

Ernest melirik ke sekeliling, terlihat beberapa siswa ada yang baru sampai disekolah dan ada juga yang sedang bergosip sambil menunggu temannya yang belum datang.

Sebuah ide terlintas di kepalanya, Ernest mengambil kembali kotak bekal itu dan membukanya. Ernest pun langsung mengambil sendok yg berada di dalam kotak bekal.

"Uchh sayang kamu manja ya, yaudah sini aku suapin deh."ucapnya sedikit keras sambil menyodorkan sesendok makanan kearah mulut Rolando.

Darwin menggeleng-gelengkan kepalanya melihat tingkah kembarannya itu, Darwin dapat merasakan tatapan bingung dari siswa-siswi ke arahnya.

"Sumpah gue ga kenal... Sumpah ga kenal sama mereka dan gue juga masih normal."ucap Darwin keras sambil menunjuk Rolando dan Ernest.

"Sialan lo! Gue juga masih normal."seru Rolando tak kelas keras.

"Rolando sayang kok kamu gitu sih sama aku, kamu ga inget kejadian semalem kita dikamar ngapain aja."ucap Ernest pura-pura sedih.

"Au ah, mending gue ke kelas aja." Rolando membalikkan badannya, lalu berjalan meninggalkan Ernest dan Darwin yang masih berdiri di gerbang.

Kini pandangan Ernest tertuju ke arah Darwin.

"Darwin sayang, kamu juga mau ninggalin aku sendirian disini?"

Darwin tak menjawab pertanyaan Ernest, dan memilih melangkahkan kakinya menjauh dari Ernest.

"Woy, tungguin gue woy!"teriak Darwin.

Tawa Ernest pecah seketika melihat reaksi Darwin barusan, benar-benar lucu pikirnya.

"Ehem."

Ernest menoleh ke belakang ke asal suara deheman tersebut. Terlihat seorang pria berbaju kemeja biru dengan membawa tas kerja di tangannya.

"Eh pagi pak Ocid, mau nasgor pete ga pak?"tanya Ernest menawarkan bekalnya.

"Engga ah, lagian pete itu bikin bau mulut."tolak Pak Ocid.

The Journey Of Madness Triplets 2 [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang