Prilly berjalan menyusuri mall untuk mencari sahabatnya. Mumpung hari ini Prilly tak terlalu sibuk, ia ingin menemui Tiwi. Ia ingin mencurahkan seluruh apa yang ia rasakan selama bersama Ali secara langsung.
Prilly merasa hampir putus asa. Saat ia dibully habis-habisan pasca dirinya dan Ali mengupload potret kebersamaan mereka belakangan ini. Sebenarnya apa yang ada di pikiran hatters itu? Kenapa pula ia rela mengurusi urusan pribadinya? Seharusnya ia yang sebagai fans Ali hanya menikmati karya-karya Ali. Bukan malah melebar mengurusi urusan pribadinya.
Toh, mereka tidak tahu apa yang dilakukan Ali dan Prilly di balik layar. Kenapa mereka terkesan sok tahu? Dan ... itu benar-benar membuat Ali dan Prilly geram. Jika saja Ali tidak merasa kasihan dengan keluarga mereka, pasti Ali sudah akan melaporkannya ke pihak berwajib.
Pasalnya mereka sangat keterlaluan, mereka menuding hubungannya selama ini hanya settingan. Tanpa melakukan hal itu Ali sudah mampu terkenal dengan membawa sejuta prestasi. Mereka membully kekasihnya seolah Prilly adalah perempuan jalang yang mau numpang terkenal jadi artis. Hei, Prilly kaya, ia mempunyai segalanya, ia juga sudah mempunyai pekerjaan yang cukup mapan. Apalagi kehidupan sehari-harinya juga sibuk melayani pesanan gaun-gaun pernikahan.
Bahkan Prilly sangat ingat waktu itu, waktu ia sedang makan siang bersama teman-teman sepekerjaannya, tiba-tiba waktu ia hendak masuk mobil, ia dilabrak oleh, yah, Prilly tidak mau tahu. Tapi sepertinya itu fans dari Ali dan Nikita.
Orang itu dengan terang-terangan menyebut Prilly sebagai wanita "jalang". Saat itu emosi Prilly tidak langsung memuncak. Karena ia ingat pesan Ali saat itu:
"Cukup tersenyum, berpaling, lakukan apa yang ingin kamu kerjakan dan bersabar."
Prilly pun melalukannya dengan senang hati. Ia tak mengacuhkan orang asing itu dan cepat-cepat berlalu. Namun apalah Prilly? Prilly hanyalah seorang wanita yang berusaha mencari jati dirinya. Ia adalah wanita yang ekspresif, ia tidak bisa sesabar itu. Beda dengan masalah lalu ketika Prilly dibully malah tetawa tidak jelas. Karena saat itu, ia belum mencintai Ali.
Lupakan masalah itu, kini Prilly telah melihat Tiwi yang menunggunya di tempat makan. Tak berlama-lama, Prilly langsung menghampiri Tiwi.
Ia menangis tergugu setelah menceritakan semuanya kepada Prilly.Tiwi senang, akhirnya Prilly benar-benar menemukan laki-laki yang ia cintai tanpa paksaan siapapun. Namun lain hal lagi ketika Prilly menceritakan ketika ia dibully habis-habisan. Tiwi marah, bahkan lebih marah lagi melihat yang bersangkutan hanya diam dan berpaling.
Tiwi menepuk meja sedikit keras. "Eh Prill! Siapa sih tuh orang?! Rasanya pengen gue gorok tuh mulut. Nggak tahu apa kalau gue itu jago tekwondo?! Sekali gue ngeluarin jurus, bisa kelar tuh orang!" Nada bicara Tiwi sedikit berteriak dan menggebu-nggebu. Alhasil, dia menjadi pusat perhatian. Ia melirik ke kanan-kiri-belakang, dan benar ia sedang di perhatikan. Tiwi meringis menahan malu.
"Sori," ucap Tiwi menggaruk tengkunya yang tak gatal dan menyuruh semuanya kembali melakukan aktivitas.
Prilly terkekeh.
"Lo ngetawain gue Prill? Ya udahlah gak apa-apa yang penting lo bahagia."
"Oh ya, sekarang Ali dimana?" Tiwi memasukkan sesuap makanan ke dalam mulutnya.
"Dia lagi shooting ftv di puncak empat hari. Besok udah pulang kok."
"Wah parah, lo nggak di ajak gitu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Please, Marry Me!
HumorTernyata benar. HATTERS itu adalah penggemar yang tertunda. Aku membencinya, mungkin karena dia selalu wara-wiri di televisi. Sepertinya televisiku ini sudah dipenuhi oleh satu nama; Aliando Syarief. Tapi siapa sangka, setelah aku bertemu denganya...