"Kamu beneran nggak mau ikut?" tanya Ali ragu. Masalahnya ini hal yang sedikit tidak Ali percayai karena biasanya Prilly pasti merengek minta diajak. Bahkan Prilly tak segan untuk mendiami Ali.
Prilly mengangguk.
"Kamu marah ya sama aku soal aku bawel banget semalem?" tanya Ali lagi.
Prilly mengela napas panjang. Ia berdiri menghampiri Ali yang sedang berkaca mempersiapkan diri untuk bekerja. Lalu, Prilly memeluk tubuh kekar itu dari belakang.
"Enggak beruang... ya ampun, kamu mikirnya negatif banget sih sama aku," balas Prilly.
"Terus kenapa kamu nggak ikut?" Ali membalikkan tubuhnya dan meletakka kedua lengannya dipinggang Prilly sedangkan Prilly mengalungkan lengannya di leher Ali. Mereka saling menatap romantis.
"Tadi mama telpon, kalau aku disuruh bantuin mama buat acara peraga busana minggu depan. Lagian aku kangen sama dunia disegner. Selama aku nikah sama kamu, aku kan jarang banget tuh nyentuh yang gitu-gituan. Gimana? Aku boleh nggak gabung lagi buat numpahin semua ilmu yang udah aku dapet?" jelas Prilly yang membuat Ali sedikit berpikir sejenak.
Sebenarnya Ali tidak maksud untuk melarang Prilly mengerjakan hal tersebut, hanya saja Ali tidak mau Prilly kecapekan dan sakit.
"Kalau aku sih, fine-fine aja, asalkan kamu bisa jaga diri kamu dan baby kita. Soalnya kalian sangat berharga di hidup aku," jelas Ali yang membuat Prilly tersenyum senang membuat matanya juga ikut berbinar.
"Jadi kamu ngebolehin aku?" tanya Prilly lagi.
"Iya, asalkan dengan syarat tadi."
"Iya beruang... makasih ya, jadi makin cinta deh." Prilly beralih memeluk Ali erat namum sesaat.
"Oh iya, sekalian aku nganterin kamu ke rumah mama. Nanti jangan lupa nonton Inbox ya aku nanti ada di sana promo film aku kemarin sama jadi bintang tamu bareng temen-temen lainnya."
"Oke. Aku siap-siap dulu ya. Kamu nggak buru-buru kan?"
"Dikit sih. Tapi nggak papa juga kalau telat dikit."
***
"Kamu udah punya gambaran tentang bajunya belum?" tanya Mama Ully saat Prilly baru memasuki ruang santai mamanya itu. Bukannya disambut dengan segelas teh atau sapaan, mamanya malah menyambut dengan pertanyaan semacam itu.
"Dateng-dateng langsung dikasih pertanyaan." Prilly mencibir membuat mama sedikit terkekeh. Mamanya langsung berbasa-basi menyapa Prilly dan menghentikan aktivitas menggambarnya itu.
"Dikit sih ma. Soalnya mama telponnya mendadak juga," jelas Prilly membuat Mama mengerti. Prilly pun langsung mengambil kertas hvs dan pensil untuk menumpahkan segala idenya di sana. Prilly sangat lihai dalam menggambar desain baju, tak salah orang tuanya menyekolahkannya di universitas ternama dengan biaya yang tidak sedikit.
Beberapa menit kemudian Prilly menyudahi aktivitas menggambarnya karens hasil desainnya juga sudah selesai. Bibir Mama tak henti-hentinya menyunggingkan senyuman melihat hasil didikannya selama ini.
"‘kan tadi mama mau desain yang cocok buat pesta, sederhana tapi mewah?" Mama mengangguk.
"Jadi modelnya gini ma... ini long dress tanpa lengan, bagian bawahnya dibuat mengembang. Terus kainnya ini dirangkap sama brukat. Gimana ma? Kalau menurut aku sih gitu. Iya sih kalau model kaya gini tuh pasaran, tapi nanti waktu dibuat kita kasih sentuhan lain yang ngebuat orang tuh udah bisa nebak kalau 'ini nih yang namanya brand aurora' kaya dikasih ciri khas gitu lho." Prilly begitu serius menjelaskan hal ini pada mamanya hingga mamanya dibuat takjub dengan pemikiran Prilly. Mereka mempunyai selera dan ide-ide yang hampir sama. Maka jika nanti kolaborasi ini berhasil, akan menghasilkan sebuah karya yang luar biasa indahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Please, Marry Me!
HumorTernyata benar. HATTERS itu adalah penggemar yang tertunda. Aku membencinya, mungkin karena dia selalu wara-wiri di televisi. Sepertinya televisiku ini sudah dipenuhi oleh satu nama; Aliando Syarief. Tapi siapa sangka, setelah aku bertemu denganya...