Seiring perkembangan waktu, usaha butik Prilly terus berkembang walaupun terkadang tersendat oleh beberapa masalah. Namun tidak membuat semangat Prilly luntur begitu saja. Ia malah tambah semangat untuk memajukan bisnisnya itu.
Hari ini adalah jadwal Ali pulang setelah dua bulan ditinggal shooting di Jepang untuk film terbarunya. Sebenarnya Prilly tidak mengizinkam Ali menandatangani kontraknya, tetapi berkat iming-iming miniatur limited edition doraemon dan tas LV melancarkan semuanya.
Prilly mengajak Al untuk menjemput Papanya di bandara. Dan reaksi Al begitu antusias. Wajar saja, karena selama ini ia selalu menangis mencari-cari papanya.
Setelah memakai make up senatural mungkin, entah kenapa Prilly merasa terlalu banyak menyempotkan parfum di bajunya kali ini. Ia terkekeh sendiri melihat tingkah lakunya seperti ketemuan sama pacar.
"Ini lipstiknya kurang tebel nih, tambahin ah," ucapnya lalu megambil lipstik di meja dan mengoleskannya lagi.
Prilly memandang pantulan dirinya di cermin, menimang-nimang apakah ada yang kurang. Ia harus tampil seperfect mungkin agar suaminya merasa sedikit menyesal karena telah meninggalkan istrinya yang sangat cantik itu.
Tiba-tiba sebuah tangan melingkar di leher Prilly. Ia terkejut mendapati bahwa yang terlihat dicermin adalah suaminya. Lantas ia berdiri dan berbalik, memastikan bahwa dirinya sedang tidak berhayal. Setelah ia percaya itu benar-benar suaminya ia langsung memeluk Ali begitu erat. Terlalu rindu membuat Prilly tidak ingin melepaskan pelukan hangat itu.
Setelah tiga puluh detik Prilly membuka suara, "kamu kok udah pulang, katanya jam tiga, ini masih jam dua," katanya masih dalam pelukan ternyamannya selama ini.
"Nggak papa, aku cuma mau kasih kamu kejutan." Ali mengecup puncak kepala Prilly dan mengusapnya lembut.
"Aku kangen kangen kangen kangen kangen banget sama kamu." Prilly sudah tidak bisa berkata apa-apa lagi hingga tak terasa air matanya menetes.
Ali menangkup kedua pipi Prilly dan mencium seluruh wajah istrinya bertubi-tubi. Dari pipi, ke kening, lalu hidung, dagu dan terakhir bibir. Ia mengecup bibir Prilly cukup lama sedangkan Prilly memejamkan mata seraya melingkarkan tangan di pingang Ali.
"Aku lebih lebih lebih kangen kamu, sayang," balas Ali lalu memeluk istrinya kembali.
"Al mana?"
"Dibawah, lagi disuapin sama bibi." Semenjak bisnis Prilly berkembang, ia menjadi kualahan memgurus rumah, dengan izin Ali, Prilly pun akhirnya menggunakan jasa asisten rumah tangga.
"Tadi aku kok nggak lihat."
"Kan makannya di kamar mainan, biar Al mau makan." Ali mengangguk mengerti. Ia duduk di kursi sebelahnya dan menyuruh Prilly duduk di pangkuannya.
"Lama nggak ketemu kamu cantiknya nambah terus deh perasaan."
"Oh iya?"
"Wangi banget lagi."
"Aku tuh udah nyiapin ini semua, dandan cantik buat kamu. Biar kamu nyesel udah ninggalin istri secantik aku."
Ali terkekeh, "iya nih aku nyesel banget. Harusnya aku ajak kamu sekalian ke Jepang buat liburan."
"Suami nyebelin." Prilly menarik kedua pipi Ali hingga Ali mengaduh kesakitan saking kerasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Please, Marry Me!
HumorTernyata benar. HATTERS itu adalah penggemar yang tertunda. Aku membencinya, mungkin karena dia selalu wara-wiri di televisi. Sepertinya televisiku ini sudah dipenuhi oleh satu nama; Aliando Syarief. Tapi siapa sangka, setelah aku bertemu denganya...