Ali merasa kasihan dengan Prilly yang harus menperima bully-an sana-sini. Apakah mereka para hatters harus menunggu Ali turun tangan untuk membuat mereka jera? Ali tahu, Prilly sangat sedih sekali. Tidak ada perbincangan apapun ketika makan.
Seusai makan, Ali mengajak Prilly ke salah satu toko baju. Setidaknya untuk mengganti pakaian Prilly yang sudah kotor. Prilly menolak, dia tak sematre itu. Selagi Prilly bisa, ia tak mau menyusahkan orang lain. Tak tega melihat penampilan Prilly seperti itu, Ali menarik tangan Prilly ke toilet sebelum mereka pulang. Ali menyuruh melepaskan jaket yang diikatkan di pinggang Prilly. Setelah itu ia bawa masuk jaket itu ke dalam toilet. Prilly hanya bisa menunggu Ali dari luar. Tidak mungkin juga kan kalau Prilly ikut masuk di kawasan toilet laki-laki?
Beberapa saat kemudian, Ali menampakkan dirinya dihadapan Prilly. Ia menyodorkan baju yang ia pakai tadi. Prilly menunduk menyipitkan matanya, setelah benar-benar tahu jika itu adalah baju Ali, Prilly mendongak. Meminta penjelasan.
"Kamu pakai ini aja dulu. Kasian kamu, itu badan kamu pasti dingin kena tumpahan air es. Ditambah lagi di sini ada AC."
Ali tersenyum. Prilly masih bergeming.
"Aku nggak mau ya, nanti di marahin papa mertua kalau kamu nggak mau pakai baju aku."
Prilly mengerjap. Masih tak percaya yang di lakukan Ali padanya. Ya Tuhan, ini sangat romantis.
Prilly tersenyum manis mengambil baju di tangan Ali. Kemudian ia memeluknya. Ali hampir saja terlonjak mendapat pelukan tiba-tiba dari gadisnya.
"Makasih. Kamu perhatian banget sama aku." Prilly melepaskan pelukannya.
"Itu udah tugas aku buat jagain kamu sayang," balas Ali tulus.
Prilly pun bergegas masuk ke toilet wanita. Kini giliran Ali yang menungguinya di luar.
***
"Ini buat lo. Kerjaan lo bagus juga. Jangan sampai ini bocor ke publik," ucap orang yang tadi memata-matai Ali dan Prilly. Ia memberikan beberapa lembar uang seratus ribuan untuk pelayan yang tadi sengaja menabrak Ali dan Prilly.
"Oke. Gue balik kerja dulu," balas pelayan itu kemudian balik bekerja.
Setelah pelayan itu benar-benar pergi. Orang suruhan yang bernama Ben itu meraih ponsel di sakunya. Menaruh ponsel itu ditelinganya dan terdengarlah nada sambung.
"Hallo boss! Semuanya beres. Fotonya udah kesebar di instagram! Tugas saya apa lagi nih?"
"Baik boss."
Ben menutup telponnya dan seringaian pun muncul di bibirnya.
***
Siang ini Ali ada jadwal pemotretan, maka dari itu setelah bersenang-senang setengah hari ia memutuskan untuk mengantarkan Prilly ke butik untuknya bekerja.
Ali meminta maaf kepada Prilly karena tidak bisa menemaninya selama seharian setelah beberapa hari tidak bertemu.
Beruntung, Prilly sangat memahami keadaan Ali sebagai artis yang sangat sibuk."Kamu jangan capek-capek ya sayang. Lusa kita kan mau foto pre-wedd. Biar aku aja yang kerja. Kamu tinggal duduk, diam di rumah atau nggak cari hiburan biar kamu nggak bosen. Satu lagi, persiapin diri kamu ya, kamu jangan dengerin orang-orang yang nyinyirin kita. Anggap aja itu angin lalu, kalau aku sih udah terbiasa di nyiyirin, kamu jangan kaget ya kalau mereka keterlaluan sama kamu. Ngomong aja sama aku, entar aku bisa suruh orang buat negur dia, kalau soal foto, udah lupa--aww," ucap Ali penuh perhatian sambil mengelus-ngelus puncak kepala Prilly. Prilly terpejam sesaat merasakan elusan itu. Namun saat mendengar rentetan ucapan Ali, Prilly langsung memberhentikannya dengan memencet hidung Ali kuat-kuat hingga membuat Ali mengaduh kesakitan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Please, Marry Me!
HumorTernyata benar. HATTERS itu adalah penggemar yang tertunda. Aku membencinya, mungkin karena dia selalu wara-wiri di televisi. Sepertinya televisiku ini sudah dipenuhi oleh satu nama; Aliando Syarief. Tapi siapa sangka, setelah aku bertemu denganya...